Riesti Triyanti
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PERAN JARINGAN SOSIAL NELAYAN PADA PEMASARAN TUNA, CAKALANG DAN TONGKOL: STUDI KASUS DI KOTA KENDARI Riesti Triyanti; Christina Yuliaty; Tenny Apriliani
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 9, No 2 (2014): Desember (2014)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.684 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v9i2.1223

Abstract

Mayoritas nelayan di Indonesia adalah kategori nelayan tradisional yang miskin serta menjadi golongan terpinggirkan. Sulitnya akses finansial ke lembaga keuangan formal menjadikan ketergantungan nelayan terhadap pinjaman dari pemberi modal informal yang berpengaruh pada pemasaran hasil ikan tangkapan. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi karakteristik nelayan, proses dan jaringan sosial antar pelaku usaha penangkapan dan pemasaran. Pengumpulan data primer dilaksanakan melalui wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan di Kota Kendari melakukan aktifitas penangkapan ikan berdasarkan pada jenis alat tangkap yang dimiliki dengan ukuran kapal lebih kecil dari 30 GT. Pemasaran tuna, cakalang dan tongkol dikelompokkan kedalam dua pasar utama yaitu pasar lokal dan ekspor. Bagi nelayan yang memperoleh permodalan untuk melaut dari bos maka pemasaran ikan hasil tangkapan dikendalikan oleh bos. Jaringan sosial yang melibatkan berbagai aktor tidak hanya terbatas pada jaringan kerja pada produksi saja, namun juga atas kehidupan sosial ekonomi lainnya. Diantara berbagai jaringan sosial yang ada, yang paling prospektif untuk dikembangkan dalam komunitas nelayan di Kendari adalah jaringan sosial antara nelayan dengan bos dengan pola kemitraan inti plasma.
ANALISIS MANAJEMEN RANTAI PASOK LOBSTER (Studi Kasus di Kabupaten Simeulue, Aceh) Riesti Triyanti; Risna Yusuf
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 2 (2015): Desember (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3445.729 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i2.1260

Abstract

Kabupaten Simeulue sebagai daerah kepulauan memiliki potensi perikanan yang cukup besar namun pemanfaatannya masih tergolong rendah. Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Simeulue hanya mencapai 2,20 persen selama tujuh tahun terakhir meskipun dari sisi nilai laju pertumbuhan naik secara signifikan (19,12 %). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan rantai pasok lobster di Kabupaten Simeulue yang meliputi interaksi sosial ekonomi dan kontribusi antar pelaku usaha yang terlibat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap pelaku usaha yang terlibat serta Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPMKHP) Wilayah Kerja Simeulue. Data hasil wawancara dilengkapi hasil observasi dan dokumentasi, selanjutnya diolah dan disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rantai pasok lobster terdiri dari nelayan/ pembudidaya (100%) → supplier (100%) → eksportir (90%) dan konsumen lokal (10%) → konsumen luar negeri (100%) serta terdiri dari tujuh pemetaan dalam manajemen rantai pasok. Permasalahan yang terjadi adalah makin menurunnya volume lobster yang di pasok, adanya monopoli harga oleh eksportir, aksesilibitas pasar yang terbatas pada produsen, penerapan teknologi (penyimpanan dan pengiriman) hanya pada eksportir, dan belum adanya kelembagaan keuangan formal yang menjamin harga lobster lebih tinggi. Manajemen rantai pasok lobster dapat menjadi bahan kebijakan untuk pemerintah daerah Kabupaten Simeulue dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan maupun pembudidaya lobster. (Analysis of Lobster Supply Chain Management (Case Study in Simeulue District, Aceh))Simeulue islands have a large fisheries potential, but its use is still relatively low. Contribution of the fisheries sector to Simeulue’s GDP only reached 2.20 per cent over the last seven years despite of the value of the growth rate increased significantly (19.12%). The aim of this studi is to map lobster supply chain in Simeulue Island which includes economic and social interaction among business actors involved. Data collected through interviews with businesses and Agency for fish quarantine, quality control and safety of fish product work area in Simeulue District. Interviewed data are compounded by the results of observation and documentation. Data were processed and presented descriptively. Results of the study showed that the supply chain lobster consists of: fishers/farmers (100%) → supplier (100%) → exporters (90%) and local consumers (10%) → consumers abroad (100%) and consists of seven mapping in management supply chain. The problem that occurs is decreasing of volume supplied lobster, pricing monopoly by exporters, limited market accessibility by producer, application of technology (storage and delivery) only on exporters, and financial institution that guarantees higher lobster prices are not available. Lobster supply chain management can be a policy concern for the local government district of Simeulue in increasing the income and prosperity lobster fishers and farmers.
KAJIAN PEMASARAN IKAN LELE (Clarias Sp) DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PERIKANAN BUDIDAYA (Studi Kasus di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah) Riesti Triyanti; Nensyana Shafitri
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2012): DESEMBER (2012)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.586 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v7i2.5684

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengkaji saluran pemasaran ikan lele di Kabupaten Boyolali. Penelitian juga dilakukan untuk mengkaji besarnya biaya, keuntungan, margin pemasaran serta efisiensinya. Penelitian menggunakan metode survei. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil pada bulan April 2012dengan teknik wawancara, pencatatan dan observasi. Teknik pengambilan sampel pembudidaya dilakukan secara random sampling; sedangkan sampel pedagang diambil secara snowball sampling. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan cost margin analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat pola rantai pemasaran ikan lele dengan rantai yang panjang di saluran I dan II dan rantai terpendek di rantai III. Biaya dan keuntungan terbesar untuk penjualan lele hidup terdapat di saluran pemasaran I, sedangkan margin pemasaran terkecil untuk penjualan lele hidup terdapat di saluran pemasaran II. Ketiga saluran pemasaran lele hidup sudah efisien dengan nilai farmer’s share terbesar pada saluran II yaitu 87,34 %; sedangkan saluran IV memiliki nilai farmer’s share terkecil sebesar 8,95%. Hasil penelitian efisiensi saluran pemasaran lele diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk perikanan budidaya sehingga dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya dan industri pengolahan.Title: Marketing Analysis Catfish of to Support Aquaculture Industry (Case Study on Boyolali District, Central Java)This study aimed to assess marketing channels of catfish in Boyolali district. Research was carried out to access costs, benefits, marketing margin and their efficiencies. The research employs survey method. Data were collected in April 2012 using interview techniques, recording and observation. Farmers samples technique used random sampling, whereas traders samples were selected by snowball sampling technique. Data were analyzed using cost margin analysis. Results of this study showed that there were four patterns of catfish marketing chain with the largest chain were in the channel I and II and the shortest chain was in the chain III. The biggest costs and benefits of selling live catfish were in marketing channel I, while the smallest ones was in the marketing channels catfish II. All the three live marketing chanel were efficient with the biggest and smallest value of farmer’s share of 87,34% (marketing chanel II) and 8,95 % (marketing chanel IV), respectively. Results of the study were expected to be used as a basis for increasing value added and competitiveness of fish cultured product so that fish farmers and fish processors income can be increased.
KAJIAN SOSIAL EKONOMI PELELANGAN BANDENG DI KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN Riesti Triyanti; Hikmah Hikmah
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 2 (2013): DESEMBER (2013)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (801.624 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v8i2.5674

Abstract

Pelelangan bandeng di Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) dilakukan oleh beberapa pihak diantaranya pembudidaya, pungawa, pacatto, pagandeng, dan penagih retribusi dengan aturan main yang telah disepakati. Bandeng hasil pelelangan dipasarkan ke  beberapa kabupaten di sekitar Pangkajene dan Kepulauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pelelangan bandeng dan rantai pemasaran bandeng, serta menganalisis kinerja pemasaran bandeng. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap pelaku usaha perikanan. Analisis data  menggunakan metode statistik deskriptif dan cost-margin analysis. Hasil analisis menunjukkan rantai pemasaran bandeng di pelelangan terdiri dari 2 rantai diantaranya Pembudidaya-Pungawa-PacattoKonsumen (R1) dan Pembudidaya-Pungawa-Pacatto-Pagandeng-Konsumen (R2). Rantai pemasaran R1 memiliki nilai biaya pemasaran lebih kecil, keuntungan lebih besar, margin pemasaran lebih kecil, farmer’s share lebih besar dan memiliki nilai indeks efisiensi lebih kecil dibandingkan rantai pemasaran  R2. Realisasi penerimaan retribusi pelelangan bandeng di Pangkep terhadap target hampir tercapai  sedangkan terhadap Pendapatan Asli  Daerah (PAD) sangat kecil (< 1 %). Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat di Kabupaten Pangkep khususnya pembudidaya bandeng dapat dilakukan dengan pembentukan kelembagaan pelelangan, penambahan fasilitas pelelangan, dan peningkatan koordinasi serta pengawasan data maupun jumlah retribusi pelelangan antara Dinas Kelautan dan Perikanan  dan Dinas Pendapatan Daerah. Title: Social and Economic Study of Milkfish Auction in the  Pangkajene Kepulauan DistrictThe milkfish auctions in Pangkep District have been being practicy by several parties including farmers, pungawa, pacatto, pagandeng, and levy collectors with agreed rules. Milkfish from the auction were marketed to several districts near by the Pangkep district. This study aimed to identify the characteristics of the milkfish auction, milkfish marketing chain, and analyze the performance ofmilkfish marketing efficiency. Data collected using indept interview techniques to fish farm respondents. Data were analyzed using descriptive statistical methods and cost-margin analysis. Results showed that milkfish marketing chain in auction consists of 2 chains including fish farmers-Pungawa-Pacatto Consumer (R1) and Fish farmers-Pungawa-Pacatto-Pagandeng-Consumer (R2). Marketing chain R1 has lower marketing costs, greater profits, lower marketing margins, larger farmer’s share and has a efficiency index value is smaller than R2 marketing chain. Levy revenue realization milkfish auctions in Pangkep against almost achieved the target while contributing to the auction levy revenue (PAD) is very small (<1%). Increased incomes in particular Pangkep milkfish farmers can do with the establishment of the institutional tender, the addition of auction facilities, and improved coordination and monitoring of data and the amount of levy auction between the Local Autority in Marine and Fisheries Sector and Local Autority in Revenue.
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN USAHA MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN PADA USAHA PENGOLAHAN IKAN: Studi Kasus di Kota Banda Aceh Yayan Hikmayani; Riesti Triyanti
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2015): Juni (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (952.67 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i1.1248

Abstract

Program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan dan perikanan pada sektor perikanan diwujudkan dalam bentuk pengembangan usaha mina pedesaan. Program penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan seringkali tidak tepat sasaran dan tidak memperhitungkan keberlanjutan program sehingga kemiskinan tidak berkurang bahkan semakin bertambah. Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) merupakan salah satu program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ditujukan untuk menanggulangi kasus kemiskinan pada kelompok masyarakat tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP) pada kelompok masyarakat pengolah dan pemasar hasil perikanan di Kota Banda Aceh, mengetahui respon masyarakat terhadap Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (PUMP P2HP), dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan desk study. Pengambilan sampel ditentukan secara purposive dengan responden anggota kelompok pengolah dan pemasar hasil perikanan (POKLAHSAR) penerima program. Metode analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan PUMP P2HP di setiap tahapannya secara normatif memang telah terlaksana dan terdapat kesesuaian antara ketentuan pedoman program dengan pelaksanaannya di masyarakat. Namun demikian, dalam hal pelaksanaannya sebagai sebuah program pemberdayaan, secara substansi masih jauh dari tujuan yang diharapkan. Hal ini didukung dengan analisis mengenai respon masyarakat terhadap pelaksanaan program, baik itu mengenai keberlanjutan program, keterlibatan dalam program, manfaat program, dan konflik selama pelaksanaan program. Faktor-faktor dominan yang dapat menghambat pelaksanaan program ini secara keseluruhan perlu dilakukan perubahan dan perbaikan. Faktor yang menjadi penghambat dan penunjang keberhasilan program yaitu kesesuaian lokasi, pemberian peralatan yang menunjang produksi, dan ketepatan calon penerima bantuan. Rekomendasi kebijakan untuk perbaikan pelaksanaan program bantuan langsung tunai (BLT) di masa depan yaitu (1) Penyederhanaan dalam prosedural kegiatan program, (2) Ketepatan pemilihan calon penerima, (3) Pelatihan dan pendampingan kepada para calon penerima maupun penerima bantuan, dan (4) Evaluasi terhadap program bantuan untuk pengembangan usaha dan kemandirian penerima bantuan secara berkelanjutan. (Implementation of The National Program for Marine and Fisheries Community Empowerment in The Fisheries Processing Business : A Case Study in Banda Aceh City)Fish business development in the village level is considered as the natural program for marine and fisheries community empowerment. Poverty reduction programs through marine and fisheries community empowerment are does not effective and take into account the sustainability of the program so that poverty can not be reduced even increasing. National program of marine and fisheries in the fish processing business are considered one of the MMAF program intended to eliminate poverty in a certain society. The aims of this study was to analyze implementation of PUMP P2HP, particularly in Banda Aceh City, identify the public response to the PUMP P2HP, and identify factors that affect the implementation of the program. This research used a qualitative approach and data collection through interview, observation and desk study. Sample was determined using purposive sampling with respondents “kelompok pengolah dan pemasar” (POKLAHSAR) members participating in the program. The method of data analysis was carried out descriptively. Results show that the implementation of PUMP P2HP in each stage have indeed been implemented as in the guidelines on the implementation of programs in the community. However, in terms of its implementation as a policy of empowerment, it is still far from the expected goals. This is supported by an analysis of the public response to the implementation of the program, in relation to the sustainability of program, the participation in program, the benefits of program, and conflict occurred during implementation of the program. The dominant factors that can support and prevent the implementation of the program as a whole, that the implementation procedures should be be changed and improved. Inhibitory and supporting factor for success of the program were namely the suitability of the location, provision of equipment to support the production, and the accuracy of the prospective beneficiaries. Policy recommendations to improve implementation of the programs of direct cash assistance (BLT) in the future were identified as follows: (1) simplification of the program process, (2) accuracy in selecting candidates (3) training and assistance to the recipients and beneficiaries, and (4) evaluation of the programs for business development and self-reliance of beneficiaries sustainable manner.
TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA MINA PEDESAAN (PUMP) PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN Rismutia Hayu Deswati; Riesti Triyanti
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 10, No 1 (2015): Juni (2015)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.459 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v10i1.1253

Abstract

Partisipasi masyarakat merupakan hal penting dalam keberhasilan pelaksanan program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Pengolah dan Pemasar Hasil Perikanan (PUMP P2HP) di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program; (2) Mengidentifikasi perbedaan tingkat partisipasi masyarakat dan faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PUMP P2HP. Penelitian menggunakan metode survei di 6 lokasi yaitu Kabupaten Cirebon, Kabupaten Tangerang, Kota Aceh, Kota Sibolga, Kota Makasar dan Kabupaten Banjar. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif frekuensi untuk mengetahui tingkat partisipasi dan faktor yang mempengaruhi serta analisis chi square untuk melihat perbedaan partisipasi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat pada tahap persiapan di 6 lokasi masuk kategori sedang senilai 58%, pada tahap pelaksanaan masuk kategori tinggi dengan skor 77% dan tahap evaluasi masuk kategori sedang dengan capaian skor 64%. Analisis chi square menunjukkan terdapat perbedaan tingkat partisipasi dengan faktor yang mempengaruhi adalah sosialisasi, pelatihan yang diikuti, workshop dan Kelompok Usaha Kelautan dan Perikanan (KUKP). Berdasarkan hasil tersebut rekomendasi yang disarankan bahwa untuk menunjang keberhasilan program PUMP P2HP diperlukan partisipasi masyarakat mulai dari tahap persiapan hingga akhir.(Community Participation Level in the Implementation of Processing and Marketing Business Development Program)Community participation is essential in the success of program implementation of program on fisheries business development at village level the Processing and Marketing Business Development Program (PUMP-P2HP) in Indonesia. This study aims to 1). Identifyng the level of community participation in the implementation of the program; 2). Identifyng the difference in the level of community participation and the factors that affect the level of community participation in the implementation of P2HP PUMP. The research using survey method in 6 locations: Cirebon, Tangerang, Aceh, Sibolga, Makasar and Banjar. Data analysis method used descriptive frequency to determine the level of participation andthe factors that influence and chi square analysis to know the difference in participation. The results showed the level of public participation in the preparation stage at 6 locations in the medium category at 58%, in the implementation at high stage category with a score of 77% and evaluation stages are categorized by performance score of 64%. Chi square analysis shows that there are differences in the level of participation with factors that affecting are socialization, training, workshop and Business Group Maritime Affairs and Fisheries. Base on those results, this study recommend that implementation of the PUMP-P2HP program should include community participation from the planning stage to evaluating stage.