Agnes Widyasmoro
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

PEMASARAN DESA WISATA KALIBUNTUNG DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL Ratnaningtyas, Yohana Ari; Widyasmoro, Agnes
Jurnal Kepariwisataan Indonesia : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Indonesia Vol 11 No 1 (2016): Jurnal Kepariwisataan Indonesia : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kepariwisat
Publisher : Ministry Of Tourism

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.186 KB)

Abstract

The development of tourism village has not achieved its optimal result, therefore the impact on the economic, social, cultural, and environmental has not been maximized yet. Hence an effective strategy is highly needed through the awareness and empowerment of Kalibuntung society in regard of the importance of the tourism village development. The aim of this study is to determine the various potentials in the tourism village of Kalibuntung, to know how they apply the marketing strategy, the participation and the empowerment of the society, as well as the support from the government in developing the tourism in Bantul. This research was conducted using qualitative methods and descriptive analysis. Data were obtained by using several techniques namely observation, interview, and documentation. The results showed that the effective marketing is by using social media networks which is familiar among the youth. The conclusion is that the number of tourist visits is still limited in the region of Yogyakarta and surrounding areas. Hence there is more opportunity to develop it into various regions and targeting foreign tourists. The recommendation then suggested that it is necessary to increase cooperation with stakeholders such as travel agencies, hotels and the needs to involve the local community, and the support of the government for the development and marketing of this tourist village.
Makna Pernikahan Menurut Sudut Pandang Tokoh Ros Mini dalam Dokumenter Poetic “Mini Story” Abdurrahman Kholid Rusadi; Agnes Widyasmoro; Andri Nur Patrio
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.248 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i1.5848

Abstract

ABSTRAKFilm dokumenter poetic “MINI STORY” mengangkat tentang seorang perempuan yang menjalani pernikahan hasil perjodohan dan pernikahan anak usia dini. Perjodohan dan pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk mengubahnya. Alasan ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua mendorong anaknya menikah di usia muda. Film dokumenter ini dikemas dengan bentuk poetic. Menurut Bill Nichols bentuk poetic mengorbankan kontinuitas dalam pengeditannya, lebih memfokuskan pada perasaan yang spesifik terjadi pada kejadian dan tempat yang mengikutinya. Bentuk poetic pada film ini dibangun menggunakan semiotika. Metafora merupakan bagian dari ikon dalam teori semiotika Charles S. Pierce. Penciptaan karya film “MINI STORY” digunakan untuk menyampaikan perasaan Ros Mini dan sutradara sebagai anak kandungnya. Ros Mini tetap menyayangi anaknya meski mengalami keterpaksaan dalam pernikahannya. Dokumenter poetic berangkat dengan tujuan memberikan sudut pandang subjektif dari sutradara terhadap Ros Mini. Emosi yang disampaikan pada penonton adalah emosional sutradara dalam menyikapi kasus yang terjadi dalam film “MINI STORY”.Kata Kunci: Dokumenter, Poetic, Pernikahan, Semiotika, 
Komparasi Kostum dan Tata Rias dalam Membangun 3 Dimensi Tokoh – Tokoh pada Film “CINDERELLA” Versi Live Action Tahun 2015 dengan Film Versi Animasi Tahun 1950 Elzha Noer Oktaviani; Nanang Rakhmad Hidayat; Agnes Widyasmoro
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 1, No 1 (2018): SENSE
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.696 KB) | DOI: 10.24821/sense.v1i1.3285

Abstract

Kostum dan tata rias menjadi alat komunikasi terhadap kepribadian tokoh pada film melalui peradaban kehidupan dan budaya manusia untuk memberikan ciri khas pada masing-masing tokoh. Keberadaan kostum dan tata rias dalam membangun 3 dimensi tokoh pada industri perfilman melalui genre bertajuk film fantasi menggunakan fenomena kultural sebagai inspirasi dalam menghasilkan prestasi dan apresiasi di tingkat Internasional. Salah satu keberhasilan tersebut terlihat pada Film “Cinderella” versi live action tahun 2015 yang diproduksi oleh Walt Disney. Film “Cinderella” versi live action tahun 2015 merupakan hasil remake film versi animasi pada tahun 1950 yang sama-sama diproduksi oleh Walt Disney, sebagai film adaptasi dari dongeng “Cinderella” karya penulis terkenal dari Perancis bernama Charles Perrault. Film “Cinderella” versi live action tahun 2015 dengan film versi animasi tahun 1950 mampu memberikan gambaran secara umum terhadap setting (waktu dan tempat) sebagai dunia imajinasi dan rekaan terinspirasi melalui tren gaya masyarakat Eropa.Penelitian ini merupakan penelitian komparatif menggunakan metode kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif. Analisis data kostum meliputi gaya dari bagian-bagian kostum disesuaikan dengan pakaian dasar, pakaian tubuh, asesoris, pakaian kepala, pakaian kaki, warna kostum untuk melihat tiga dimensi tokoh setiap karakternya dan tata rias sebagai pendukung dari gambaran masing-masing tokoh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat persamaan dan perbedaan yang terjadi pada dua objek, ditinjau melalui implemetasi gaya dan warna kostum, serta jenis tata rias yang digunakan dalam membangun 3 dimensi pada tokoh “Cinderella”, Ibu Tiri, Anastasia, Drizella, Pangeran.Alasan terjadinya persamaan terinspirasi dari peristiwa sejarah masyarakat Eropa dengan melakukan mix up pada gaya kostum melalui dekorasi ornamen serta asesoris yang digunakan untuk mendukung masing- masing tokoh sesuai dengan kebutuhan tokohnya. Perbedaan terletak pada media yang berbeda terjadi pada tampilan kostum dan tata rias film versi animasi “Cinderella” tahun 1950 dalam bentuk animasi 2D, sedangkan film “Cinderella” tahun 2015 dalam bentuk live action.
Pergeseran Nilai Guna Perisai Suku Dayak Kalimantan Timur dalam Penyutradaraan Film Dokumenter “Talawang” dengan Gaya Interaktif Rimandha Tasya Febriliani; Agnes Widyasmoro; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.072 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i1.5849

Abstract

ABSTRAKTalawang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama perisai. Talawang merupakan salah satu perlengkapan perang yang digunakan pada masa lampau sebagai alat pertahanan diri dari serangan lawan maupun hewan buas, dan dipergunakan dalam suasana terdesak. Namun, di masa sekarang ini Talawang mengalami pergeseran nilai guna. Film dokumenter “Talawang” merupakan film dokumenter dengan gaya interaktif yang memberikan informasi melalui statment-statment dari para narasumber dan didukung dengan visual yang terjadi di lapangan mengenai bagaimana perisai suku Dayak mengalami pergeseran nilai guna di Kalimantan Timur. Film ini dituturkan dalam bentuk struktur bertutur tematis dimana film dikemas dalam bentuk fakta-fakta yang muncul di lapangan, kemudian dibagikan kepada khalayak sebagai informasi dan pengetahuan baru yang menarik. Penerapan gaya interaktif dan struktur bertutur tematis dalam film dokumenter “Talawang” menghasilkan karya yang menunjukkan bagaimana perisai suku Dayak yang awalnya berfungsi sebagai alat perang, mengalami pergeseran nilai guna di masa sekarang. Film dokumenter ini juga memberikan informasi dan pengetahuan kepada penonton mengenai sejarah dan keberadaan perisai di masa sekarang.Kata kunci: Dokumenter, Interaktif, Pergeseran Nilai, Talawang 
KLARIFIKASI ILMU LIAK MELALUI PENYUTRADARAAN DOKUMENTER “LINGGIH AKSARA” DENGAN GAYA EXPOSITORY Ni Luh Putu Indra Dewi Anjani; Agnes Widyasmoro; Gregorius Arya Dhipayana
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.692 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i1.5072

Abstract

ABSTRAKKarya tugas akhir penyutradaraan film dokumenter “Linggih Aksara” membahas tentang fenomena ilmu Liak di Bali yang memiliki stigma negatif. Berbagai isu yang beredar di masyarakat menjadikan ilmu liak memiliki definisi yang simpang siur dan banyak sudut pandang yang berbeda. Masyarakat menganggap ilmu liak sebagai ilmu hitam untuk mencelakai orang lain, dapat berubah wujud menjadi sosok menyeramkan, mencari tumbal untuk kenaikan tingkat, dan hal lain yang sifatnya memojokkan. Hal tersebut tentu kurang tepat mengingat ilmu liak merupakan ilmu warisan nenek moyang Bali yang seharusnya dapat dilestarikan. Melihat kenyataan tersebut, ilmu liak perlu di klarifikasi agar masyarakat tidak selalu memojokkan ilmu liak dalam segala kondisi tanpa bukti yang jelas. Proses klarifikasi stigma negatif dilakukan melalui menampilkan beberapa narasumber dengan sudut pandang yang berbeda. Hal tersebut menjadikan dipilihnya dokumenter expository sebagai kemasan dari film ini dengan menampilkan dari sudut pandang sejarah, lontar, ilmu modern, hingga agama secara tematis. Selain itu, gaya expository juga dapat merangkai sebuah fakta dengan runut, melalui subjektifitas sutradara, sehingga penonton menjadi percaya. Karena kekuatan dari gaya expository adalah pada susunan narasi yang mampu mempersuasi. Film ini diharap mampu membuka pikiran penonton tentang ilmu liak sehingga pandangan yang buruk tentang ilmu liak dapat perlahan-lahan berubah dan ilmu liak dapat di eksplorasi dan implementasikan dalam kehidupan sehari hari. Kata kunci : Film dokumenter, klarifikasi, ilmu liak, expository
MEMBANGUN NUANSA HOMEY DENGAN IMPLEMENTASI WARNA DINGIN DAN NETRAL DALAM PENYUTRADARAAN PROGRAM TV MAGAZINE “LIVING IN HEALTH” Felicia Listyadesi; Agnes Widyasmoro; Andri Nur Patrio
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 1, No 2 (2018): SENSE
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.708 KB) | DOI: 10.24821/sense.v1i2.3489

Abstract

Program TV magazine “Living in Health” mengangkat tema gaya hidup sehat dengan nuansa homey dengan penerapan warna dingin dan netral. Nuansa homey dibangun untuk membuat suasana nyaman ketika melakukan gaya hidup sehat. Definition of „homey‟ is comfortable or familiar like home (definisi homey adalah nyaman atau akrab seperti rumah). Healthty Lifestyle dipilih karena gaya hidup ini dipandang mahal dan sulit untuk diterapkan, tetapi program tv magazine “Living in Health” memberi informasi gaya hidup sehat praktis, murah, dan dapat dilakukan di rumah.Pembangunan nuansa homey didukung dengan implementasi warna dingin yang netral yang merupakan karakter ketentraman. Warna dingin dan netral diterapkan dalam setting aristik, motion graphic, dan tata kostum. Warna-warna dingin sebagian besar digunakan dalam simbol kesehatan dan kealamian menjadi alasan utama dalam penerapannya.Konsep penyutradaraan membangun nuansa homey dengan menerapkan setting dan implementasi warna pada property rumah. Program tv ini akan membawa penonton untuk dapat melakukan beragam aktivitas hidup sehat di rumah yang nyaman. Topik yang disajikan merupakan informasi yang diminati dan dekat oleh wanita sebagai segmentasi utama. Beberapa rubrik tentang healthy lifestyle disajikan dalam program tv ini. Efek yang ditimbulkan menggunakan warna dingin dan netral adalah perbedaan suasana setiap segmen dan rubrik yang disajikan. Memberikan energi yang berbeda pada setiap aktivitasnya.
MEMPERKENALKAN DUNIA BINATANG MELALUI PENYUTRADARAAN PROGRAM MAGAZINE SHOW “FUNTASY ZOO” EPISODE KUCING DENGAN PENGGUNAAN GAYA VISUAL FLAT DESIGN Bunga Nindiah Septiani; Agnes Widyasmoro; Andri Nur Patrio
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.638 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i2.5079

Abstract

ABSTRAKAnak dan remaja sering kali menjadikan binatang peliharaan sebagai salah satu life style trending item dengan pembekalan pengetahuan yang minim. Kurangnya pengetahuan tentang merawat binatang peliharaan menjadikan binatang peliharaan tersiksa dan menyebabkan manusia menjadi bingung dengan tindakan perawatannya. Program peliputan aktivitas binatang maupun pengetahuan dasar binatang telah ditayangkan di televisi Indonesia dalam bentuk feature maupun dokumenter. Hal inilah yang menjadi latar belakang dalam penciptaan program magazine show bertema binatang.Program magazine show “Funtasy Zoo” adalah program yang membahas seputar binatang dengan tema yang menyenangkan dan memainkan fantasi dalam penyajiannya. Pada season 1 bertema binatang peliharaan yaitu kucing. Melalui skripsi penciptaan seni berjudul “Memperkenalkan Dunia Binatang Melalui Penyutradaraan Program Magazine Show “Funtasy Zoo” Episode Kucing Dengan Penggunaan Gaya Visual Flat Design” bertujuan untuk mengenalkan dunia binatang khususnya kucing lebih mendalam dengan bahasa yang ringan dan tampilan yang menarik menggunakan gaya flat design untuk mendukung visual agar menarik minat penonton terutama anak dan remaja.Program “Funtasy Zoo” berisi 7 rubrik, berdurasi 30 menit dengan pembawaan yang menarik, menyenangkan dan didukung oleh penyajian gaya flat design seperti menggunakan warna cerah dan ilustrasi. Dengan adanya program ini, diharapkan mampu menambah wawasan kepada masyarakat mengenai binatang, baik dari karakter sampai cara merawatnya dan menambah referensi dan hiburan kepada masyarakat terkait binatang. Kata Kunci : Binatang, Flat Design, Magazine Show
KEHIDUPAN MULTIKULTURALISME SWITHA SEBAGAI ANAK SUKU TAMIL DI KOTA MEDAN DALAM PENYUTRADARAAN FILM DOKUMENTER POTRER “NIRAM” Yunalistya Sakanti Putri; Agnes Widyasmoro; Lilik Kustanto
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.356 KB) | DOI: 10.24821/sense.v3i1.5095

Abstract

ABSTRAKSuku Tamil sendiri berasal dari Asia Selatan atau biasa disebut dengan India. Suku Tamil memiliki persebaran yang cukup besar dan berpusat di Sumatera Utara sejak zaman penjajahan belanda pada abad 7 masehi. Multikulturalisme adalah sebutan untuk seseorang memiliki pandangan tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman.Film dokumenter “Niram” merupakan film dokumenter bergenre potret yang akan memberikan informasi langsung secara visual bagaimana multikulturalisme menjadi bagian dari kehidupan sosial seorang anak Suku Tamil sebagai salah satu golongan suku minoritas yang berada di lingkungan multikultur di Kota Medan dengan metode pemaparan cinéma vérité sebagaimana perwujudan dalam karya ini juga dibangun saat pengambilan gambar ataupun dalam proses riset guna memberikan fakta yang terjadi di lapangan dan melalui statement Switha sebagai subjek utama serta narasumber pendukung lainnya.Penerapan genre potret dan metode pemaparan cinéma vérité dalam film dokumenter “Niram” ini menghasilkan karya yang menunjukkan bagaimana perspekstif anak Suku Tamil yang bernama Switha dalam kehidupan multikulturalisme secara sosial di Kota Medan. Pada dokumenter ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada penonton bahwasannya saling menghormati tanpa melihat perbedaan adalah hal yang baik untuk dilakukan tiap individu tanpa melihat budaya, suku, agama, ras, dan strata sosial. Kata Kunci: Multikulturalisme, Suku Tamil, Dokumenter Potret, Cinéma Vérité.
VISUALISASI SUDUT PANDANG TOKOH UTAMA DENGAN PENERAPAN GRAYSCALE PADA PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “DANILA” Adina Iffah Izdihar; Agnes Widyasmoro; Alexandri Luthfi Rahman
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.071 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i1.5073

Abstract

ABSTRACTThe accountability of the artwork thesis Visualization of the Main Figures with Grayscale Application in the Directing of "Danila" Fiction Film aims to create audio-visual works with a cinematographic approach, point of view, and the application of grayscale as a symbol of the main character's emotional representation. The film "Danila" tells the life of a teenager who has psychological trauma that in this film, caused by a deep sense of loss over the death of her mother which was further aggravated by a change in the attitude of his father by becoming a workaholic who is rarely at home. Feelings of sadness, loss, and loneliness that are increasingly accumulating change Danila's character and way of dealing with life.Cinematographic techniques with handheld camera movement, the use of camera angle POV that dominate, and the application of grayscale in Danila's visual point of view are intended to support the storyline, character subjectivity as teenagers who have psychological trauma, and as emotional representations when Danila experiences various kinds of daily life problems day. Keywords: Directing, Film, Grayscale. ABSTRAKPertanggungjawaban skripsi penciptaan seni Visualisasi Sudut Pandang Tokoh Utama dengan Penerapan Grayscale pada Penyutradaraan Film Fiksi “Danila” bertujuan untuk menciptakan karya audio visual dengan pendekatan sinematografi, sudut pandang, dan penerapan grayscale sebagai simbol representasi emosi tokoh utama. Film “Danila” menceritakan kehidupan remaja yang memiliki trauma psikologis yang pada film ini, disebabkan karena rasa kehilangan mendalam atas kematian sang ibu yang kemudian diperparah dengan perubahan sikap sang ayah dengan menjadi seorang workaholic yang jarang berada di rumah. Rasa sedih, kehilangan, dan kesepian yang kian menumpuk merubah karakter dan cara Danila dalam menghadapi kehidupan.Teknik sinematografi dengan pergerakan kamera handheld, penggunaan POV camera angle yang mendominasi, dan penerapan grayscale dalam visual sudut pandang Danila ditujukan untuk mendukung jalan cerita, subjektifitas tokoh sebagai remaja yang memiliki trauma psikologis, dan sebagai representasi emosi saat Danila mengalami berbagai macam problematika kehidupan sehari-hari. Kata kunci: Penyutradaraan, Film, Grayscale
PEMASARAN DESA WISATA KALIBUNTUNG DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL Yohana Ari Ratnaningtyas; Agnes Widyasmoro
Jurnal Kepariwisataan Indonesia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan Indonesia Vol. 11 No. 1 (2016): June 2016
Publisher : Ministry of Tourism and Creative Economy/Tourism and Creative Economy Agency Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47608/jki.v11i12016.1-24

Abstract

The development of tourism village has not achieved its optimal result, therefore the impact on the economic, social, cultural, and environmental has not been maximized yet. Hence an effective strategy is highly needed through the awareness and empowerment of Kalibuntung society in regard of the importance of the tourism village development. The aim of this study is to determine the various potentials in the tourism village of Kalibuntung, to know how they apply the marketing strategy, the participation and the empowerment of the society, as well as the support from the government in developing the tourism in Bantul. This research was conducted using qualitative methods and descriptive analysis. Data were obtained by using several techniques namely observation, interview, and documentation. The results showed that the effective marketing is by using social media networks which is familiar among the youth. The conclusion is that the number of tourist visits is still limited in the region of Yogyakarta and surrounding areas. Hence there is more opportunity to develop it into various regions and targeting foreign tourists. The recommendation then suggested that it is necessary to increase cooperation with stakeholders such as travel agencies, hotels and the needs to involve the local community, and the support of the government for the development and marketing of this tourist village.