Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Pengaruh Berbagai Suhu Pirolisis Asap Cair dari Cangkang Sawit sebagai Bahan Pengumpal Lateks Fauziati Fauziati; Ageng Priatni; Yuni Adiningsih
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.12 No.2 Desember 2018
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.445 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v12i2.4248

Abstract

Asap cair hasil pembakaran cangkang sawit pada proses pirolisis yang diperoleh pada suhu 3000C- 4000C merupakan asap cair yang terbaik yang dapat digunakan sebagai bahan penggumpal lateks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu pembakaran cangkang sawit yang optimal melalui proses pirolisis ,sehingga dihasilkan asap cair yang dapat digunakan sebagai penggumpal lateks. Asap cair hasil pembakaran secara pirolisis pada suhu 300-4000C menghasilkan senyawa aktif yang mempunyai peranan sebagai bahan penggumpal lateks yaitu senyawa asam asetat, senyawa phenol dan pH rendah sebagai bahan anti bakteri dan jamur pada lateks.Pada suhu tersebut dihasilkan anti bakteri /  anti jamur yaitu E. Colli , Staphilococus aureus dan Salmonella dengan kategori kuat dan sangat  kuat. Pada suhu  300-4000C pH yang dihasilkan sebesar 2,8 dan kadar asam  asetat  yang dihasilkan 50,54% dan phenol yang dihasilkan sebesar 32,59% dimana kedua senyawa kimia ini sangat berpengaruh terhadap penggumpal lateks ,juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri .Kelebihan asap cair dibandingakan dengan asam formiat yang biasa digunakan sebagai penggumpal lateks adalah disamping senyawa asam asetat juga mengandung senyawa phenol yang berpengaruh terhadap pH dan anti jamur / bakteri  sedangkan asam formiat hanya memberikan pH rendah dan waktu penggumpalan lateks yang cepat .
Karakterisasi Sifat Fisik Kimia dan Deskriptif Nori dari Rumput Laut Jenis Eucheuma cottoni Ageng Priatni; Fauziati Fauziati
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 9 No 2 Desember 2015
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8541.962 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v9i2.1708

Abstract

Eucheuma cottoni seaweed production increasing and the large consumption of nori to be the background to make nori with the aim  knowing the physical chemical characteristics of nori and descriptive. Nori is made by soaking the seaweed with NaOH solution and grind. Seaweed which has been refined and then treated P1 (100% unfiltered), P2 (100% filtered), P3 (20% unfiltered and 80% screened), P4 (40% unfiltered and 60% screened) and P5 (60% unfiltered and filtered 40%) and heated. Furthermore seaweed given Sodium metabisulphite by weight variation 0 mg/kg of seaweed (W0), 10 mg/kg of seaweed (W1), 20 mg/kg of seaweed (W2) and 30 mg/kg of seaweed (W3). Nori obtained by printing and drying it and subsequently tested. From the experiments, we concluded that nori has a moisture content of between 13.72% up to 20.88%,  ash content between 14.20% up to 15.07%, crude fiber content between 4.96% up to 10, 71%, protein content between 4.24% up to 6.84% and  carbohydrate levels between 74.31% up to 80.48% and has characteristics of color between 1.2 (very different from the control/clear) up to 2.8 (much different from control), odor between 1.6 (very different from kontrol) up to 2.9 (preferably different from the control) and texture between 1.1 (very different from the control/very loud) up to 3, 4 (quite different from the control/somewhat hard).ABSTRAKProduksi rumput laut jenis Eucheuma cottoni yang terus meningkat serta kebutuhan konsumsi akan nori  yang cukup besar menjadi latar belakang untuk membuat rumput laut menjadi olahan nori dengan tujuan mengetahui karakteristik nori secara fisik kimia dan deskriptif. Nori dibuat dengan cara merendam rumput laut dengan larutan NaOH dan menghaluskannya. Rumput laut yang telah halus kemudian diberi perlakuan  P1 (100% tidak disaring), P2 (100% disaring), P3 (20% tidak disaring & 80% disaring), P4 (40% tidak disaring & 60% disaring) dan P5 (60% tidak disaring & 40% disaring) dan dipanaskan. Selanjutnya rumput laut diberi Natrium Metabisulfit dengan variasi berat 0 mg/kg rumput laut (W0), 10 mg/kg rumput laut  (W1), 20 mg/kg rumput laut  (W2) dan 30 mg/kg rumput laut  (W3). Nori diperoleh dengan mencetak serta mengeringkannya dan selanjutnya diuji. Dari pengujian diperoleh kesimpulan bahwa Nori  yang bersumber dari rumput  laut  E. Cotonii memiliki karakteristik fisik kimia: kadar air antara 13,72% s/d 20,88%, kadar abu antara 14,20% s/d 15,07%, kadar serat kasar antara 4,96% s/d 10,71%, kadar protein antara 4,24% s/d 6,84% dan kadar karbohidrat antara 74,31% s/d 80,48% serta memiliki karakteristik secara deskriftif: warna antara 1,2  (sangat berbeda dengan kontrol /bening) sampai dengan 2,8 (lebih berbeda dengan kontrol), aroma antara 1,6  (sangat berbeda dengan kontrol 0 sampai dengan 2,9 (lebih berbeda dengan kontrol) dan tekstur antara 1,1 (sangat berbeda dengan kontrol/sangat keras) sampai dengan 3,4 (cukup berbeda dengan kontrol/agak keras). Kata Kunci : Deskriptif, Eucheuma cottoni, karakteristik, Nori, rumput laut
Pengaruh Penambahan Bahan Additif Pada Produk Pencuci Tangan Berbahan Asap Cair Cangkang Sawit terhadap Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri Fauziati Fauziati
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 7 No 14 Desember 2013
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8375.116 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v7i14.1541

Abstract

Palm shell liquid smoke can be used as an antiseptic hand cleaner. The research method is done by using two (2) factors that factor A as a thickener (polyglicol) with three (3) levels ie 12% a1, a2 and a3 16% 20% and factor B as a softener (glyserin) with three (3) level ie 0.5% b1, b2 and b3 1% to 1.5%. The addition of the thickener additives (polyglicol) and softener (glyserin) in antiseptic products made from palm shell liquid smoke to give effect to the inhibition of bacterial growth. In addition 16% thickener and softener gives 1.50% inhibition of the growth of bacteria is best to Staphylococus aureus bacteria with strong category and Salmonella bacteria thipy with strong category with a pH of 3.5 and a viscosity of 0.4 DPAs The results of the analysis of a swab test the panelists indicate a difference in the number of bacterial colonies before and after swabbed with antiseptic products based hand wash liquid smoke reduction in the number of bacterial colonies on hand before and after the panelists swabbed respectively 8.3% and 96.75%
Ekstraksi Karotenoid dari Minyak Sawit Mentah (CPO) dengan Pelarut Dietil Eter dan Aceton Ageng Priatni; Fauziati Fauziati; Yuni Adingsih
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.11 No.2 DESEMBER 2017
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.176 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v11i2.3014

Abstract

Minyak sawit mentah CPO (Crude Palm Oil) salah satu sumber alami yang kaya akan karotenoid. Karotenoid pada minyak sawit umumnya berkisar antara 500 - 700 ppm. Karena kandungan yang cukup tinggi tersebut maka perlu dilakukan upaya pengambilan karotenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu optimum dari proses ekstraksi. Penelitian ini dilakukan dengan metode transesterifikasi dan dilanjutkan dengan proses ekstraksi. Parameter yang diamati adalah konsentrasi karotenoid dan sisa pelarut (dietil eter dan aceton).  Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa waktu dan suhu ekstraksi berpengaruh nyata terhadap konsentrasi karotenoid, dietil eter dan aceton. Kondisi optimum untuk ekstraksi karotenoid dari CPO adalah 9 jam dan suhu 60 oC dengan konsentrasi karotenoid 718,33 ppm, dietil eter 0,70 ppm dan aceton 3,28 ppm.
Pemanfaatan Zat Ekstraktif Limbah Serbuk Kayu Ulin sebagai Coating Meubel Fauziati Fauziati
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 3 No 6 Desember 2009
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1321.111 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v3i6.1425

Abstract

This research  is aimed to use extracted  substances  from sawdust  of ulin for meubet coating.  Extraction and fractionation  used the solvent of methanol,  n hexan, diethyl ether, ethyl ace tat and hot water with the concentration  of 1 %, 2 %, 4 % and      % respectively.   The meubel  Is made  of rubber  wood.  By application  of the meubel  will increase.  The highesl  yield of fractination  was achieved by 51,05 % of ethyl acetate and it will inhibit the growth of fungi about 89,09 %. The result of phytochemical   test showed  thai the solvent  of dlethyl ether  and  ethyl  acetate  can  isolate  the  most  of  bioactive  compound   like alkanoid, saponin, tripenoid and flavonoid.  These bioactive compound   gives cotor  appearence   and  durability   to  the  coaling  product.   The  results  also showed  that  the bigger  concentration   resulted  in  the bigger  retention  and pene/ratlon   of the extract.  In case  of extraction  with hot water and  2 % of concentrate gave maximum retention and penetration  of 4 %.
Identifikasi dan Karakteristik Komponen Aktif Pewarna Alami dari Bahan Secang, Bawang Tiwai dan Kunyit Pada Produk Kacang Goyang Fauziati Fauziati; Eldha Sampepana; Tatik Purwanti
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 8 No 16 Desember 2014
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14295.984 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v8i16.1625

Abstract

Synthetic dyes are still widely used, especially the food industry and household  industries often use exceeds the set limit so veryharmful to consumers because they interfere with the health, whereas the source of natural dyes derived from plants and herbs are commonly found around us. Rocking peanut products manufactured by SMEs "Cici" in Tenggarong started using natural dyes namely Onions Tiwai (Eleutherine palmifolia), Secang (Caesalpinia sappan L.) and Turmeric (Curcumae domesticae R.) and this study aims to investigate the characteristics of the active components contained on the plantby adding each as  25 g, 50 g and 75 g in 200 ml of water. Further included in the solution of sugar to water ratio: 100 ml sugar : 800 gr. The sugar solution is used in the manufacture of peanut shake. Furthermore rocking peanut products were analyzed using Gas Cromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Based on the results of the chemical analysis of components in the GC-MS, nuts rocking the natural dye compounds containing 1,3,5-Benzenetriol atau phloroglucinol, Octadec-9-enoic acid, 9-octadecanoic acid, red oil, Butyl Hydroxy Toluene ; 4-vinylphenol , phenol ; 2,6-Bis (1,1-Dimethylethyl)-4-Methyl gamma tecoperol, squalen, gamma-tecoperol, .delta.-tecoferol, o-methyl-, vitamin E, dl-alpha.-Tocopherol, (+/-)-alpha.-Tecopherol, alpha.-Tocopheryl acetat, campe sterol, sito sterol and fuco streol in which these compounds function as a drugand supplement the brain.ABSTRAK Pewarna sintetis masih banyak digunakan industri pangan khususnya industri rumah tanggadan penggunaannya seringkali melebihi batas ditetapkan sehingga sangat merugikan konsumen karena mengganggu kesehatan. Untuk itu dilakukan pencarian sumber pewarna alami yang berasal dari tumbuhan yang  banyak ditemukan di sekitar kita. Produk kacang goyang yang diproduksi oleh UKM “Cici” di Tenggarong mulai menggunakan pewarna alami yaitu Bawang Tiwai (Eleutherine palmifolia), Secang (Caesalpinia sappan L.) dan Kunyit (Curcumae domesticae R.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik komponen aktif pewarna alami yang ada dalam kacang goyang dengan menambahkan masing-masing sebanyak  25 g, 50 g dan 75 g dalam 200 ml air. Selanjutnya dimasukkan dalam larutan gula dengan perbandingan air : gula sebesar 100 ml : 800 g  lalu digunakan dalam pembuatan kacang goyang. Selanjutnya produk kacang goyang dianalisis dengan menggunakan gas cromatography mass spektrometry (GC-MS). Berdasarkan hasil analisa karakteristik komponen senyawa kimia  kacang goyang mengandung senyawa 1,3,5-Benzenetriol atau phloroglucinol, Octadec-9-enoic acid, 9-octadecanoic acid, red oil, Butyl Hydroxy Toluene ; 4-vinylphenol , phenol ; 2,6-Bis (1,1-Dimethylethyl)-4-Methyl gamma tecoperol, squalen, gamma-tecoperol, .delta.-tecoferol, o-methyl-, vitamin E, dl-alpha.-Tocopherol, (+/-)-alpha.-Tecopherol, alpha.-Tocopheryl acetat, campe sterol, sitosterol dan fuco streol yang dimana senyawa ini berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, pengawet, obat dan suplemen otak.   Kata Kunci : Bawang Tiwai, pewarna alami, Kacang Goyang, Kunyit,  Secang
Peluang Minyak Sawit Sebagai Bahan Sediaan Farmasi Fauziati Fauziati; Hermanto Hermanto; Fitriani Fitriani
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.13 No.2 Desember 2019
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.472 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v13i2.5670

Abstract

Minyak sawit mentah mengandung senyawa aktif yang sangat berguna bagi kesehatan tubuh manusia, komposisi senyawa bio aktif pada sawit mentah (CPO), antara lain vitamin E, karatenoid, fitosterol, squalene, phospholipid, Co enzyme, polyphenolik. Fitosterol merupakan steroida (sterol) yang terdapat didalam tanaman dan mempunyai struktur yang mirip dengan kolesterol, tetapi fitosterol mengandung gugus etil pada rantai cabangnya. Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa sterol yang didominasi oleh tiga bentuk utama dari fitosterol, yaitu beta sitosterol, compesterol dan stigmasterol. Kegunaan fitosterol adalah menurunkan kadar kolesterol didalam darah dan mencegah penyakit jantung. Fitosterol terdiri dari 28 hingga 30 atom dengan steroid sebagai rangka struktur dengan gugus hidroksil menempel pada C-3 dari cincin A, dan rantai alifatik pada atom C-17 dari cincin D senyawa  ini tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol. Fitosterol menghambat penyerapan dan meningkatkan eksresi, sedangkan asam lemak tidak jenuh khususnya asam lemak linoleat dan oleat menjadikan kolesterol pada tingkat kadar yang normal dan alfa tokoferol menurunkan kadar kolesterol LDL, dimana LDL –teroksidasi pemicu rusaknya pembuluh darah dan penyebab timbulnya plak yang merupakan salah satu faktor pemicu penyakit jantung sehingga fitosterol sangat bermanfaat bagi kesehatan, dan fitosterol dapat memperbaiki regulasi kolesterol darah pada tingkat normal.Kata Kunci : minyak sawit mentah, fitosterol, kolesterol
Ulasan Ilmiah Kajian Kualitas Garam Gunung Di Kecamatan Krayan Kab. Nunukan Kalimantan Timur Fauziati Fauziati
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 4 No 8 Desember 2010
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (811.76 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v4i8.1471

Abstract

Study   analysis  quality  of  traditional  salt  consists  of  2  (two) types of salt  which  are  bulk  salt  and  solid  salt  taken  from  Long  Midang  and Pakabuan    viilage   .Krayan    diss    not,Nunuksn    Regency    In    East Kalimantan  has  been  done.  The  result    of  this  study  show  that  the quality   of   bulk   salt   prodused   from  Long   Midang   village   naturally contain    lodium and  it   was   fulfilled   the   National    Standard    Of Indonesia  (  SNI  01-3556-2000)     except  of  Pb  conlent  is  10.40 mg/l steel  higher  than  standard  ( SNI   10mg/1 ).Chemical  property   as  of bulk  salt  product  based  on  the  results of  study   its  follows  :  31.53 mg/kg   of  lodium   ,95,73    of  NaCI  and   solid  salt  product     Is   4,01 mg/kg  Of lodlum  ,80,71  %    of NaCI . The Salt product  taken  from  the Pakabuan   village  has  reddish  brown  colour,  wet  and  still  not  meet of   the   requirements   of   National   Standard   of   Indonesia   (SNI   01-3556-2000).
Pengaruh Proses dan Konsentrasi Asap Cair Cangkang Kelapa Sawit terhadap Sifat Fisik dan Cemaran Mikroba Rubber Sheet Ageng Priatni; Fauziati Fauziati; Yuni Adininngsih
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol.12 No.2 Desember 2018
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.715 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v12i2.3869

Abstract

Asap cair adalah salah satu asam anorganik yang dapat digunakan sebagai penggumpal lateks dimana asap cair memiliki pH 2,8 – 3,2. Asap cair dapat diperoleh melalui pembakaran cangkang kelapa sawit yang banyak mengandung hemiselulosa, selulosa serta lignin  melalui proses pirolisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses dan konsentrasi asap cair cangkang kelapa sawit terhadap sifat fisik dan cemaran mikroba dari lembaran karet dengan cara menggumpalkan lateks segar dengan asap cair konsentrasi 2 %, 6 %, 10 %, 14 % dan larutan asam formiat 2 % sebagai kontrol serta perendaman. Lembaran karet yang dihasilkan kemudian dianalisa kadar airnya, nilai Po dan PRI serta cemaran mikroba (kapang dan Khamir). Penggumpal yang terbaik kemudian diaplikasikan pada pembuatan RSS dan diuji berdasarkan SNI 1903-2011. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa penggumpal terbaik adalah asap cair cangkang kelapa sawit konsentrasi 14 % dan tanpa perendaman dimana diperoleh lembaran karet dengan kadar air 1,52 %, nilai Po 47, nilai PRI 86 serta jumlah kapang 23 koloni/g dan khamir 7 koloni/g. RSS yang diperoleh dari asap cair 14 % bisa digunakan sebagai bahan baku SIR 20.Kata Kunci: Asap Cair, Cangkang Kelapa Sawit, Penggumpal, Lateks, RSS.
Karakterisasi Komponen Aktif Asap Cair Cangkang Sawit Hasil Pemurnian Fauziati Fauziati; Eldha Sampepana
Jurnal Riset Teknologi Industri Vol 9 No 1 Juni 2015
Publisher : Balai Riset dan Standardisasi Industri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8151.309 KB) | DOI: 10.26578/jrti.v9i1.1705

Abstract

Palm shell liquid smoke obtained by pyrolysis and redestilasi still produce a pungent smoke flavor and color of yellow to brownish yellow so that the necessary research purification of smoke that can be used as ingredients other than preservatives, such as antiseptic hand wash. The research objective is to reduce the stinging liquid smoke aroma, color is tawny and to identify the characterization of the active components of liquid smoke shell oil refining results in Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS). The purification process of liquid smoke with redistilled at a temperature of 2000C and by adding 4.5% zeolite adsorbent made three (3) times the resulting liquid smoke of distillate and residue. Liquid smoke produced from distillate and residue are added activated charcoal as much as 9%, 10.5% and 12%, then stirred with a shaker subsequently allowed to stand for 6 days and 10 days The results of the study showed that liquid smoke purification results of the residue by the addition of activated charcoal as 12% and the time saved for 10 days (A2B2C3) gives flavor and color by 1.94 of 1.84 is odorless, yellowish white color and clarity. While the characteristics of the active components of purification results are predominantly acetic acid and phenol compounds of residues that serve as preservatives, antibacterial and antioxidant compounds while PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon), namely tar, benzoperen, gualakol and siringoll (aroma causes) undetectedABSTRAKAsap cair cangkang sawit yang diperoleh melalui proses pirolisis dan redestilasi masih menghasilkan aroma asap menyengat dan warna kuning hingga kuning kecoklatan sehingga diperlukan penelitian pemurnian asap yang dapat digunakan sebagai bahan lain selain pengawet, seperti antiseptik pencuci tangan. Tujuan penelitian adalah  untuk mengurangi aroma asap cair yang menyengat, warna yang masih kuning kecoklatan dan untuk  mengidentifikasi karakterisasi komponen aktif asap cair cangkang sawit hasil pemurnian secara Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS). Proses  pemurnian asap cair dengan  redistilasi pada suhu 2000C dan dengan menambahkan adsorben zeolit 4,5% yang dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali  dihasilkan asap cair dari Destilat dan Residu . Asap cair  yang dihasilkan dari destilat dan residu ditambahkan arang aktif sebanyak 9%,10,5% dan 12%  kemudian diaduk dengan shaker selanjutnya didiamkan selama 6 hari dan 10 hari .Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair hasil pemurnian dari residu dengan penambahan arang aktif sebanyak 12% dan waktu simpan selama 10 hari ( A2B2C3 ) memberikan aroma sebesar 1,94 dan warna sebesar 1,84 adalah tidak berbau ,  warna putih kekuningan dan jernih . Sedangkan  karakteristik  komponen aktif hasil pemurnian yang paling dominan  adalah  senyawa acetic acid dan phenol  dari residu yang berfungsi sebagai bahan pengawet, antibakteri dan antioksidan sedangkan senyawa PAH (Polycyclic Aromatic Hydrocarbon) yaitu tar, benzoperen,  gualakol  dan siringoll ( penyebab aroma ) tidak terdeteksi . Kata kunci : asap cair, cangkang sawit, komponen aktif, pemurnian, redestilasi