Estu Sri Luhur
Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS DAMPAK SUBSIDI INPUT TERHADAP EFISIENSI EKONOMI USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU DI KABUPATEN PESAWARAN, LAMPUNG Tajerin Tajerin; Estu Sri Luhur
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 6, No 2 (2011): DESEMBER (2011)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (994.818 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v6i2.5771

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perkiraan dampak subsidi input terhadap efisiensi ekonomi budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung dan menentukan pilihan subsidi input yang optimal bagi keberlanjutan usaha. Penelitian dilakukan di Perairan Ringgung Kabupaten Pesawaran, Lampung pada bulan September - Desember 2010. Contoh responden dipilih secara sengaja menggunakan metoda sensus. Data yang digunakan adalah data primer dan dianalisis dengan menggunakan pendekatan fungsi biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangsa faktor usaha (sebagai proksi efisiensi ekonomi) budidaya ikan kerapu memiliki respons positif yang nyata terhadap perubahan harga benih, harga pelet ikan, harga pakan rucah ikan dan harga keramba jaring apung; dan memiliki respons negatif yang nyata terhadap perubahan upah tenaga kerja. Pemberian subsidi input berdampak positif terhadap pangsa faktor usaha budidaya ikan kerapu. Di samping itu, pilihan subsidi input yang optimal untuk meningkatkanpangsa faktor usaha adalah subsidi input benih dan pakan rucah ikan masing-masing sebesar 10% disertai subsidi bahan bakar minyak sebesar 30%. Berdasarkan temuan tersebut dan demi menjaga manfaat subsidi input bagi pengembangan usaha budidaya ikan kerapu di lokasi penelitian, pemerintah perlu menetukan formulasi dan mekanisme yang tepat pemberian subsidi input untuk usaha budidaya ikan kerapu. Pada satu sisi memperhatikan pentingnya efisiensi ekonomi (pangsa faktor) sebagai salah satu indikator keberlanjutan usaha, namun di sisi lain tidak menimbulkan semakin besarnya pengangguran. Tittle: Impact Analysis of Input Subsidies to Economic Efficiency of the Grouper Fish Culture in Pesawaran, Lampung.This paper was aimed to analyze possible impact of input subsidies to economic efficiency of the grouper fish culture in floating net cage, and determine level of input subsidies for maintainning sustainability of the business. This study was conducted in the regency of Pesawaran of Lampung province in September - December 2010. Sample respondents were purposely selected using a census method. Primary data were analyzed using the cost function approach. Results showed that share factor of grouper fish culture was a significant positively response to change in seed price, price of fish pellet, trash fish prices and prices of the floating net cage, and was a significant negatively response to change in labor cost. Input subsidies were a positively impact on the share factor of grouper fish culture. In addition, the optimum level of input subsidies to increase share factor can achieved by increase 10% of seed and trash fish feed subsidies, and 30% of fuel subsidies, respectively. Based on these findings and in order to maintain potential benefits of input subsidies in the development of grouper fish culture development, government should impose appropriate formulation and mechanism input subsidies for grouper fish industry. In one side, attention should be given on economic efficiency (factor share) as one of sustainability indicators of the business, and in the other side, this policy imposed should not create unemployment problem.
ANALISA DAYA SAING RUMPUT LAUT DI INDONESIA (STUDI KASUS: KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA) Estu Sri Luhur; Cornelia Mirwantini Witomo; Maulana Firdaus
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2012): Juni (2012)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.961 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v7i1.5735

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing budidaya rumput laut di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara dan telah dilakukan pada bulan September 2011. Metode analisis penelitianini menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM), dengan menggunakan data rumput laut dari Kabupaten Lombok Timur untuk memperoleh nilai ekonomi (harga sosial). Nilai Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) sebesar 0,98 menunjukkan bahwa usaha rumput laut di Kabupaten Konawe Selatan memiliki keunggulan komparatif dan daya saing lebih besar dibandingkan dengan usaha rumput laut di Kabupaten LombokTimur. Sebaliknya, nilai Tradable Resource Cost Ratio (TRCR) sebesar 1,38 menunjukan kurang mampu bersaing dengan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Lombok Timur. Peningkatan daya saing rumput laut di Kabupaten Konawe Selatan dapat dilakukan melalui kebijakan penurunan harga satuan bibit dan bahan bakar minyak (BBM) secara bersama-sama sebesar 28% serta kebijakan peningkatan harga satuan tenaga kerja upahan dan depresiasi aset produksi secara keseluruhan sebesar 4%.Tittle:Competitiveness of Seaweed Commodity in Indonesia (Case Study: South Konawe Regent, South-East Sulawesi)The study aims to analyze the competitiveness of seaweed farming South Konawe regency, SouthEast Sulawesi was conducted in September2011. Analysis methods of this research using the Policy Analysis Matrix (PAM) using economic value (social prices) data which is collect from the east Lombok seaweed. The value of Domestic Resource Cost Ratio (DRCR) (0.98) indicates that the seaweed business in South Konawe has a comparative advantage and more competitive than the seaweed in East Lombok. Contrarily, based on Tradable Resource Cost Ratio (TRCR) values (1.38) is less able to compete with the cultivation of seaweeds in East Lombok. The seaweed of South Konawe competitiveness should be improve by policy implementation of lowering the unit cost of seed and fuel oil (BBM) jointly by 28% and increase the unit cost of hired labor and depreciation of assets overall production by 4%.
ANALISIS FINANSIAL PENGEMBANGAN ENERGI LAUT DI INDONESIA Estu Sri Luhur; Rizky Muhartono; Siti Hajar Suryawati
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 8, No 1 (2013): Juni (2013)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.02 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v8i1.1192

Abstract

Krisis energi mengharuskan pemerintah untuk mendorong pengembangan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan, termasuk energi yang memanfaatkan arus laut, gelombang laut, pasang surut dan perbedaan suhu air laut. Energi laut mampu menghasilkan listrik yang dapat diakses oleh sektor industri dan rumah tangga perikanan secara luas. Untuk itu, kajian ini bertujuan untuk menganalisis secara finansial terhadap pengembangan energi laut di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang dikumpulkan selama bulan Maret – November 2012. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis finansial dengan menghitung biaya produksi dan biaya pembangunan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi laut. Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis energi laut yang bernilai ekonomis adalah energi arus laut dengan biaya sebesar Rp1.268/kWh, energi gelombang laut dengan biaya sebesar Rp1.709/kWh dan enegri pasang surut dengan biaya sebesar Rp 2.048/kWh. Sementara itu, energi yang memanfaatkan perbedaan suhu air laut menunjukkan biaya yang sangat besar, yaitu mencapai Rp. 4.030/kWh. Jika dibandingkan dengan biaya produksi dari listrik konvensional yang dihasilkan PT (Persero) PLN yang sebesar Rp. 1.163/kWh maka pengembangan energi laut disarankan fokus pada energi arus laut, energi gelombang laut dan energi pasang surut.
DAMPAK SUBSIDI SOLAR TERHADAP KELESTARIAN SUMBER DAYA IKAN DI BITUNG, SULAWESI UTARA Yesi Dewita Sari; Estu Sri Luhur; Armen Zulham
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 1 (2012): Juni (2012)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2577.595 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v7i1.5732

Abstract

Penelitian bertujuan mengetahui dampak penetapan subsidi harga solar terhadap kelestarian sumber daya ikan telah dilakukan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung Kota Bitung pada Bulan April, Agustus dan Oktober 2010. Analisis pendugaan parameter biologi dilakukan dengan menggunakan model surplus produksi berdasarkan metode Clark, Yoshimoto and Pooley (CYP). Adapun analisis dinamika dan hubungan sebab akibat antara eksploitasi sumber daya perikanan dengan usaha penangkapan ikan dilakukan dengan metode analisis sistem dinamik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi baseline (harga solar Rp 4.500 per liter), rata-rata harga ikan Rp 6.200 per kg dan biaya operasional Rp 14.924.373 per trip maka jumlah effort yang diperbolehkan adalah sebanyak 1.601 trip per bulan dan jumlah produksi 982 ton per bulan serta ketersediaan stok ikan 1.306 ton. Tanpa subsidi solar (Rp 7.500 per liter) maka terjadi peningkatan biaya operasional per trip sebesar 36,76% (Rp 20.410.696 per trip), sedangkan jumlah effort yang diperbolehkan relatif tetap (1.600 trip per bulan). Hasil ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi solar tidak memberikan dampak signifikan terhadap kelestarian sumber daya ikan di Bitung. Oleh karena itu, subsidi solar harus tetap diberikan kepada nelayan di Bitung agar mereka dapat melakukan pemanfaatan sumber daya ikan secara berkelanjutan disamping mengurangi potensi pemanfaatannya oleh nelayan negara tetangga secara ilegal.Title: Impact of Fuel Subsidy on Sustainablity to Fishery Resources in Bitung, North SulawesiThe study aims to determine the impact of diesel price fixing subsidy to sustainability of fish resources has been carried out in the port of Ocean Fishery Bitung, Bitung City in April, August and October 2010. Analysis of biological parameter estimation is done using a production surplus model based on the method of Clark, Yoshimoto and Pooley (CYP). The analysis of the dynamics and the causal relationship between the exploitation of fishery resources to fishing effort carried out by the method of dynamical systems analysis. The results showed that in the baseline condition (diesel price of Rp 4,500 per liter), the average price of Rp 6,200 per kg of fish and operational costs Rp 14,924,373 per trip allowed the amount of effort that is as much a 1601 trips per month and the amount of production of 982 tons per month, and 1306 tons of fish stocks. Without the solar subsidy (Rp 7,500 per liter), then an increase in operating costs per trip by 36.76% (Rp 20,410,696 per trip), while the amount of effort that allowed relatively fixed (1,600 trips per month). These results indicate that the diesel subsidy policy does not provide a significant impact on the sustainability of fish resources in Bitung. Therefore, solar subsidies should be given to fishermen in Bitung so that they can perform the utilization of fish resources in a sustainable manner as well as reducing the potential for use by fishermen neighboring countries illegally.
DAMPAK SUBSIDI SOLAR TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA PERIKANAN TANGKAP DI BITUNG DAN PELABUHANRATU Estu Sri Luhur; Yesi Dewita Sari
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 7, No 2 (2012): DESEMBER (2012)
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Eonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.525 KB) | DOI: 10.15578/jsekp.v7i2.5681

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peranan subsidi harga solar terhadap keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 di dua lokasi dengan tingkat pemanfaatan sumber daya perikanan yang berbeda, yaitu Bitung dan Palabuhanratu. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kepada nelayan yang menggunakan alat tangkap berbeda di kedua lokasi penelitian, kemudian dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya subsidi harga solar menyebabkan semakin besar keuntungan yang diterima oleh nelayan karena biaya operasional yang ditanggung oleh nelayan semakin rendah. Di Bitung hasil analisis menunjukkan bahwa variabel dummy (D) berpengaruh signifikan terhadap penerimaan sebesar 2,28 yang artinya bahwa pemberian subsidi solar kepada nelayan dapat meningkatkan penerimaan sebesar 2,28%. Dengan demikian, subsidi solar mampu mendorong usaha perikanan tangkap nelayan di Bitung secara berkelanjutan. Sementara itu di Palabuhanratu menunjukkan bahwa jumlah hari melaut (trip) dan subsidi solar (D) berpengaruh negatif terhadap penerimaan. Makin lama hari melaut di fishing ground Teluk Palabuhanratu justru mengurangi penerimaan nelayan. Hasil ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya perikanan di Teluk Palabuhanratu terindikasi adanya kelebihan upaya penangkapan sehingga subsidi yang diberikan seharusnya bertujuan memfasilitasi nelayan untuk menangkap di luar Teluk Palabuhanratu. Title: Role of Price Subsidies on Diesel Fuel to Sustainability of Fishing Effort in Bitung, North Sulawesi and Palabuhanratu, West JavaThis study aims to assess the role of price subsidies on diesel fuel to the sustainability of fishing. Research was carried out at two locations of Bitung and Palabuhanratu representing different level of fishery resources utilization in 2010. Data used consists of primary and secondary data. Primary data were obtained through interviews with fishers using different gear on both sites and then analyzed using multiple regression. Results showed that diesel price subsidies causes the greater benefits received by the fishermen because the operational costs incurred by the fishermen are getting lower. In Bitung result of the analysis shows that the dummy variable (D) significant on revenue of 2.28 which means that the provision of diesel subsidies for fishermen to increase their revenue to 2.28%. Thus, the diesel subsidies could encourage fishermen fishing effort in Bitung in a sustainable manner. Meanwhile, in the Palabuhanratu result showed that number of days at sea (trip) and diesel subsidies (D) have negative effect to the revenue. The longer days at sea in the fishing ground Palabuhanratu Bay instead reduce fishing revenue. It means, utilization of fishery resources in the Palabuhanratu Bay have indicated on excess fishing effort, so that subsidy given should be aimed at facilitating fisher to fishing outside the Palabuhanratu Bay.