Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

DAMPAK KERJASAMA KEMITRAAN ANTARA BALAI BENIH IKAN (BBI) DENGAN PEMBENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WLINGI, KABUPATEN BLITAR Ariadi, Heri; Wafi, Abdul; Abidin, Zainal; Tjahjono, Agus; Lestariadi, Riski A.
AKULTURASI: Jurnal Ilmiah Agrobisnis Perikanan Vol 8, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/akulturasi.8.2.2020.30648

Abstract

AbstractIn the agribusiness fisheries, partnership strategies can be utilized to minimize of price fluctuations and expand market chains. Such as the case carried out by the tilapia farmer group (O. niloticus) with the BBI (Fish Breeding Centre) in the Wlingi area, Blitar Regency. The purpose of this study is to determine of benefits for partnership cooperation and its impact to tilapia hatchery (O. niloticus) in Wlingi, Blitar Regency with a qualitative research method approach based on natural conditions in the field, then the research data were analyzed descriptively qualitatively using a comparison matrix table. The results of the study showed that the partnership corporate had lasted for 6.5 years with the number of active partners as many as 15 FH. In its journey, partnership can provide benefits for both partners. For BBI, the partnership will provide benefits in the form of the availability of sustainable seed production and the effectiveness of production mechanism. As for farmer, cooperation provides a variety of benefits from the availability of superior brood stock, the certainty of marketing customers, the give utility of production infrastructure, as well as the technical assistance. Then, based on the comparison matrix, the partnership is able to provide various positive changes to the business conditions of tilapia (O. niloticus) hatchery. In addition to technical and non-technical impacts, this collaboration also provides social impacts, risk management, and a more competent marketing system. So as a whole, it can be concluded that the partnership can provide benefits for both partners who are mutually beneficial based on agreements the attributes of the rights and obligations from each partner. While the wider impact, partnership cooperation is considered capable of providing a variety of positive changes to the business conditions of tilapia (O. niloticus) hatchery in terms of business management and technical operations of aquaculture during the partnership collaboration.Keywords: Partnership, Fish Breeding Centre, Oreochromis niloticus, Fish Farmers AbstrakDalam usaha agrobisnis perikanan, strategi kemitraan dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir fluktuasi harga serta memperluas rantai pasar. Seperti kasus yang dilakukan oleh kelompok pembenih ikan nila (O. niloticus) dengan pihak BBI (Balai Benih Ikan) di daerah Wlingi, Kabupaten Blitar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat kerjasama kemitraan serta dampaknya terhadap usaha pembenihan ikan nila (O. niloticus) di Wlingi, Kabupaten Blitar dengan pendekatan metode penelitian kualitatif berdasarkan kondisi alamiah di lapang, selanjutnya data penelitian dianalisa secara deskriptif kualitatif menggunakan tabel matrik perbandingan. Hasil dari penelitian menunjukkan, kerjasama kemitraan telah berlangsung selama 6.5 tahun dengan jumlah mitra aktif sebanyak 15 RTP. Dalam perjalanannya, kerjasama kemitraan dapat memberikan keuntungan untuk kedua pihak mitra. Bagi pihak BBI kemitraan akan memberikan keuntungan dalam bentuk tersedianya produksi benih yang berkesinambungan dan efektifitas operasional produksi. Sedangkan bagi pembenih, kerjasama memberikan beragam manfaat mulai tersedianya induk ikan unggulan, kepastian jasa pemasaran, bantuan sarana prasarana produksi, serta adanya pendampingan teknis. Kemudian, berdasarkan matrik perbandingan, kemitraan mampu memberikan berbagai perubahan positif terhadap kondisi usaha pembenihan ikan nila (O. niloticus). Selain dampak teknis dan nonteknis, kerjasama ini juga memberikan dampak sosial, manajemen resiko, dan sistem pemasaran yang lebih kompeten. Sehingga secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kerjasama kemitraan dapat memberikan manfaat untuk kedua belah pihak mitra yang saling menguntungkan berdasarkan pemenuhan atribut hak dan kewajiban masing-masing mitra. Sementara dampak yang lebih luas, kerjasama kemitraan dinilai mampu memberikan berbagai perubahan positif terhadap kondisi usaha pembenihan ikan nila (O. niloticus) dari sisi manajemen usaha dan teknis operasional budidaya selama siklus kemitraan berlangsung.Kata kunci: Kemitraan, Balai Benih Ikan, Oreochromis niloticus, Pembenih Ikan
EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN PERIKANAN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Yulidhin Khoirul Aswanah; Anthon Efani; Agus Tjahjono
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Program minapolitan yaitu Konsep pembangunana ekonomi local berbasis manajemen wilayah dengan motor penggerak sector kelutan dan perikanan, untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelutan Perikanan no. 39 Tentang Penetapan Kawasan Mianpolitan, maka salah satu kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan adalah Pelabuhan Perikanan Brondong Kabupaten Lamongan dengan basis perikanan tangkap. Tujuna utama dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kecocokan antara perencanaan dan implementasi dari program pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode analisa dta secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengambilan sample yang digunakan yaitu purposive dan incidental sampling. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuisioner. Dari hasil penelitian, dalam tahap implementasinya, pelaksanaan program pengembangan kawasan minapolitan perikanan tangkap ini belum sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang telah ditetapkan. Baik mengenai proses jalannya program maupun waktu pelaksanaanya, yang disebabkan oleh factor yaitu keterbatasan dana, kurangnya koordinasi dan kerjasama antar stakeholder dan kurangnya partisipasi masyarakat nelayan. Oleh karena itu, pemerintah daearah hendaknya mencari sumber perdanaan lain yang sah. Perlu adanya peningkatan koordinasi baik antar stakeholder maupun antara stakeholder dan masyarakat.Kata Kunci: Minapolitan, Stakeholder, perikanan tangkap
Food Security Analysis of Smallscale Fishermen in Karanggongso, Trenggalek Regency Candra Adi Intyas; Agus Tjahjono
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 6, No 2 (2019): ECSOFiM April 2019
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ecsofim.2019.006.02.06

Abstract

Sea resources that open access are causing competitive competition among fishermen. This mainly affects 87.5% of small-scale fishermen in Indonesia who are commonly in poverty. The problems faced are the marketing and production institutions that have not been optimal also the mindset of fishermen who are still subsistence. One way that small-scale fishermen try to increase their income is processing fresh fish to become smoked fish (traditional methode). The purpose of this study was to analyze the level of food security of small-scale fishermen household who also do smoked fish processing activities (NKPA) compared to small-scale fishermen household who did not undertake smoked fish processing (NKNPA). The sampling method uses multi stage cluster sampling. Data analysis used an analysis of food security using the Desirable Dietary Pattern. From the results of the study on the quantity aspect, overall AKE and AKP values in NKPA were 100.71% (good category) and 119.35% (the conditions were very food-resistant) while the NKNPA were 82.58% (moderate category) and 101.50 % (the conditions were very food-resistant). In terms of quality, the calculation of Desirable Dietary Pattern consumption from NKPA had a score of 88.49 and NKNPA of 71.77 which means that the conditions are quite ideal. 
PERENCANAAN PENGEMBANGAN BISNIS PENGOLAHAN IKAN PADA RUMAH MAKAN MINA SARI TLOGOMAS, MALANG, JAWA TIMUR Linda Yulandari Y; Agus Tjahjono; Harsuko Riniwati
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 September-16 Oktober 2012 di Rumah Makan Mina Sari, Tlogomas, Malang, Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis aspek bisnis pengolahan ikan; mengetahui perencanaan pengembangan finansiil bisnis pengolahan ikan; dan mengetahui perencanaan pengembangan bisnis pengolahan ikan pada Rumah Makan Mina Sari. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan penentuan responden menggunakan metode studi kasus dan respondennya adalah pemilik usaha ini, sedangkan pada konsumen penentuan sampel menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara non random sampling dan penentuan jumlah sampel dengan menggunakan Sample Linier Time Function. Cara pengumpulan data dengan observasi, wawancara, kuesioner dan studi kepustakaan. Penganalisisan data dengan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Aspek bisnis pengolahan ikan meliputi: 1)aspek teknis yang terdiri dari bahan produksi, penanganan bahan baku, sarana dan prasarana produksi, jenis-jenis produk olahan dan proses pengolahan produk; 2)aspek pasar yaitu selera dan kepuasan konsumen; 3)aspek finansiil dianalisis selama satu tahun produksi dengan analisis jangka pendek dan hasilnya usaha ini menguntungkan; dan 4)aspek manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Perencanaan pengembangan finansiil bisnis pengolahan ikan dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1)perencanaaan dengan analisis Revenue Cost Ratio (R/C Ratio); 2)perencanaan dengan analisis rentabilitas; dan 3)perencanaan dengan analisis Break Even Point (BEP). Perencanaan pengembangan bisnis pengolahan ikan dilakukan dengan perencanaan operasional berdasarkan analisis dari keadaan aktual yang meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek finansiil dan aspek manajemen; dan perencanaan strategis pengembangan yang dianalisis dengan analisis jangka panjang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa usaha rumah makan ini layak untuk dijalankan dan dikembangkan.   Kata Kunci : Perencanaan, Pengembangan, Menguntungkan dan Layak
EFFECT OF ENTREPRENEURSHIP CHARACTERISTICS OF FISH FARMER ENTREPRENEURIAL INTENTIONS SEEDLING PEOPLE ON THE UNIT (UPR) SUMBERMINA SUSTAINABLE IN VILLAGE SUMBERSEKAR DISTRICT DAU MALANG Haris Mahmudi; Agus Tjahjono; Zainal Abidin
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 4, No 2 (2017): ECSOFiM April 2017
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ecsofim.2017.004.02.10

Abstract

Development of entrepreneurship is seen as a strategic step in solving the nation's economic problems (Milla, 2013). According to Krueger, Reilly and Casrud (2000), stated that entrepreneurship is the kind of behavior that was planned very precisely when explained using the theory of intentions. The purpose of this study was to knowing the profile and business activities of fish farmers in the UPR Sumbermina Lestari, knowing the characteristics of entrepreneurship and entrepreneurial intentions of UPR Sumbermina Lestari, and analyze the influence of entrepreneurial characteristics with entrepreneurial intentions both partially and simultaneously. This research is descriptive. The data used is quantitative data and qualitative data. Source data used are primary data and secondary data. The object of research in the form of entrepreneurial characteristics consisting of innovation, need for achievement, internal locus of control, risks taking, tolerance for ambiguity, self confident, and future-oriented as a variable X with the intention of entrepreneurship as a variable Y. research instruments testing using three test was validity and reliability test, and test assumptions multikolinieritas. There are two methods of data analysis in this study, descriptive statistical analysis, and logistic regression analysis. Key words: Entrepreneurship, Characteristics of Entrepreneurship, Entrepreneurship Intention
Studi Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan pada KMP. Swarna Kartika Cahyadi, Tri; Tjahjono, Agus; Latuheru, Paulina; Gemilang, Murina
Jurnal Penelitian Transportasi Laut Vol. 25 No. 1 (2023): Jurnal Penelitian Transportasi Laut
Publisher : Puslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/transla.v25i1.2295

Abstract

Angkutan penyeberangan sangat dibutuhkan sebagai penyedia sarana transportasi antar pulau. Pelabuhan penyeberangan menyediakan sarana keterjangkauan antar pulau tersebut. Pelabuhan Taipa di Sulawesi Tengah telah terhubung dengan Pelabuhan Kariangu (Kalimatan Timur). Rute perintis tersebut telah disediakan oleh pemerintah melalui keberadaan pelabuhan penyeberangan, sedangkan kapalnya disediakan oleh perusahaan swasta dengan dukungan dari pemerintah melalui skema kewajiban pelayanan publik. Terdapat kapal penyeberangan yaitu KMP. Swarna Kartika yang melayari rute tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan survei terhadap kapal tersebut. Sampel dipilih dengan random sampling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pelayanan angkutan penyeberangan di kapal KMP. Swarna Kartika dan menganalisis aspek yang harus ditingkatkan pada pelayanan penumpang, pemuatan kendaraan, dan pengoperasian kapal. Hasil penelitian ini adalah tingkat kesesuaian pelayanan penumpang di KMP. Swarna Kartika mencapai 47,36%, kesesuaian pelayanan pemuatan kendaraan sebesar 57,14%, dan tingkat kesesuaian pada pelayanan operasional kapal sebesar 75%. Tingkat kesesuaian tertinggi ada pada operasional kapal, diikuti oleh pelayanan pemuatan kendaraan. Adapun kesesuaian yang paling rendah adalah pelayanan terhadap penumpang. Tingkat pelayanan kurang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) angkutan penyeberangan sehingga kapal tersebut belum memenuhi kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. Terdapat indikator yang perlu diperbaiki agar SPM angkutan penyeberangan terpenuhi yaitu aspek pelayanan penumpang, pemuatan kendaraan, dan pelayanan operasional kapal. 
Studi Standar Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan pada KMP. Swarna Kartika Cahyadi, Tri; Tjahjono, Agus; Latuheru, Paulina; Gemilang, Murina
Jurnal Penelitian Transportasi Laut Vol. 25 No. 1 (2023): Jurnal Penelitian Transportasi Laut
Publisher : Sekretariat Badan Kebijakan Transportasi, Formerly by Puslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/transla.v25i1.2295

Abstract

Angkutan penyeberangan sangat dibutuhkan sebagai penyedia sarana transportasi antar pulau. Pelabuhan penyeberangan menyediakan sarana keterjangkauan antar pulau tersebut. Pelabuhan Taipa di Sulawesi Tengah telah terhubung dengan Pelabuhan Kariangu (Kalimatan Timur). Rute perintis tersebut telah disediakan oleh pemerintah melalui keberadaan pelabuhan penyeberangan, sedangkan kapalnya disediakan oleh perusahaan swasta dengan dukungan dari pemerintah melalui skema kewajiban pelayanan publik. Terdapat kapal penyeberangan yaitu KMP. Swarna Kartika yang melayari rute tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan survei terhadap kapal tersebut. Sampel dipilih dengan random sampling. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pelayanan angkutan penyeberangan di kapal KMP. Swarna Kartika dan menganalisis aspek yang harus ditingkatkan pada pelayanan penumpang, pemuatan kendaraan, dan pengoperasian kapal. Hasil penelitian ini adalah tingkat kesesuaian pelayanan penumpang di KMP. Swarna Kartika mencapai 47,36%, kesesuaian pelayanan pemuatan kendaraan sebesar 57,14%, dan tingkat kesesuaian pada pelayanan operasional kapal sebesar 75%. Tingkat kesesuaian tertinggi ada pada operasional kapal, diikuti oleh pelayanan pemuatan kendaraan. Adapun kesesuaian yang paling rendah adalah pelayanan terhadap penumpang. Tingkat pelayanan kurang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) angkutan penyeberangan sehingga kapal tersebut belum memenuhi kesesuaian dengan peraturan yang berlaku. Terdapat indikator yang perlu diperbaiki agar SPM angkutan penyeberangan terpenuhi yaitu aspek pelayanan penumpang, pemuatan kendaraan, dan pelayanan operasional kapal. 
Potensi Sampah Anorganik Dari Kapal Niaga Terhadap Penerapan Marpol 73/78 Yati, Wartini; Tjahjono, Agus
Buletin Keslingmas Vol 44, No 2 (2025): BULETIN KESLINGMAS VOL. 44 NO. 2 TAHUN 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v44i2.13139

Abstract

Pencemaran laut merupakan masukanya komponen secara langsung ke dalam lingkungan laut oleh aktivitas manusia. Sampah di kapal penumpang merupakan masalah serius yang perlu ditangani dengan tepat. Dengan lingkungan yang terbatas, penanganan sampah dapat menjadi tantangan bagi Anak Buah Kapal. Oleh karena itu, menjadi penting untuk melihat secara nyata sampah anorganik yang dihasilkan menuju Pelabuhan berikutnya seperti jenis sampah (plastik,kertas dan sampah lainnya). Penelitian ini bertujuan untuk menilai jumlah timbulan sampah anorganik yang dihasilkan pada kapal jenis 1000 PAX dan untuk mengevaluasi praktik pengelolaan sampah di kapal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah anorganik dari Pelabuhan keberangkatan ke Pelabuhan berikutnya didapatkan timbulan sampah anorganik sekitar 12 m3  (Botol pet,kardus  dll).Pengelolaan sampah di kapal type 100 PAX pada phase penanganan dimulai dari titik sumber penghasil sampah di masing-masing dex,kamar ABK dan penyaji makanan (Toko).Penumpang serta Anak Buah Kapal mengikuti aturan tentang pencegahan pencemaran.Sistem dilakukan setelah terkumpul di tong yang sudah tersedia,ikat,angkat menuju dek buritan belakang/sisi dari kapal yang disesuaikan ketika sandar sebelah kiri atau kanan. Aturan pencegahan polusi dari sampah kapal diatur dalam Marpol 73/78 yang membuat tentang pencegahan pencemaran lingkungan laut oleh kapal karena kegiatannya.Dengan Pengumpulan data dengan Teknik purposive sampling melalui observasi dan wawancara.Penerapan Marpol 73/78 masih terimplementasi optimal di kapal type 1000 PAX.
Potensi Sampah Anorganik Dari Kapal Niaga Terhadap Penerapan Marpol 73/78 Yati, Wartini; Tjahjono, Agus
Buletin Keslingmas Vol. 44 No. 2 (2025): BULETIN KESLINGMAS: VOL. 44 NO. 2 TAHUN 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v44i2.13139

Abstract

Pencemaran laut merupakan masukanya komponen secara langsung ke dalam lingkungan laut oleh aktivitas manusia. Sampah di kapal penumpang merupakan masalah serius yang perlu ditangani dengan tepat. Dengan lingkungan yang terbatas, penanganan sampah dapat menjadi tantangan bagi Anak Buah Kapal. Oleh karena itu, menjadi penting untuk melihat secara nyata sampah anorganik yang dihasilkan menuju Pelabuhan berikutnya seperti jenis sampah (plastik,kertas dan sampah lainnya). Penelitian ini bertujuan untuk menilai jumlah timbulan sampah anorganik yang dihasilkan pada kapal jenis 1000 PAX dan untuk mengevaluasi praktik pengelolaan sampah di kapal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah anorganik dari Pelabuhan keberangkatan ke Pelabuhan berikutnya didapatkan timbulan sampah anorganik sekitar 12 m3  (Botol pet,kardus  dll).Pengelolaan sampah di kapal type 100 PAX pada phase penanganan dimulai dari titik sumber penghasil sampah di masing-masing dex,kamar ABK dan penyaji makanan (Toko).Penumpang serta Anak Buah Kapal mengikuti aturan tentang pencegahan pencemaran.Sistem dilakukan setelah terkumpul di tong yang sudah tersedia,ikat,angkat menuju dek buritan belakang/sisi dari kapal yang disesuaikan ketika sandar sebelah kiri atau kanan. Aturan pencegahan polusi dari sampah kapal diatur dalam Marpol 73/78 yang membuat tentang pencegahan pencemaran lingkungan laut oleh kapal karena kegiatannya.Dengan Pengumpulan data dengan Teknik purposive sampling melalui observasi dan wawancara.Penerapan Marpol 73/78 masih terimplementasi optimal di kapal type 1000 PAX.
The financial feasibility analysis of seaweed product at ora food MSMEs in Yogyakarta Intyas, Candra; Purwanti, Pudji; Tjahjono, Agus; Fadillah, Faizah Ajeng; Rifaldo, Ismail Sebastian
AGROMIX Vol 16 No 2 (2025)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/agx.v16i2.6145

Abstract

Introduction: Diversification of processed seaweed products aims to respond to changes in consumer preferences, reach a broader market, and reduce the risk of dependence on one particular product type. In addition, product diversification can also be a practical innovation in increasing public interest in fishery products. One is the Ora Food MSMEs Yogyakarta, which is in the form of seaweed chips. Business feasibility is needed in a company's progress, and it is an analysis carried out on agencies on a particular project to provide direction as to whether investment in the project is feasible or not. Therefore, this study aims to analyze financial feasibility and business sensitivity in Ora Food MSMEs. Methods: Profitability analysis (BEP, profit, R/C and RTC), financial feasibility (NPV, B/C, IRR and PP) and business sensitivity analysis. Results: Profitability analysis, namely BEP sales of Rp. 119,324,566 or selling as many as 6,609 pcs with the product that must be sold the most on the regular spicy seaweed chips product (BEPq KRLBP )  a total of 3,182 pcs R/C = 2.18 (>1), RTC = 95.42% (>6%) then financial feasibility is NPV = Rp. 747,908,878,- (NPV positive) Net B/C = 3.62 (>1) and IRR = 65% (>6%) and payback period = 1.65 years. Furthermore, the business sensitivity analysis uses three scenarios, namely (1) Costs increase (138%), benefits remain the same, (2) Costs remain the same, benefits decrease (41%), and (3) Costs increase (56%), Benefits decrease (31%). Conclusion: The results of the financial feasibility analysis show that the business is profitable in the short term and financially feasible. In the sensitivity analysis, it can be concluded that the company is quite sensitive if there is a decrease in benefits but is not sensitive to increasing costs. Therefore, sales are expected to be constant at current production or improved by using optimised social media online marketing to reach a larger market.