Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Bulletin of Geology

BIOSTRATIGRAFI DAN PALEOEKOLOGI WILAYAH LEPAS PANTAI BARAT DAYA SUMBA SEJAK PLEISTOSEN AKHIR BERDASARKAN KUMPULAN FORAMINIFERA PLANKTONIK Ardi, Ryan Dwi Wahyu; Maryunani, Khoiril Anwar; Yulianto, Eko; Putra, Purna Sulastya; Nugroho, Septriono Hari
Bulletin of Geology Vol 3 No 2 (2019): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2019.3.2.3

Abstract

Foraminifera are microfaunas/microfossils that frequently applied in geology especially for biostratigraphy and paleoecological analysis. This research aim to create biozonation and paleoecological analysis in the region off the southwest coast of Sumba based on planktonic foraminiferal assemblages. This region heavily affected by northwest monsoon – southeast monsoon shift and located next to one of the ITF’s outflow paths (Ombai Strait – Savu Sea) which eventually form its ecological condition. A 235 cm long deep sea sediment core coded ST08 will be used as research material. Foraminifera specimens were determined quantitatively by observing approximately 300 specimens for each split. Each taxon determined from that part then calculated for each individu that was found while different taxa determined from other splits are considered to be one. Biozonation was determined based on either Blow biozonation or Bolli and Saunders biozonation. One zone was obtained based on Blow biozonation which is N23 zone, equal to Pleistocene – Holocene. Two zones were determined based on Bolli and Saunders biozonation which are Globigerinella calida – Clavarotella bermudezi zone (below 147 cm depth), equal to Late Pleistocene and Globorotalia fimbriata zone (0 – 147 cm depth), equal to Holocene. Paleocological analysis focused on the thermocline depth parameter inferred from the relative abundance of thermocline dweller taxa that consist of Neogloboquadrina dutertrei, Puleniatina obliqueloculata, and Globorotalia menardii. Themocline dweller abundance were relatively higher during Pleistocene (49,76 – 75,66%, average 60,01%), indicating shallower thermocline (eutropic condition) while during Holocene its abundance relatively lower (33,90 – 57, 17%, average 45,77%), which indicated thermocline deepening (more oligotropic condition). Those conditions were related to the southeast monsoon domination during Pleistocene (stronger ITF) before its weakening on Holocene which induced northwest monsoon strengthening (weaker ITF).
REKONSTRUKSI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT BERDASARKAN KUMPULAN FORAMINIFERA DI PERAIRAN UTARA PAPUA, SAMUDRA PASIFIK Damanik, Adrianus; Maryunani, Khoiril Anwar; Nugroho, Septriono Hari; Putra, Purna Sulastya
Bulletin of Geology Vol 4 No 1 (2020): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2020.4.1.4

Abstract

Foraminifera merupakan salah satu proksiterbaik yang digunakan untuk mengetahui kondisi paleoekologi seperti penentuan suhu permukaan laut. Suhu permukaan laut menjadi parameter ekologi yang penting untuk membedakan karakteristik oseanografi pada suatu perairan/cekungan. Penelitian ini melakukan rekonstruksi suhu permukaan laut (SPL) di Perairan Utara Papua berdasarkan kumpulan foraminifera planktonik. Pada penelitian ini digunakan sedimen inti dengan kode OS-07yang diambil pada Ekspedisi Nusa Manggala 2018. Wilayah ini dipilih karena merupakan pintu masuk arlindo (arus lintas Indonesia)sebagai bagian dari sirkulasi globals ehingga Perairan Utara Papua dianggap akan merekam kejadian iklim global. Metoda yang digunakan adalah Modern Analogue Technique (MAT) dan pengelompokan foraminifera di Pasifik mengikuti Parker (1960)dalam Boltovskoy dan Wright (1976). Hasil analisis suhu menggunakan kedua metoda tersebut menunjukkan polaperubahan yang sama. Pada interval kedalaman 246-88 cm dominasi foraminifera zona tropik rendah sedangkan pada kelompok foraminifera subtropik, transitional, dan subantartik mengalami peningkatan yang diinterpretasikan kondisi suhu yang relatif lebih rendah. Foraminifera pada interval kedalaman 88-0 cm mengalamipeningkatan dan terdapat dominasi kelompok foraminifera tropik yang diinterpretasikan adanya kondisi suhu yang relatif lebih tinggi. Hal ini juga selaras dengan hasil rekonstruksi SPL berdasarkan MAT dari data kumpulan foraminifera yang menunjukkan adanya dua pola SPL yaitu pada kedalaman 246-88cm dan 84-0 cm. Peralihan kedua pola, interval kedalaman 86 cm, diinterpretasikan sebagai batas perubahan dari Pleistosen ke Holosen. Perbedaan suhu pada rata-rata untuk bulan Februari pada Pleistosen adalah 1,33oC lebih dingin dibandingkan pada Holosen dan perbedaan suhu pada bulan Agustus adalah 0,82oC lebih dingin pada Pleistosen dibandingkan pada Holosen. Kata kunci: Foraminifera, SPL, MAT, Samudra Pasifik
ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN IDENTIFIKASI UPWELLING BERDASARKAN FORAMINIFERA PLANKTONIK SEJAK AKHIR LAST GLACIAL MAXIMUM DI WILAYAH PERAIRAN PULAU SIMEULUE, ACEH Puteri, Winda Eka Mandiri; MARYUNANI, KHOIRIL ANWAR; PUTRA, PURNA SULASTYA; NUGROHO, SEPTRIONO HARI
Bulletin of Geology Vol 5 No 2 (2021): Bulletin of Geology
Publisher : Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), Institut Teknologi Bandung (ITB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/bull.geol.2021.5.2.7

Abstract

Analisis perubahan iklim dan lautan di wilayah perairan Pulau Simeulue Aceh sejak Pleistosen Akhir hingga Resen dilakukan karena daerah ini berada di wilayah tropis Samudra Hindia yang memiliki peran dalam dinamika iklim global. Wilayah perairan barat Sumatra terletak di timur Samudra Hindia yang dipengaruhi oleh variabilitas atmosfer dan lautan sepanjang tahun. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan suhu permukaan laut (SPL) dan mengidentifikasi upwelling dengan menggunakan proksi foraminifera. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel inti sedimen EW17-08 sepanjang 217 cm yang diambil dari kedalaman 2.811 m di perairan barat Pulau Simeulue Aceh pada posisi94° 46’ 43” BT dan 2° 29’ 47” LU. Berdasarkan hasil pentarikhan AMSC-14 umur inti sedimen laut dalam EW17-08 pada interval kedalaman 216-217 cm adalah 21.300 BP (Plesitosen Akhir).Berdasarkan hasil analisis SPL menggunakan metode Modern Analogue Technique (MAT), rata-rata SPL pada Pleistosen Akhir adalah 27.78oC dan pada Holosen rata-rata SPL adalah 28.15oC. Berdasarkan SPL dan foraminifera kelompok tropis-subtropis terdapat 4 (empat) periode variasi iklim sejak ~21.300 BP. Perbedaan SPL pada Pleistosen Akhir-Holosen di daerah penelitian tidak terlalu signifikan namun terjadi beberapa kali penurunan SPL secara cepat yang kemungkinan berkaitan dengan peristiwa perubahan iklim di bumi yang terjadi sejak Last Glacial Maximum (LGM)seperti deglasiasi, Oldest Dryas, Bølling Interstadial, Older Dryas, Allerød Interstadial, Younger Dryas, Preboreal-Boreal, 8.2k event, Holocene Thermal Maximum, 4.2k event, Subboreal, dan Little Ice Age. Intensitas upwelling di daerah penelitian menunjukan peningkatan pada Pleistosen Akhir yaitu pada kedalaman 100-160 cm berdasarkan kelimpahan Globigerina bulloides dan foraminifera lainnya. Intensitas upwelling diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan intensitas muson tenggara. Kata Kunci: foraminifera, SPL, upwelling, perairan Pulau Simeulue Aceh, Samudra Hindia