This Author published in this journals
All Journal Borobudur
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KAJIAN PENCOCOKAN KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR TAHAP II Hari Setyawan; Agus Hendratno; Marsis Sutopo; Jati Kurniawan; Puji Santosa; Irawan Setiyawan
Borobudur Vol. 11 No. 2 (2017): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v11i2.172

Abstract

Maksud dilaksanakannya Kajian Pencocokan Kepala arca adalah mencocokan 56 kepala arca Dhyani Buddha dengan 247 tubuhnya pada struktur Candi Borobudur. Setelah diselesaikannya Kajian Pencocokan Kepala Arca Buddha Candi Borobudur tahap I tahun 2015, beberapa metode pencocokan telah diformulasikan dan diuji. Metode pencocokan menggunakan ikonometri dan ikonografi belum dapat digunakan untuk mencocokkan karena presisi satuan ikonometri arca tersebut. Metode ultrasound velocity dan magnetic susceptibility juga telah terbukti tidak efektif dalam mencocokkan kepala dan tubuh arca. Pada Kajian Pencocokan Kepala Arca Buddha Candi Borobudur Tahap II, metode pencocokan menggunakan tipe material batu andesit yang merupakan bahan arca diaplikasikan. Hal tersebut berdasar pada prinsip bahwa arca dibuat dari batu/monolith, artinya arca hanya ada satu tipe batu tanpa sambungan pada sebuah arca batu. Pendekatan atau pencocokan tipe material tersebut kemudian disinkronkan dengan data XRF (X-Ray Flouresence) yang telah diambil pada kesemua kepala arca dan sebagian besar tubuh arca tanpa kepala. Sementara hasil pencocokan tipe material bahan arca, menghasilkan 6 tipe yang didasarkan pada tipe material kepala arca yang tersimpan pada kantor Balai Konservasi Borobudur. Tipologi material yang dilakukan berhasil mengerucutkan pencocokan dengan populasi terkecil antara kepala dan tubuh arca pada tipe 6. Dengan demikian fokus pencocokan akan dimulai dari tipe 6 dengan cara mencocokkan beberapa kepala arca pada tubuh arca secara langsung. Pencocokan dengan metode tipe material telah mendapatkan dua kepala arca yang cocok dengan tubuhnya.
KAJIAN PENGARUH INTENSITAS SUARA TERHADAP BANGUNAN CAGAR BUDAYA BERBAHAN BATU TAHAP I Linus Setyo Adhidhuto; Ronny Muhammad; Jati Kurniawan; Puji Santosa; Ajar Priyanto
Borobudur Vol. 12 No. 1 (2018): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v12i1.180

Abstract

Kegiatan konser musik atau acara lainnya yang menggunakan sound system besar sering dilaksanakan di Candi Borobudur, Candi Prambanan serta candi-candi lainnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelestari cagar budaya akan dampak buruk suara keras yang dihasilkan oleh speaker terhadap cagar budaya. Untuk mengetahui dampak tersebut perlu dilakukan pengukuran getaran yang timbul pada candi pada saat berlangsung konser atau acara-acara lainnya yang menggunakan sound system besar. Salah satu faktor yang menentukan besarnya getaran yang timbul akibat sumber getaran secara umum adalah redaman dan frekuensi natural. Bila sumber getaran semakin mendekati frekuensi natural candi maka resonansi getaran akan semakin besar. Untuk dapat membuktikan hal tersebut maka dilakukan percobaan getaran dalam skala laboratorium dengan sumber getaran, dalam hal ini berupa suara, dengan variasi frekuensi yang mendekati dan sama dengan frekuensi natural sampel. Setelah dilakukan pengambilan data di lapangan ternyata getaran yang timbul sangat kecil. Pengukuran data getaran pada saat konser berlangsung sepanjang tahun 2017 menunjukkan getaran yang timbul mencapai kecepatan maksimal 0,085 mm/s, sekitar 4,25 % dari batas ambang yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup yaitu sebesar 2mm/s. Getaran yang kecil ini tidak dapat dijadikan acuan dalam menetapkan batas ambang kebisingan atau tingkat intensitas suara pada cagar budaya sehingga hasil dari kajian ini hanya bisa menetapkan batas ambang berdasarkan frekuensi yang diperbolehkan.
Kajian Pengaruh Intensitas Suara Terhadap Bangunan Cagar Budaya Berbahan Batu Tahap II Linus Setyo Adhidhuto; Jati Kurniawan; Nur Amri Susilo; Puji Santoso; Ajar Priyanto
Borobudur Vol. 13 No. 2 (2019): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v13i2.210

Abstract

Kegiatan konser musik atau acara lainnya yang menggunakan sound system besar sering dilaksanakan di Candi Borobudur, Candi Prambanan serta candi-candi lainnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelestari cagar budaya akan dampak buruk suara keras yang dihasilkan oleh speaker terhadap cagar budaya. Pada kajian tahap pertama telah dilaksanakan pengukuran getaran yang timbul pada lantai dan dinding pemikul beban candi akibat terpapar suara keras ketika berlangsung konser dan acara lainnya. Pada kajian tahap kedua ini dilakukan pengukuran getaran pada komponen batu candi bagian paling atas yang tidak menerima beban di atasnya sehingga tidak ada redaman tambahan akibat beban batu lain. Selain itu juga dilakukan percobaan getaran akibat suara dengan variasi ukuran serta susunan batu untuk dapat membuktikan terjadinya fenomena resonansi getaran. Pengukuran kecepatan getaran akibat suara konser mencapai 0,0338 mm/s, masih jauh dari batas ambang getaran kejut oleh Kementerian Lingkungan Hidup sebesar 2 mm/s. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya konser musik yang berlangsung di Candi Borobudur, Candi Mendut dan Candi Prambanan pada tahun 2017 dan 2018 tidak menimbulkan getaran yang berbahaya bagi struktur candi, baik itu getaran pada lantai, komponen pemikul beban dan batu teratas. Fenomena resonansi batu pada frekuensi naturalnya bisa terjadi dengan pertimbangan bahwa batu berukuran kecil dan ringan, memiliki frekuensi natural yang rendah dalam rentang audiosonik, serta diapit batu lain dengan frekuensi natural yang mirip. Dari hasil kajian ini juga ditetapkan batas intensitas suara di depan speaker pada titik-titik yang sering digunakan sebagai panggung. Penetapan batas ambang ini didasarkan pada kesehatan manusia yang berada di lingkungan candi, mengingat kecilnya dampak suara terhadap bangunan dan struktur cagar budaya berbahan batu.
Soundscape Sakral Candi Borobudur Jati Kurniawan
Jurnal Konservasi Cagar Budaya Vol. 18 No. 2 (2024): Jurnal Konservasi Cagar Budaya
Publisher : Balai Konservasi Borobudur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v18i2.345

Abstract

Candi Borobudur, sebagai salah satu warisan budaya terbesar dengan corak keagamaan Buddha, memiliki makna sakral yang tidak hanya tercermin dalam bentuk arsitektur dan lingkungan, tetapi juga dalam suasana suara (soundscape) yang mendukung proses ibadah, khususnya meditasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyesuaian lanskap Candi Borobudur dalam kaitannya dengan faktor suara sebagai elemen yang memperkuat kesakralan tempat ibadah tersebut. Melalui pendekatan arkeologi lanskap dan fenomenologi, penelitian ini memanfaatkan data observasi dan studi pustaka, termasuk pengukuran suara oleh Balai Konservasi Borobudur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan danau purba di sekitar candi menciptakan suasana tenang yang diwarnai oleh suara alam, seperti suara air, yang mendukung meditasi dan ibadah. Selain itu, bentuk arsitektur berundak dan struktur lorong di Candi Borobudur berkontribusi pada pembentukan akustik yang memperkuat efek suara, menciptakan suasana sakral yang mendalam. Temuan ini menunjukkan bahwa penyesuaian lanskap dan arsitektur Candi Borobudur tidak hanya memperhatikan aspek visual, tetapi juga aspek akustik, yang turut memperkaya pengalaman spiritual umat Buddha. Penelitian ini menegaskan bahwa soundscape yang diciptakan oleh interaksi antara lanskap dan arsitektur Candi Borobudur memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana sakral yang mendalam bagi para umat Buddha atau pengunjung lain