Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 BOBOTSARI DENGAN MATERI OPERASI BENTUK ALJABAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Puji Santosa
Khazanah Pendidikan Vol III No 1 September 2010
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/jkp.v3i1.636

Abstract

This classroom action reasearch was aimed at improving student’s achievement and participation in following the topic of algebraic operation. There were two cycles each which consisted of four stages (palnning, acting, observation, and reflection). The result showed that cooperative learning gradually improved achievement from 70.87 at pre-cycle stage and 78.12 cycle I which then became 86.67 in cycle II. Besides that, student’s participation also improved from 12 students (33.33 %) at pre-cycle stage to 25 969.40 %in cycle I and 33 (83.33 %) in cycle II. Key words: Cooperative Learning, achievement, and student’s participation
KAJIAN HISTORIS KOMPARATIF CERITA BATANG GARING Puji Santosa; Djamari Djamari
Sintesis Vol 9, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/sin.v9i2.913

Abstract

Penelitian ini mengkaji cerita Batang Garing, cerita rakyat dari Kalimantan Tengah, dengan pendekatan historis komparatif seperti yang dilakukan oleh mazhab Finlandia. Masalah penelitian adalah bagaimanakah tipe, motif, dan historis komparatif cerita Batang Garing? Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan tipe, motif, dan historis komparatif cerita Batang Garing dengan cerita lain yang setipe dan semotif, seperti cerita Kalpataru, Pohon Bodhi, Pohon Pengetahuan Baik dan Buruk, Pohon Kuldi, dan Gunungan cerita Pewayangan dari Jawa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita Batang Garing termasuk tipe cerita mitologi religius keagamaan yang bersifat supranatural, yakni cerita yang dipercayai oleh pemeluk agama Hindu Kaharingan yang termaktub dalam kitab Panaturan. Terdapat delapan motif utama dalam cerita Batang Garing, yaitu motif penciptaan alam semesta, motif kepercayaan akan adanya satu Tuhan, motif pohon kehidupan, motif binatang yang luar biasa, motif penciptaan manusia, motif kematian binatang sebagai awal kehidupan, motif kematian tanaman sebagai awal kehidupan, dan motif bagian-bagian tanaman yang melambangkan keberadaan Tuhan. Secara historis komparatif Batang Garing memiliki keluasan dan kedalaman makna yang berbeda dari cerita yang setipe dan semotif lainnya di dunia, bahkan lebih tua daripada Tree of Life kebudayaan Mesir. Cerita Batang Garing menjadi cerita sakral yang melegenda dan dipercayai sebagai cerita asal-usul nenek moyang suku Dayak di Kalimantan.Kata Kunci: deskriptif, tipe, motif, historis komparatif.
Kajian Pengujian Bahan Aditif Semen Untuk Aplikasi Konservasi dan Pemugaran Candi Puji Santosa; Sarman Sarman; Ajar Priyanto
Borobudur Vol. 4 No. 1 (2010): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v4i1.78

Abstract

-
KAJIAN PENCOCOKAN KEPALA ARCA BUDDHA CANDI BOROBUDUR TAHAP II Hari Setyawan; Agus Hendratno; Marsis Sutopo; Jati Kurniawan; Puji Santosa; Irawan Setiyawan
Borobudur Vol. 11 No. 2 (2017): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v11i2.172

Abstract

Maksud dilaksanakannya Kajian Pencocokan Kepala arca adalah mencocokan 56 kepala arca Dhyani Buddha dengan 247 tubuhnya pada struktur Candi Borobudur. Setelah diselesaikannya Kajian Pencocokan Kepala Arca Buddha Candi Borobudur tahap I tahun 2015, beberapa metode pencocokan telah diformulasikan dan diuji. Metode pencocokan menggunakan ikonometri dan ikonografi belum dapat digunakan untuk mencocokkan karena presisi satuan ikonometri arca tersebut. Metode ultrasound velocity dan magnetic susceptibility juga telah terbukti tidak efektif dalam mencocokkan kepala dan tubuh arca. Pada Kajian Pencocokan Kepala Arca Buddha Candi Borobudur Tahap II, metode pencocokan menggunakan tipe material batu andesit yang merupakan bahan arca diaplikasikan. Hal tersebut berdasar pada prinsip bahwa arca dibuat dari batu/monolith, artinya arca hanya ada satu tipe batu tanpa sambungan pada sebuah arca batu. Pendekatan atau pencocokan tipe material tersebut kemudian disinkronkan dengan data XRF (X-Ray Flouresence) yang telah diambil pada kesemua kepala arca dan sebagian besar tubuh arca tanpa kepala. Sementara hasil pencocokan tipe material bahan arca, menghasilkan 6 tipe yang didasarkan pada tipe material kepala arca yang tersimpan pada kantor Balai Konservasi Borobudur. Tipologi material yang dilakukan berhasil mengerucutkan pencocokan dengan populasi terkecil antara kepala dan tubuh arca pada tipe 6. Dengan demikian fokus pencocokan akan dimulai dari tipe 6 dengan cara mencocokkan beberapa kepala arca pada tubuh arca secara langsung. Pencocokan dengan metode tipe material telah mendapatkan dua kepala arca yang cocok dengan tubuhnya.
KAJIAN PENGARUH INTENSITAS SUARA TERHADAP BANGUNAN CAGAR BUDAYA BERBAHAN BATU TAHAP I Linus Setyo Adhidhuto; Ronny Muhammad; Jati Kurniawan; Puji Santosa; Ajar Priyanto
Borobudur Vol. 12 No. 1 (2018): Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur
Publisher : Balai Konservasi Borobudur Magelang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33374/jurnalkonservasicagarbudaya.v12i1.180

Abstract

Kegiatan konser musik atau acara lainnya yang menggunakan sound system besar sering dilaksanakan di Candi Borobudur, Candi Prambanan serta candi-candi lainnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelestari cagar budaya akan dampak buruk suara keras yang dihasilkan oleh speaker terhadap cagar budaya. Untuk mengetahui dampak tersebut perlu dilakukan pengukuran getaran yang timbul pada candi pada saat berlangsung konser atau acara-acara lainnya yang menggunakan sound system besar. Salah satu faktor yang menentukan besarnya getaran yang timbul akibat sumber getaran secara umum adalah redaman dan frekuensi natural. Bila sumber getaran semakin mendekati frekuensi natural candi maka resonansi getaran akan semakin besar. Untuk dapat membuktikan hal tersebut maka dilakukan percobaan getaran dalam skala laboratorium dengan sumber getaran, dalam hal ini berupa suara, dengan variasi frekuensi yang mendekati dan sama dengan frekuensi natural sampel. Setelah dilakukan pengambilan data di lapangan ternyata getaran yang timbul sangat kecil. Pengukuran data getaran pada saat konser berlangsung sepanjang tahun 2017 menunjukkan getaran yang timbul mencapai kecepatan maksimal 0,085 mm/s, sekitar 4,25 % dari batas ambang yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup yaitu sebesar 2mm/s. Getaran yang kecil ini tidak dapat dijadikan acuan dalam menetapkan batas ambang kebisingan atau tingkat intensitas suara pada cagar budaya sehingga hasil dari kajian ini hanya bisa menetapkan batas ambang berdasarkan frekuensi yang diperbolehkan.
DITARIK/RETRACTED: KAJIAN HISTORIS KOMPARATIF CERITA “BATANG GARING” Puji Santosa; NFN Djamari
Kandai Vol 11, No 2 (2015): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.877 KB) | DOI: 10.26499/jk.v11i2.230

Abstract

RETRACTEDFollowing a rigorous, carrefully concered review of the  article published in Kandai Journal Volume 11, Number 2, 2015, entitled  KAJIAN HISTORIS KOMPARATIF CERITA “BATANG GARING” (Study Historical Comparative of Story “Batang Garing),link: http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai/article/view/230.This article has been found to be in violation of the Kandai and has been retracted.The article is known to be the same as the article published in Sintesis Journal Volume 9, Number 2, 2015, with the titleKAJIAN HISTORIS KOMPARATIF CERITA “BATANG GARING”, link: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/sintesis/article/view/913.The document and its content has been removed  from Kandai Journal, and reasonable effort should be made to remove all references to the article. DITARIK Telah dilakukan pembacaan yang teliti dan cermat terhadap artikel yang diterbitkan dalam Kandai Volume 11, Nomor 2, Tahun 2015, berjudul KAJIAN HISTORIS KOMPARATIF CERITA “BATANG GARING” (Study Historical Comparative of Story “Batang Garing), tautan: http://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/kandai/article/view/230.Artikel ini telah ditemukan melanggar ketentuan Jurnal Kandai dan telah ditarik dari penerbitan Jurnal Kandai.Artikel tersebut diketahui sama dengan artikel yang terbit pada Jurnal Sintesis Volume 9, Nomor 2, Tahun 2015, dengan judul KAJIAN HISTORIS KOMPARATIF CERITA “BATANG GARING”, tautan: https://e-journal.usd.ac.id/index.php/sintesis/article/view/913.Dokumen dan isinya telah ditarik dari Jurnal Kandai. Sebagai konsekuensi logis dari penarikan ini, segala referensi yang mengacu pada artikel tersebut dihapus. 
RAPSODI MAHOGANI DALAM PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA SERUMPUN Puji Santosa
Widyaparwa Vol 39, No 1 (2011)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1209.277 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v39i1.25

Abstract

Makalah ini membahas novel Rapsodi Mahogani karya Rosli Abidin Yahya dalam pemahaman lintas-budaya, yaitu pemahaman budaya pembaca yang berasal dari Jawa (Indonesia) untuk memahami budaya Melayu (Brunei Darussalam) yang tercermin dalam novel Rapsodi Mahogani. Lintas-budaya dipahami sebagai sebuah pertemuan antara dua atau lebih budaya yang berlangsung dengan cepat. Pertemuan dua budaya dapat menyebabkan gagap budaya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman konvensi bahasa dan konvensi budaya dari novel yang dibaca. Novel Rapsodi Mahogani ditinjau dari segi konvensi bahasa terdapat banyak kosa kata Melayu yang dianggap arkais dan untuk memahami maknanya perlu membuka kamus. Ditinjau dari segi konvensi budaya, novel Rapsodi Mahogani tidak mencerminkan kekhasan budaya Melayu yang saleh mengerjakan agama Islam dengan baik. Bahkan, dalam novel ini terasa jauh mengimpor budaya Barat, terutama Yunani dan Inggris. Sebagai hasil dari pertemuan budaya Barat, yang identik dengan budaya modern, dengan budaya Timur, yang masih irasional dan alami, perdaban budaya adat atau budaya lokal setempat menjadi musnah atau hancur.This paper discussed about Rapsodi Mahogani, a novel by Rosri Abidin Yahya in intercultural understanding of reading habit understanding of readers from Java (lndonesia) to understand Malay culture (Brunei Darussalam) as reflected in the "Rapsodi Mahogani". The intercultural was understood as a fast meeting point of one or more culture. The two meeting culture could make cultural distortion understanding. lt was caused by the lack of language and cultural convention understanding from the novel read. The "Rapsodi Mahogani" when was reviewed from language convention showed many Malay archaic vocabulary. To understand those vocabularies meaning, then, it was needed dictionary. Reviewed from cultural convention, the "Rapsodi Mahogani" did not reflect specific Malay culture that was identical with obeying in Islam religious service. The novel, even, seemed importing Western culture, particularly Greek and England. As result of Western culture meeting which was identical with modernity and Eastern culture which was still irrational and natural, traditional cultural civilization or local culture became eliminated or ruined.
KAIIAN INTERTEKSTUAL TIGA PUISI TENTANG NABI IUTH BERSAMA KAUM SODOM DAN GOMORA Puji Santosa; Djamari Djamari
Widyaparwa Vol 41, No 1 (2013)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4208.317 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v41i1.63

Abstract

Penelitian ini mengkaji secara intertekstual tiga puisi modern Indonesia yang berisi kisah tentang Nabi Luth bersama Kaum Sodom dan Gomora, yaitu puisi "Sodom dan Gomora" Subagio Sastrowardojo, "Balada Nabi Luth AS" Taufiq Ismail, dan "Apakah Kristus Pernah?" Darmanto Jatman. Berdasarkan prinsip intertekstual, ketiga puisi modern Indonesia tersebut dikaji dengan cara membandingkan, menjajarkan, dan mengontraskan teks hasil transformasi dengan teks lain yang diacunya, yakni kisah Nabi Luth bersama Kaum Sodom dan Gomora yang termuat dalam Alkitab: Kitab Kejadian dan Alquran. Hasil kajian membuktikan bahwa ketiga teks puisi modern Indonesia itu merupakan mosaik, kutipan-kutipan, penyerapan dan transformasi teks-teks kisah Nabi Luth bersama Kaum Sodom dan Gomora yang terdapat dalam Alkitab, Alquran, Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Lama, dan Qishashul Anbiya. Dengan metode membandingkan, menjajarkan, dan mengontraskan diperoleh makna bahwa ketiga penyair sastra modern Indonesia tersebut secara kreatif estetis mentransformasikan kisah Nabi Luth bersama Kaum Sodom dan Gomora ke dalam puisi mereka yang benilai sebagai teladan kesabaran, ketabahan, ketawakalan, dan kerelaan ketika menghadapi berbagai cobaan hidup yang dideritanya, termasuk masalah penyimpangan seksual kaum Sodom dan Gomora sehinggi mendapatkan azab dari Tuhan: hujan belerang dan api serta bumi dijungkir-balikan. This study examines the intertextual three modern Indanesian poetry which contains the story of Prophet Luth with The Sodom and Gommorah the poem "Sodom and Gommorah" Subagio Sastro Wardojo, "Ballad of Prophet Luth AS" Taufiq Ismail, and "Did Christ Ever?" Darmanto Jatman. Based on the principle of intertextual, three modern lndonesian poetry is studied by comparing, aligning, and contrast the results of the transformation of the text with other texts to which it refers, namely the story of Prophet Luth with the Sodom and Gommorah is contained in the Bible: the Book of Genesis and the Quran. Result of the study prove that the three texts of modern lndonesian poetry was a mosaic, quotations, absorption, and transformation of texts with the story of Prophet Luth's tribe contained Sodom and Gommorah in the Bible, the Quran, the Bible stories of the Old Testament, and Qishalul Anbiya. .With the method of comparing, aligning, and contrast is obtained meaaning that three poets of modern Indonesian literature is aesthetically creatively transform the story of Prophet Luth with The Sodom and Goommorah into their poetry as a valuable example of patience, fortitude, resignation, and compliance when faced with various trials of life he sufferer, including the issue of sexual deviance Sodom and Gomorrah so get Wrath of the Lord rained brimstone and fire and earth turned upside-reversal.
FUNGSI SOSIAL KEMASYARAKATAN TEMBANG MACAPAT (COMMUNITY SOCIAL FUNCTIONS OF MACAPAT) Puji Santosa
Widyaparwa Vol 44, No 2 (2016)
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.781 KB) | DOI: 10.26499/wdprw.v44i2.131

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan mendekripsikan fungsi sosial kemasyarakatan tembang macapat. Masalah penelitian adalah bagaimanakah tembang macapat difungsikan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Seiring dengan tujuan dan masalah itu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan ditopang teori fungsi sastra yang bertolak dari tesis dan kontratesis Horatio, dulce dan utile. Hasil penelitian membuktikan bahwa tembang macapat dari awal keberadaannya, abad XIV Masehi, hingga kini dimanfaatkan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, antara lain, sebagai hiburan, estetika, pendidikan, pementasan tradisional, sarana surat-menyurat, senandung teman bekerja, mantra penolak bala, upacara temu temanten adat Jawa, upacara kegiatan Pangestu, dan filosofi siklus kehidupan. Atas dasar fungsi sosial kemasyarakat tersebut menjadikan tembang macapat sebagai karya sastra yang begitu urgen dalam kehidupan manusia sebagai tontonan, tuntunan, dan tatanan. This study aims to reveal the social and decrypt functions macapat. The research problem is how macapat functioned in social life. Along with the purpose and the problem was, the method used is a qualitative method supported by the theory of functions of literature that departed from the thesis and kontratesis Horatio, dulce and utile. The research proves that macapat from the beginning of its existence, the fourteenth century AD, until now used in social life, among others, as entertainment, aesthetics, education, staging traditional, means of correspondence, humming a friend works, spells repellent reinforcements, ceremonial gathering temanten Javanese tradition, ceremony Pangestu activities, and philosophy of the life cycle. On the basis of the social function of the society, it makes macapat as a literary work that is so vital in human life as a spectacle, guidance, and order.
KAJIAN ESTETIKA RESEPSI PRODUKTIF KEKAFILAHAN NABI ADAM DALAM PUISI INDONESIA MODERN Puji Santosa
SAWERIGADING Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/sawer.v17i3.381

Abstract

This study aims to reveal and describe the productive reception the caravan of Adam in nine modern Indonesian poetry, the "Genesis" (Subagio Sastrowardojo), "Adam in Paradise" (Subagio Sastrowardojo), "Who are You" (Sapardi Djoko Damono), "Adam and Eve" (Sapardi Djoko Damono)," Expatriate "(Goenawan Mohamad),"Adam Lost" (Dorothea Rosa Herliany),"Adam" (Motinggo Busye),"Ballad of Prophet Adam" (Taufiq Ismail), and 'To the Prospective Emigrants" (Darmanto Jatman). Nine poems in real are the result of the productive response in seven poets of modern Indonesian literature to the story of Prophet Adam contained in the Old Testament Bible, Alquran, Bible Stories Old Testament, and Qishashul Anbiya (Acts of the Prophet). They reproduce the story of Prophet Adam from these sources processed in such a way that it becomes a new work in the form poetry that has aesthetic values.it is necessary to be aware that the seventh Indonesian literary poet departed from the same story about the Prophet Adam as a reference, but the point of view and they are processed differently. Methods and techniques used are descriptive analytical method and comparison. The study results and findings are distinctive reception between the seven poets who speak of "Adam" that ultimately they still confirm the myth of Adam as the caravan (messenger of God) on earth.. Abstrak Penelitian ini bertujuan mengungkapkan dan mendeskripsikan resepsi produktif kekafilahan Nabi Adam dalam sembilan puisi Indonesia modern, yaitu "Genesis" (Subagio Sastrowardojo), "Adam di Firdaus" (Subagio Sastrowardojo), "Siapa Engkau" (Sapardi Djoko Damono), "Adam dan Hawa" (Sapardi Djoko Damono), "Expatriate" (Goenawan Mohamad), "Adam yang Tersesat" (Dorothea Rosa Herliany), "Adam" (Motinggo Busye), "Balada Nabi Adam AS" (Taufiq Ismail), dan "Kepada Calon Emigran" (Darmanto Jatman). Sembilan buah puisi tersebut secara nyata merupakan hasil respon produktif tujuh penyair sastra Indonesia modern terhadap kisah Nabi Adam yang termuat dalam Alkitab Perjanjian Lama, Alquran, Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Pama, dan Qishashul Anbiya (Kisah Para Nabi). Mereka mereproduksi kisah Nabi Adam dari sumber-sumber tersebut yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya baru berbentuk puisi yang memiliki nilai-nilai estetis. Perlu disadari bahwa ketujuh penyair sastra Indonesia berangkat dari kisah yang sama tentang Nabi Adam sebagai referensinya, tetapi sudut pandang dan hasil olahan mereka berbeda. Metode dan teknik yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dan perbandingan. Hasil kajian dan temuan adalah terdapat perbedaan resepsi antara tujuh penyair yang berbicara tentang "Nabi Adam" yang akhirnya mereka tetap mengukuhkan mitos Nabi Adam sebagai kafilah (utusan Tuhan) di bumi.