Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS FISIK PENGARUH LIMBAH ABU AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL PADA BETON NORMAL Fausiah Latif; Fauzan Hamdi; Muh. Amir
TEKNIK HIDRO Vol 13, No 2 (2020): AGUSTUS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/th.v13i2.4279

Abstract

Salah satu tantangan yang dihadapi para ahli teknologi beton adalah bagaimana memanfaatkan limbah industri sebagai bahan tambah atau substitusi parsial pada beton normal. Dalam hal ini, para ahli mengkaji dan meneliti tentang pemanfaatan limbah industri yang ada agar dapat dimanfaatkan terutama bahan limbah abu ampas tebu industri pabrik gula. Hal ini menjadi salah satu dari sekian solusi penanganan limbah yang ada dimasyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi abu ampas tebu terhadap agregat halus pada beton normal secara fisik dan mekanik. Bahan  yang digunakan dalam penelitian  ini terdiri dari  semen  Portland  Composit Cement (PCC), agregat halus Sungai Je’ne’berang Gowa, agregat kasar yang berasal dari batu pecah Bili-Bili dan air PDAM dan material limbah abu ampas tebu sebagai substitusi agregat halus berasal dari Pabrik Gula Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Alat yang digunakan pada penelitian ini sebelumnya telah diperiksa kondisi dan kemampuannya serta telah dikalibrasi terlebih  dahulu.  Benda  uji silinder dibuat dengan cara memasukkan beton segar dari molen ke dalam cetakan silinder ukuran 15 cm x 30 cm yang telah diolesi minyak pelumas. Pengisian ini dilakukan secara bertahap, yaitu tiap sepertiga bagian dilakukan penumbukan dengan tongkat baja sebanyak ± 25 kali. Setelah 24 jam, cetakan dibuka kemudian dilakukan perawatan dengan direndam di dalam bak air selama 28 hari. Benda uji beton normal sebanyak 9 sampel dan benda uji yang disubstitusi abu ampas tebu sebanyak 9 sampel. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai berat volume beton untuk komposisi pencampuran ampas tebu 8% yaitu 701,41 kg/m3, 10% yaitu 701,41 kg/m3 dan 12% yaitu 690,10 kg/m3 dari ketiga komposisi tersebut diperoleh berat volume beton yang maksimal yaitu komposisi pencampuran ampas tebu 12%. 
Pengaruh Variasi Kemiringan Peluncur Mercu Ogee Terhadap Panjang Loncatan Hidrolik Andi Nurannisa; Yunita Afliani Rahayu; Nurnawaty Nurnawaty; Fauzan Hamdi
HEXAGON Vol 7, No 2 (2022): HEXAGON
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/hgn.v7i2.8930

Abstract

 Loncatan hidrolik terjadi apabila adanya perubahan kecepatan serta perbedaan tinggi muka air yang diakibatkan antara lain kemiringan bentuk permukaan hilir mercu yang menyebabkan aliran deras di bagian hilir, sehingga dapat terjadi gerusan yang bisa merusak dasar saluran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui panjang loncatan hidrolis, jenis loncatan hidrolis dan kehilangan energi dengan variasi kemiringan hilir mercu. Metode yang dilakukan adalah uji laboratorium menggunakan type mercu ogee dengan dua variasi kemiringan peluncur mercu yaitu 1:1 dan 1:2. Untuk kemiringan hilir  mercu 1:1 panjang loncatan hidrolik sebesar 0,078 m dan kemiringan hilir mercu 1:2 panjang loncatan hidrolik sebesar 0,060 m . Kemiringan hilir mercu berbanding lurus dengan panjang loncatan hidrolik dimana semakin curam (1:1) nilai kemiringan hilir mercu maka semakin besar pula nilai panjang loncatan hidrolik yang dihasilkan. Jenis loncatan hidrolik pada kemiringan 1:1 pada titik y2 menghasilkan jenis loncatan berombak karena nilai bilangan sebesar 1,166 (Fr 1 – 1,7) dan jenis loncatan hidrolik pada kemiringan 1:2 pada titik y4 menghasilkan jenis loncatan tidak terbentuk karena nilai bilangan Fr sebesar 0.808 (Fr 1). Kehilangan energi pada kemiringan hilir 1:1 menghasilkan kehilangan energi terbesar 0,017 m dan kemiringan hilir 1:2 menghasilkan kehilangan energi terbesar 0,010 m. Kemiringan hilir mercu berbanding lurus dengan kehilangan energi dimana semakin curam kemiringan peluncur maka semakin besar pula kehilangan energi yang dihasilkan. 
Analisis Kehilangan Energi pada Berbagai Bentuk Bangunan Peralihan Ulfa Mutiah; Andi Makbul Syamsuri; Fauzan Hamdi
Journal of Muhammadiyah’s Application Technology Vol 2, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jumptech.v2i1.9172

Abstract

AbstrakSaluran terbuka adalah aliran di saluran dimana air mengalir dengan permukan bebas. Pada saluran terbuka, umum ditemukan bangunan pelestarian. Khusunya pada jaringan irigasi dan drainase. Salah satu ciri dari pelestarian yakni dimensi saluran yang mengalami perubahan secara mendadak (penyempitan). Aliran yang melewati bangunan tentunya akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh dimensi bangunan yang berubah secara tiba-tiba. Adanya bangunan pelestarian dan penyempitan akan membuat tinggi muka air, kecepatan, debit dan energi berubah dan energi atau tenaga yang besar akan menyebabkan gerusan pada bangunan dan menyebabkan kerusakan jika dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena permasalahan tersebut diatas dilakukan penelitian laboratorium yang memuat 3 macam bentuk bangunan pelestarian yang mengalami penyempitan. Bentuk bangunan pelestarian sangat beragam karena itu kami menggunakan tiga bentuk yaitu segiempat, segitiga dan stream line yang dibuat menggunakan bahan lembaran akrilik. Dari 3 bentuk bangunan pelestarian tersebut dilakukan peninjauan nilai energi spesifik dan kehilangan energi. Kata Kunci : Energi Spesifik, Kehilangan Energi, Saluran Terbuka. Abstrak _Saluran terbuka adalah aliran dalam suatu saluran yang airnya mengalir dengan permukaan bebas. Pada saluran terbuka sangat umum dijumpai bangunan peralihan. Terutama pada jaringan irigasi dan drainase. Salah satu ciri bangunan peralihan adalah dimensi salurannya mengalami perubahan mendadak (menyempit). Aliran yang melewati bangunan peralihan tentunya akan mengalami perubahan akibat perubahan dimensi bangunan secara tiba-tiba. Adanya bangunan peralihan dan penyempitan akan membuat tinggi muka air, kecepatan, laju aliran dan energi berubah dan jumlah energi atau energi yang besar akan menyebabkan gerusan pada bangunan dan menimbulkan kerusakan jika dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena permasalahan tersebut di atas maka dilakukan penelitian laboratorium yang memuat 3 jenis bangunan peralihan yang mengalami penyempitan. Bentuk bangunan peralihan sangat beragam oleh karena itu kami menggunakan tiga bentuk yaitu persegi panjang, segitiga dan garis aliran yang dibuat menggunakan bahan lembaran akrilik. Dari 3 bentuk bangunan peralihan tersebut dilakukan peninjauan nilai energi spesifik dan kehilangan energi. Kata Kunci : Head Loss, Saluran Terbuka, Energi Spesifik.
Kinerja Pola Operasi Waduk Bili-Bili Rini S Harun; Zaky Fhanisworo; anshar ashar; fauzan hamdi
Journal of Muhammadiyah’s Application Technology Vol 1, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jumptech.v1i1.7469

Abstract

Abstrak            Waduk Bili-Bili merupakan waduk multiguna terbesar di Propinsi Sulawesi Selatan yang diresmikan penggunaannya pada tahun 1999 berfungsi sebagai pengendalian risiko banjir di bagian hilir akibat luapan air Sungai Jeneberang serta untuk mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya air pada bagian hulu DAS Jeneberang (BBWS Pompengan Jeneberang, 2020). Pada tahun 2004 terjadi bencana berupa runtuhnya dinding kaldera Gunung Bawakaraeng yang merupakan hulu DAS Jeneberang sehingga menyebabkan beberapa bagian dinding kaldera menjadi tidak stabil. Peristiwa longsoran kaldera tersebut menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan Waduk Bili-Bili akibat banyaknya material yang masuk ke waduk (Asrib, 2011). Perubahan kapasitas tampungan Waduk saat desain (tahun 1998) dan tahun 2019 berdasarkan Laporan Bathimetri Bendungan Bili-Bili tersaji.Kapasitas tampungan Waduk Bili-Bili mengalami pengurangan kapasitas sebesar 99,72 juta m3 selama 20 tahun waduk beroperasi. Pada desain awal, kapasitas waduk sebesar 347,81 juta m3 berkurang menjadi 248,09 juta m3 pada tahun 2019.Kebutuhan air Waduk Bili-Bili rerata setiap tahun sebesar 27,24 juta m3. Kebutuhan terbesar berada pada bulan Juni sampai dengan Agustus dengan rerata kebutuhan sebesar 39,3 juta m3 Berdasarkan perhitungan unjuk kinerja waduk, keandalan Waduk Bili-Bili dalam memenuhi kebutuhan air sebesar 80,92% yang berarti waduk mampu memenuhi kebutuhan air sebesar 80,92% dari keseluruhan kebutuhan airKata kunci :  Kapasitas Tampungan, Kebutuhan, Ketersediaan AbstractBili-Bili Reservoir is the largest multipurpose reservoir in South Sulawesi Province which was inaugurated in 1999 to function as a flood risk control in the downstream due to overflow of the Jeneberang River and to optimize the management and utilization of water resources in the upstream part of the Jeneberang watershed (BBWS Pompengan Jeneberang, 2020 ). In 2004 a disaster occurred in the form of the collapse of the caldera wall of Mount Bawakaraeng which is the upstream of the Jeneberang watershed, causing some parts of the caldera wall to become unstable. The caldera avalanche event caused a reduction in the storage capacity of the Bili-Bili Reservoir due to the large amount of material entering the reservoir (Asrib, 2011). Changes in reservoir storage capacity during design (1998) and in 2019 based on the Bili-Bili Dam Bathymetry Report presented.The storage capacity of the Bili-Bili Reservoir has decreased by 99.72 million m3 for 20 year the reservoir operates. In the initial design, the reservoir capacity of 347.81 million m3 was reduced to 248.09 million m3 in 2019. The water demand for the Bili-Bili Reservoir is on average 27.24 million m3 annually. The biggest demand is from June to August with an average demand of 39.3 million m3. Based on the calculation of reservoir performance, the reliability of the Bili-Bili Reservoir in meeting water needs is 80.92%, which means the reservoir is able to meet water needs of 80.92%. of the total water demandKeywords: Storage Capacity, Need, Availability
Pengaruh Perubahan Bentuk Bangunan Peralihan Saluran Terbuka Terhadap Energi Spesifik dan Kehilangan Energi Andi Ulfa Mutiah; Nirwana Nilan Ramdhani; Fauzan Hamdi; Nurnawaty Nurnawaty; Nenny Karim; Mahmuddin Mahmuddin
Journal of Muhammadiyah’s Application Technology Vol 2, No 3 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jumptech.v2i3.10155

Abstract

Saluran terbuka adalah saluran dimana air yang mengalir mempunyai permukaan bebas yang langsung berhubungan dengan udara luar. Pada saluran teruka sangat umum dijumpai banguna peralihan dan penyempitan, peralihan bangunan dan penyempitan akan membuat tinggi muka air, kecepatan, debit dan energi berubah. Oleh karena itu dilakukan penelitian terkait energi spesifik dan kehilangan energi pada 3 bentuk bangunan peralihan yakni segitiga, segiempat dan streamline. Adapun metode penelitian yang dilakukan yaitu uji laboratorium dengan menggunakan 3 variasi debit pada masing-masing bentuk bangunan peralihan. Adapun hasil penelitian yang didapatkan yaitu energi spesifik terbesar pada bangunan peralihan segiempat sedangkan yang terkecil pada bangunan peralihan streamline. Lalu titik tinjauan untuk kehilangan energi terbesar ada pada daerah peralihan ke penyempitan pada setiap bentuk peralihan. Dan dari tiga bentuk bangunan peralihan tersebut, dapat disimpulkan besar debit sangat menentukan nilai energi spesifik maupun kehilangan energi.