Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengaruh Hardening dengan Media Quenching Fluida Getah Pohon Pisang terhadap Struktur Mikro dan Komposisi Kimia Baja Karbon Sedang Pangalinan, Antonius; Dimu, Roymons Jimmy
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jrm.2019.010.02.4

Abstract

The purpose of this study was to determine how the chemical composition and microstructure formed in medium carbon steel hardened with banana tree sap fluid compared to oil and water. The process of carbon steel hardening is being heated to the austenite area (850oC ) then held for 10 minutes after which it is cooled quickly (quenching). During the cooling process, it is also measured the cooling rate of the three cooling media. Hardening process material is carried out by microstructure observation using an optical microscope with 400x magnification and also chemical composition testing with SEM-EDX. The results for measuring the cooling rate of banana fluid have a fast cooling rate of 36.9oC/s while water is 16.6oC/s and oil is 7.0oC/s. In observing the microstructure of water it has an unstable micro structure that is still the structure of pearlite, this is because the temperature of the cooling media is too high during quenching. And for oil microstructure and banana fluid get a homogeneous structure, namely martensite and bainite. From the results of testing the chemical composition, it was seen that there was an increase in carbon content in steel after hardening and quenching with the three cooling media. Conclusion The hardening process by quenching oil and banana fluids has a homogeneous micro structure compared to water. Water cooling process has the highest carbon content increase of 1.53 %C from before 0.52 %C.
Kacip Termodifikasi dengan Delapan Mata Penyayat Guna Mendukung Usaha Kacang Mente B. Yokasing, Yohanes; Abdullah, Amiruddin; Pangalinan, Antonius
JURNAL FLYWHEEL Vol 8 No 2 (2017): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v8i2.695

Abstract

“Kacip ceklok” is a cutting tool for cashew nut shells, which consist of 2 blades that used to help remove the cashew nuts from the skin. The results obtained from these cuts, still requires the removal. At this step,the process require a precision and circumspection so that the beans are not cracked, and not contaminated byCNSL oil.To realize it, kacip ceklok has been modified by adding more blades and become 8 blades. In addition, changes are also made on the size of the “kacip” eyes are varied into 3 groups of small size, medium and large. Specifications of the modifiedkacip are Length 600 mm, 280 mm height, adjustable 8 kacipblades and 3 cranks drive. The production ability of modified “kacip ceklok” is ± 74 seconds per peanut.The total percentage of cashew nuts from the results of the study for stripping of 9 seeds of mente in 3 size groups was 88.8 percent.Further studies are needed on the more grouping of mente seed dimensions and easier toadjust the kacip eyes. Keywords :Cashew seeds, kacip ceklok, cashew nuts.
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MEKANISME UBAH GERAK ROTASI MENJADI TRANSLASI Antonius Pangalinan; Yohanes B Yokasing; Gregorius F. L.
Jurnal Teknik Mesin Vol 1 No 2 (2018): Jurnal Teknik Mesin
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.804 KB)

Abstract

Mekanisme merupakan suatu rangkaian batang penghubung (linkage), salah satu batang ditahan tetap dan batang yang lain digerakkan, maka gerakan batang yang lain dapat diperkirakan. Gerakan masukan pada mekanisme ini berupa gerakan rotasi diubah menjadi gerak translasi. Hasil akhir gerakan dari mekanisme ini, berupa translasi secara vertikal yang berulang-ulang. Mekanisme dengan gerakan vertikal, dapat dikembangkan untuk keperluan menumbuh dan meniti. Aplikasi menumbuk dan meniti, dibutuhkan pada pengolahan hasil pertanian masyarakat seperti jagung atau gabah padi. Komponen-komponen yang dimiliki mekanisme ini terdiri dari, roda engkol, poros, bantalan, piring transmisi, lengan pengubah, pengarah alu, dan rangkah. Mekanisme ini memiliki spesifikasi sebagai berikut; tinggi 1230 mm, panjang 1250 mm, lebar 400 mm, gerak translasi alu sejauh 270 mm, digerakkan secara manual. Bahan yang digunakan untuk membuat mekanisme 90 dari baja
RANCANG BANGUN TEKNOLOGI PEMBUATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA CACAHAN Yohanis Yokasing; Emilus T Kosat; Amiruddin Abdullah; Antonius Pangalinan
Jurnal Teknik Mesin Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Teknik Mesin
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32511/jtm.v3i2.717

Abstract

Arang tempurung kelapa sebagai bahan bakar, yang memiliki kalor yang tinggi. Untuk itu dilakukan kajian teknologi arang pembuatan tempurung kelapa cacahan. Rancang bangun teknologi tempurung kelapa yang berhasil dibuat, memiliki spesifikasi sebagai berikut, tinggi 800 mm (tidak memperhitungkan cerobang asap), lebar 500 mm, menggunakan isolasi sebanyak 2 buah, blower penyalur udara, kapasitas tempurung 1 kg sekali proses. Hasil uji coba alat menunjukan 1 kg tempurung berkisar 34, 35, dan 36 cacahan tempurung kelapa tergantung ukuran tempurung, dari hasil yang didapat setelah percobaan secara tradisional dari 36 tempurung yang dibakar 25 yang terbentuk menjadi arang dengan presentasi 69 %, sedangkan mennggunakan alat dari 36 tempurung yang dibakar, 30 yang terbentuk menjadi arang dengan presentasi 83 %.
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN GILING JAGUNG SISTEM SILINDER GANDA Yohanes B. Yokasing; Anselmus Yansen Molan; Antonius Pangalinan
Jurnal Teknik Mesin Vol 2 No 1 (2019): Vol 2 No 1 (2019) Jurnal Teknik Mesin
Publisher : P3M- Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.07 KB) | DOI: 10.32511/jtm.v2i1.334

Abstract

Abstrak Mesin giling jagung sistem silinder ganda adalah memiliki silinder ganda yang terdapat gigi-gigi pengiling. Konsep-konsep perancangan mesin ini, diantaranya yakni jumlah minimal berada di antara gigi-gigi pengiling hanya 4 – 10 biji (kemudahan gerak), silinder luar memiliki gigi-gigi giling pada bagian sisi dalam silinder dan silinder dalam memiliki gigi-gigi giling yang diposisikan pada sisi luar, gigi-gigi pada silinder luar dan silinder dalam, memiliki tinggi dan jarak tertentu, yang tidak menghambat gerak silinder dalam berupa putaran, biji jagung tergiling, silinder dalam dapat bergerak bila digerak, dan jarak antara gigi silinder luar dan gigi silinder dalam, merupakan ukuran pecahnya biji jagung. Spesifikasi mesin giling silinder ganda yakni panjang 370 mm, lebar 310 mm, dan tinggi 467 mm, kapasitas produksi 2,06 kg/jam, dan memiliki pengerak engkol.
PENGARUH JARAK SILINDER, BAHAN BAKAR, DAN PERLAKUAN BIJI MENTE TERHADAP PROSENTASE CNSL Amiruddin Abdullah; Yohanes Benediktus Yokasing; Antonius Pangalinan
TURBO [Tulisan Riset Berbasis Online] Vol 7, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.818 KB) | DOI: 10.24127/trb.v7i2.769

Abstract

Kacang mente diperoleh dari biji jambu mente. Biji mente memiliki bentuk yang unik, kulit biji yang keras, dan mengandung cashew nut shell liquid (CNSL). CNSL bersifat racun, memiliki reaksi sangat kuat yang merusak dan melukai kulit bila tersentuh. Salah satu cara memudahkan pengupasan yakni membebaskan CNSL dan merapukan kulit biji mente dengan pembakaran. Sebelum dibakar biji mente mengalami perlakuan berupa dijemur, atau dikukus dan dijemur, dengan waktu yang direncanakan. Daun lontar dan batang bambu yang memiliki kemampuan nyala serta kecepatan pembakaran digunakan sebagai bahan bakar. Kecepatan pembakaran tergantung pada penguapan uap air dan zat-zat penguap tersebut tergantung dari besar kecilnya butir-butiran bahan bakar. Kajian dilakukan terhadap teknologi bakar kulit mente menggunakan 3 selinder dengan posisi horisontal menghasilkan prosentase CNSL tertinggi yakni 78,3 %. Dengan menggunakan bahan bakar daun lontar, dengan perlakuan biji mente dijemur 8 jam, kondisi kacang mente berwarna putih dan utuh. Prosentase basah terendah 36,7 % terjadi pada jarak silinder 30 mm, dengan bahan bakar yang digunakan batang bambu, mendapat perlakuan kukus selama 13 menit, dijemur 24 jam, warna kacang ada yang putih, ada pula kuning. Pada prosentase yang lain selain dari prosentase 36,7 % warna kacang mente tetap putih.Kata Kunci; Biji mente, teknologi, prosentase CNSL
Rancang Bangun Alat Peraga Sistem Kemudi Untuk Mendukung Kegiatan Pembelajaran Pada Mata Kuliah Body & Chasis Program Studi Diploma Tiga Mesin Otomotif Dedy Nataniel Ully; Antonius Pangalinan; Nasaruddin; Vinsensius Faot; Agustinus Laka
JURNAL FLYWHEEL Vol 16 No 1 (2025): Jurnal Flywheel
Publisher : Teknik Mesin S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36040/flywheel.v16i1.12787

Abstract

Teknologi otomotif berkembang dengan pesat saat ini, hal ini ditandai dengan banyak produk kendaraan baik mobil maupun sepeda motor yang diproduksi oleh oleh beberapa pabrik. Semua pabrik berusaha untuk memproduksi kendaraan dengan tingkat kenyamanan dan memiliki efisiensi mesin yang tinggi serta ramah lingkungan. Kenyamanan yang didapati oleh pengemudi maupun penumpang tidak terlepas dari pengembangan teknologi pada berbagai sistem yang ada pada sebuah kendaraan, misalnya saja pada sistem kemudi. Namun saat ini karena perkembangan teknologi dan para insinyur mesin melihat ini merupakan suatu kendala maka dicari teknologi yang dapat membuat sistem kemudi lebih ringan, sehingga hanya membutuhkan sedikit tenaga untuk memutar setir kendaraan dalam hal ini mobil. Urgensi dari penelitian adalah karena kurang fasilitas pembelajaran yang kekinian pada mata kuliah Body & Chasis, sehingga perlu adanya rancangan alat peraga untuk mendukung kegiatan pembelajara praktis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental nyata (true experimental) yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk mencari data sebab akibat dalam suatu proses melalui eksperimen sehingga dapat ditahui berapa besar tekanan yang dihasilkan ketika setir itu diputar ke kiri atau ke kanan. Selain itu dapat diketahui pula akselerasi ketika system kemudi bekerja.
UPAYA MEMPERBAIKI KONSTRUKSI BUBU YANG DIGUNAKAN PADA PERAIRAN BOLOK KUPANG Yohanes B. Yokasing; Antonius Pangalinan; Januario M. da Luz
PROTON Vol. 5 No. 2: Oktober 2013
Publisher : Widyagama University of Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/jp.v5i2.185

Abstract

Bubu yang digunakan nelayan Bolok Kupang terbuat dari bambu dan jenis bubu yang digunakan bubu dasar. Bubu ini memiliki berat jenis lebih rendah dari air laut, sehingga menyulitkan untuk menempatkan dalam air laut. Untuk menempatkan bubu ini dibutuhkan ± 0,5m3 terumbu karang. Pengambilan terumbu karang merupakan perbuatan merusak rumah ikan, kerusakan ini akan mempengaruhi perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan. Disisi lain pemanfaatan bambu sebagai bahan pembuatan bubu, untuk sebuah bubu menyerap ¾ -1 m3 bambu, hal ini juga merusak ekosistim darat. Untuk itu dibuatkan alternatif desain yang berbahan baku logam. Hasil kajian untuk bubu alternatif ini yang berbahan baku logam ini dengan rancangan kajian RAK pola faktorial dengan beberapa variabel dikaji, didapatkan bahwa dimensi bubu terhadap kemampuan tangkapan. Untuk tahun 2012, dibuat bubu, dengan dimensi panjang 100 cm, lebar 70 cm dan tinggi 35 cm. dan dilakukan kajian lanjut pada tahun 2013 untuk dimensi yang lainnya. Pemasangan bubu pada kedalaman 10 meter, rata-rata hasil tangkapan mencapai 0.68 kg, sedangkan kedalaman 15 meter, tangkapan mencapai 0,83 kg ikan, dan kedalaman 20 meter hasil tangkap 0,964 kg ikan. Sedangkan ketahanan bahan khusus pelapisan permukaan bahan dengan cat, telah mulai terjadi pengelupasan pada pengamatan atau penempatan ketiga pada tiap-tiap kedalaman air 10, 15 dan 20 meter. Kemampuan tangkap bubu yang dikembangkan 8.95 prosen meningkat, jika dibandingkan bubu bambu milik nelayan. Prosentase terkelupasnya semakin meningkat seiring bertambah dalamnya tempat pemasangan. Ketahanan struktur bahan bubu sangat tergantung pada kesempurnaan pelapisan permukaan, pada permukaan yang dilapisi sempurna tidak tumbuh korosi, dan sebaliknya pada permukaan yang tidak dilapisi sempurna, terkupasnya pelapisan tumbuh korosi. Kata kunci ; Konstruksi, bubu, Ikan