Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

INTERAKSI SPASIAL DI KOTA TERPADU MANDIRI LUNANG SILAUT KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT Renindya Azizza Kartikakirana
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 8 No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v8i1.7696

Abstract

Interaksi spasial merupakan interaksi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Interaksi spasial mengarah pada pergerakan orang, barang, dan informasi dari suatu tempat ke tempat yang lain. Interaksi antar tempat ini bisa terjadi di mana saja melalui adanya manusia dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruang. Salah satu area yang terdapat interaksi spasial di dalamnya yaitu kawasan transmigrasi. Salah satu kawasan transmigrasi yaitu Kota Terpadu Mandiri (KTM). Penelitian ini berlokasi di KTM Lunang Silaut, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perkembangan KTM Lunang Silaut dan interaksi spasial di KTM Lunang Silaut baik itu proses, perkembangan maupun fenomena lain yang terjadi di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan induktif-kualitatif. Di tahap awal akan dilakukan penurunan kisi-kisi terkait apa saja yang harus diamati di lapangan. Pendekatan induktif-kualitatif  dilakukan melalui  pengolahan  data  dan informasi yang diperoleh di  lapangan  menjadi  unit-unit  informasi  yang  lebih abstrak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa interaksi spasial di KTM Lunang Silaut merupakan interaksi spasial yang terbatas. Prinsip-prinsip pembentuknya yaitu jangkauan pelayanan, interaksi fisik, interaksi sosial, dan interaksi ekonomi yang juga masih terbatas. Keterbatasan interaksi spasial tersebut menjadi penyebab belum berkembangnya KTM menjadi kawasan perkotaan.
PEMBENTUKAN COMPACTNESS DI KAWASAN KAMPUS: STUDI KASUS KAWASAN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA Renindya Azizza Kartikakirana
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 2: Desember 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1479.547 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.2.181-190

Abstract

Keberadaan fasilitas pendidikan berdasarkan aspek perencanaan wilayah dan kota memberikan kontribusi terhadap pengembangan kawasan ataupun wilayah.  Fasilitas pendidikan tersebut memicu munculnya permukiman di sekitarnya. Pada umumnya mahasiswa lebih memilih untuk bertempat tinggal di sekitar kampus untuk memudahkan pergi ke kampus. Ini memicu munculnya area permukiman di sekitar kampus berupa rumah indekos (rumah kos). Aktivitas bermukim dan pendidikan tersebut mendorong munculnya aktivitas-aktivitas lain seperti perdagangan, dan perkantoran. Hal ini menjelaskan bagaimana suatu kekompakan itu muncul pada lingkup kawasan kampus. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menemukan atribut compactness di kawasan kampus dan menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan compactness di kawasan kampus. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan deduktif-kuantitatif-kualitatif. Kepadatan kawasan, kesatuan aktivitas, perjalanan dengan berjalan kaki, interaksi sosial dan ekonomi merupakan sifat-sifat dari konsep compact (compactness) yang terbentuk di kawasan ini. Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya compactness di kawasan ini yaitu keberadaan Universitas AMIKOM Yogyakarta, pemadatan kawasan, kemauan berjalan kaki, dan interaksi antar penghuni kawasan. 
IDENTIFIKASI URBAN SPATIAL STRUCTURE MENGGUNAKAN DATA SPASIAL GOOGLE EARTH DAN GOOGLE MAPS Renindya Azizza Kartikakirana
Jurnal Pengembangan Kota Vol 9, No 1: Juli 2021
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1882.139 KB) | DOI: 10.14710/jpk.9.1.1-12

Abstract

Struktur spasial wilayah dipengaruhi oleh perkembangan kota. Perkembangan kota yang cepat pada akhirnya memicu perubahan urban spatial structure. Tujuan penelitian ini yaitu untuk (1) mengidentifikasi pusat-pusat kegiatan/struktur spasial di kecamatan tersebut; (2) mengidentifikasi perkembangan struktur spasial Kecamatan Depok pada periode tahun 2007 ke 2019 dilihat dari bentuk morfologi/urban form. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan deduktif-kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data spasial yang bersumber dari Citra Google Earth pada periode waktu tahun 2007 dan 2019 dan Google Maps. Identifikasi struktur spasial menggunakan analisis indeks sentralitas jumlah fasilitas pada setiap blok permukiman, sedangkan perkembangan struktur spasialnya dilihat dari elemen urban form (penggunaan lahan, pola jaringan jalan, kepadatan bangunan dan pola bentuk bangunan). Struktur spasial Kecamatan Depok termasuk kategori polycentric and dispersed. Bentuk morfologi Kacamatan Depok cenderung masuk kategori bentuk linier bermanik. Perkembangan lahan terbangun Kecamatan Depok menyasar daerah non terbangun pada sisi utara, tengah, dan timur wilayah. Daerah terbangun yang disasar merupakan lahan pertanian.
PERKEMBANGAN FUNGSI PERKOTAAN KAWASAN KOTABARU, KOTA YOGYAKARTA DITINJAU PADA PERIODE 1925 DAN 2021 Renindya Azizza Kartikakirana; Rivi Neritarani
Jurnal Pengembangan Kota Vol 10, No 1: Juli 2022
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2165.015 KB) | DOI: 10.14710/jpk.10.1.83-92

Abstract

Perkembangan kawasan dipengaruhi oleh perkembangan aktivitas manusia dan kebijakan di kawasan tersebut. Hal ini menyebabkan perkembangan fungsi kawasan. Kawasan Kotabaru merupakan kawasan lama di Kota Yogyakarta yang keberadaannya sudah ada sejak dahulu dan telah mengalami perkembangan sampai saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan fungsi Kawasan Kotabaru. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan deduktif-kuantitatif-kualitatif. Unit amatan dalam penelitian ini yaitu peta lama tahun 1925 dan citra google earth tahun 2021. Adapun unit analisis dalam penelitian ini yaitu fungsi Kawasan Kotabaru. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menemukan besaran fungsi bangunan. Adapun pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan dan menyimpulkan hasil dominasi fungsi di kawasan ini, serta analisis lebih lanjut dikaikan dengan Rencana Detil Tata Ruang pada kawasan ini. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi perkembangan fungsi kawasan di Kawasan Kotabaru, dari fungsi permukiman di tahun 1925 berubah menjadi fungsi pendidikan di tahun 2021. Perubahan fungsi perkotaan juga merupakan upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, di tengah terbatasnya lahan di kota menyebabkan alih fungsi bangunan lama atau bersejarah menjadi hal yang tak terhindarkan. Oleh karena itu agar bangunan-bangunan lama yang dibangun pada awal Kawasan Kotabaru tidak hilang ataupun hancur, perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian.
Strategi Komunikasi Penyuluhan Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat RW 13 Terhadap Peran Bank Sampah Apel Dwi Pela Agustina; Renindya Azizza Kartikakirana; Shafa Maulita Maulana; Maulana Malik Najam; Salma Della Sagita; Fitria Khoirunnisa; Adinda Gusti Lulu Ulmnur; Rindina Adisya Putri Anggara; Az-Zahra Safira Devi; Willy Jordan Fazza Rino; Seviyana Lestari; Istianul Fadilah
Altifani : Jurnal Pengabdian Masyarakat Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Vol. 3 No. 1 (2023): Juni
Publisher : Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan lingkungan hidup tentang sampah banyak menjadi sorotan di seluruh wilayah Indonesia terutama perkotaan atau pemukiman padat penduduk. Para aktivis dan pegiat lingkungan hidup banyak melakukan gerakan pengelolaan sampah salah satunya adalah dengan adanya Bank Sampah. Bank Sampah bertujuan untuk memberdayakan sampah yang dapat didaur ulang sehingga dapat meminimalisir pembuangan sampah. Bank Sampah Ayo Peduli Lingkungan atau yang dikenal dengan Bank Sampah Apel merupakan Bank sampah yang ada di lingkungan Perumnas Condongcatur tepatnya di RT 10 RW 13 Perumnas Condongcatur yang berdiri sejak 2010. Awal mula berdirinya adalah karena salah satu proses penerapan sistem Bank Sampah ini dimulai dengan masyarakat memilah dan mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang di rumah masing- masing, yang kemudian diserahkan ke Bank Sampah Apel. Sistem Bank Sampah Apel beroperasi seperti sistem perbankan biasa. Setiap warga yang menyetor sampah akan mendapatkan buku tabungan sebagai bukti transaksi di bank sampah. Akan tetapi keberadaan Bank Sampah ini masih belum dimanfaatkan oleh warga RW 13, hal ini terbukti bahwa tidak semua warga yang memilah sampah daur ulang di rumahnya. Oleh karena itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Universitas Amikom Yogyakarta akan melakukan penyuluhan tentang keberadaan Bank Sampah Apel dan peran Bank Sampah Apel di masyarakat RW 13 Condongcatur ini. Karenanya yang menjadi sasaran dalam kegiatan PKM ini adalah masyarakat di RW 13 Perumnas Condongcatur. Tim PKM akan menerapkan strategi komunikasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan Bank Sampah Apel sehingga warga dapat mengelola sampahnya dengan baik dan menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Tentu saja dengan konsep komunikasi penyuluhan yang baik, kegiatan PKM ini juga menjadi bagian dari praktik komunikasi lingkungan yang menggunakan cara penyuluhan. Selain itu, Tim PKM juga melakukan pendampingan kepada Bank Sampah dalam mengelola media seperti profil Bank Sampah dan pengelolaan media sosial Bank Sampah dalam rangka promosi program dan kegiatan. Tim PKM berharap dengan adanya pembaruan konten media di Bank Sampah Apel maka semakin banyak warga yang tertarik untuk memilah sampah dan menjadi nasabah di Bank Sampah Apel.
PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN EXIT TOLL DI KAWASAN PERDESAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ramadhan, Bagus; Kartikakirana, Renindya Azizza; Rifani, Irfan; Atmaja, Andika Dwi
Jurnal Planoearth Vol 9, No 1 (2024): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpe.v9i1.10071

Abstract

Abstrak: Dalam beberapa tahun terakhir, pengembangan jalan tol di Indonesia berlangsung pesat. Salah satu rencana pengembangan jalan tol adalah menuju Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui ruas Bawen-Yogyakarta, Yogyakarta-Solo dan Yogyakarta-Bandara YIA. Wilayah DIY. Namun pengembangan beberapa exit toll yang direncanakan berada di kawasan yang dikhawatirkan akan mempengaruhi kawasan sekitarnya seperti kawasan perdesaan atau kawasan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat perdesaan tentang pengembangan pintu tol yang dapat dikembangkan di DIY agar tidak berdampak negatif terhadap kawasan-kawasan di sekitar pintu tol. Penelitian ini menggunakan pendekatan induktif pada lokasi rencana kawasan exit toll yang bercorak perdesaan di DIY yaitu exit toll Banyurejo, Kapanewon (Kecamatan) Tempel dan exit toll Bokoharjo, Kapanewon Prambanan. Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara stakeholder terkait. Analisis yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara adalah pengelompokan persepsi masyarakat tentang pengembangan kawasan exit toll yang diinginkan masyarakat. Hasil dari penelitian ini yaitu dengan rencana pengembangan exit toll stakeholder di sekitar exit toll menginginkan adanya rest area. Namun dalam rest area ini perlu untuk mengutamakan masyarakat lokal melalui penyediaan ruang-ruang bagi usaha masyarakat lokal.Abstract: In recent years, the development of toll roads in Indonesia has progressed rapidly. One of the toll road development plans is Bawen-Yogyakarta, Yogyakarta-Solo and Yogyakarta-YIA Airport sections toll roads. The Yogyakarta’s area. However, the plan of several exit toll roads that are in areas that will affect the surroundings, such as rural areas or agricultural areas. This study aims to determine how the perception of rural communities about the development of exit toll that can be developed in DIY so can minimize negative impact on the areas around the exit toll. This study uses a qualitative inductive method at the location of the planned exit toll area with a rural pattern in DIY, the Banyurejo exit toll, Kapanewon (Kecamatan) Tempel and Bokoharjo exit toll, Kapanewon Prambanan. Data gathering for this research conducted through interviews with relevant stakeholders. The analysis is grouping of public perception based on the results of the interview about the development of the exit toll area desired by the community. The result of this research is that with the exit toll development plan, stakeholders around the exit toll want a rest area. However, in this rest area, it is necessary to prioritize local communities through the provision of spaces for local community businesses.
IDENTIFIKASI FUNGSI PERKOTAAN KAWASAN KOTABARU, KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN DATA SURVEI LAPANGAN DAN POINT OF INTEREST GOOGLE MAPS Kartikakirana, Renindya Azizza; Laksito, Arif Dwi; Adninda, Gardyas Bidari; Rifani, Irfan
Jurnal Pengembangan Kota Vol 12, No 2: Desember 2024
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jpk.12.2.162-173

Abstract

Identifikasi fungsi kota yang akurat dan efektif sangat penting untuk mengoptimalkan pengalokasian tata ruang kota dan memonitoring perkembangan kota, termasuk di Kawasan Kotabaru, Yogyakarta. Penelitian ini berusaha membandingkan hasil antara 2 metode identifikasi fungsi perkotaan, yaitu interpretasi citra disertai survei lapangan dan data Point of Interest (POI). Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif-kuantitatif-kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil identifikasi fungsi perkotaan Kawasan Kotabaru antara metode identifikasi melalui interpretasi citra disertai survei lapangan dan data Point of Interest (POI). Perbedaan hasil ini dikarenakan POI yang diperoleh dari google maps secara gratis hanya 60 POI (tidak semua POI pada kawasan). Adapun metode identifikasi fungsi perkotaan yang lebih efektif dari segi output yang dihasilkan yaitu metode interpretasi citra disertai survei lapangan. Dari segi efektivitas waktu dan efisiensi biaya, metode yang lebih baik yaitu metode data POI. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh data yang akurat lebih baik menggunakan metode interpretasi disertai validasi survei lapangan. Namun jika untuk memonitoring perkembangan kota secara cepat dan murah, maka metode data POI lebih baik digunakan dari pada metode interpretasi disertai survei lapangan.