Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

EFFECT OF DRUG-METABOLIZING ENZYME ACTIVITY INDUCED BY POLYCHLORINATED BIPHENYL ON THE DURATION OF OXYTETRACYCLINE IN CARP Djamartumpal F. Lumban Batu
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v9i2.193

Abstract

A study was made of the induction of drug-metabolizing enzyme activity and the effect of the induced activity on the duration of oxytetracycline (OTC) in carp, Cyprinus carpio. Carp were fed a diet containing polychlorinated biphenyl (PCB)(0,1 mg/100 g body weight/day) for 2 week to induce drug-metabolizing enzymes. After pretreatment, OTC was administered in feed to PCB-treated and control carp as a single dose of 50mg/kg body weight.The result demonstrate that PCB highly induses benzo (a) pyrene hydroxylase among the enzymes of carp, but the induced hydroxylase does not react to OTC, resulting in no change in their tissue levels and duration time.
Acute toxicity test of carbamate insecticide on common carp, Cyprinus carpio Linnaeus, 1758 Cathrine Ferlianova Leuwol; Djamar Tumpal Floranthus Lumban Batu; Ridwan Affandi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.340

Abstract

Carbamate is a highly toxic pollutant for animal, even though this insecticide is biodegradable in nature and in the food chain. The purpose of this research was to find the LC50-96 of carbamate insecticide (Marshall 200 EC) on test organism. The test organism used common carps (Cyprinus carpio L.) with 6-8 cm of length and 5,5-9 g of weight. This study used an experimental method by divided into two steps i.e. preliminary test and acute toxicity (LC50-96) tests. Preliminary test was done without repetition and twice repetition for acute toxicity. Acute toxicity test data were analyzed by probit analysis. The result showed that LC50-96of carbamate insecticide (Marshal 200 EC) on Cyprinus carpio L. was 1,68 mgL-1. Abstrak Pestisida golongan karbamat merupakan sumber pencemar yang sangat toksik bagi hewan, meskipun insektisida go-longan karbamat ini mudah terurai di alam baik pada media air maupun pada organisme dalam rantai makanan. Tujuan penelitian ini ialah mengukur nilai LC50-96 insektisida karbamat (Marshal 200 EC) terhadap hewan uji. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan panjang 6-8 cm dan bobot 5,5-9 g. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode eksperimental dengan dua tahapan penelitian, yaitu uji pendahuluan dan uji toksisitas akut (LC50-96). Uji pendahuluan dilakukan tanpa ulangan dan uji toksisitas akut dilakukan ulangan sebanyak dua kali. Data uji toksisitas akut dianalisis dengan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50-96 insektisida karbamat (Marshal 200 EC) terhadap ikan mas adalah 1,68 mgL-1.
PERUBAHAN STRUKTUR HISTOLOGIS INSANG DAN HATI IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linnaeus 1758) YANG TERPAPAR MERKURI Ilham Zulfahmi; Ridwan Affandi; Djamar T.F. Lumban Batu
JESBIO : Jurnal Edukasi dan Sains Biologi Vol 4 No 1 (2015): Jurnal Edukasi dan Sains Biologi
Publisher : Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan struktur histologis organ insang, hati dan ginjal ikan nila akibat dari paparan merkuri. Penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga Juni 2013. Ikan nila berukuran panjang 11-13 cm dengan bobot rata-rata 20 gram dipaparkan pada konsentrasi sub kronik merkuri klorida (0,164 mgL-1) selama 56 hari. Pembuatan preparat histologis hati dan dilakukan dengan metode histoteknik menggunakan pewarnaan Haemotoxylin dan Eosin. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif pada hati dan ginjal ikan nila akibat dari paparan merkuri. Paparan merkuri pada organ insang menyebabkan terjadinya perubahan struktur histologis berupa perbesaran sel organ (hypertrophy), penambahan jumlah sel (hyperplasia) pembengkokan lamela sekunder (curling of secondary lamella), penghimpitan lamella sekunder (fusion in secondary lamella)  dan kematian sel  (neukrosis). Perubahan histologis pada organ hati berupa perbesaran sel organ (hypertrophy), penambahan jumlah sel (hyperplasia), penciutan inti  sel (shrinkage of hepatocytes), pendarahan (hemorage), dan kematian sel (neukrosis).Kata kunci: merkuri klorida, histologis, hypertrophy, hyperplasia, neukrosis.
FEKUNDITAS DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD RAJUNGAN (Portunus pelagicus) BETINA MENGERAMI TELUR DI TELUK LASONGKO, SULAWESI TENGGARA Abdul Hamid; Yusli Wardiatno; Djamar T.F.Lumban Batu; Etty Riani
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 1 (2015): (April 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.649 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.1.2015.43-50

Abstract

Kajian kematangan gonad pada rajungan betina mengerami telur dan fekunditas berdasarkan warna telur masih terbatas. Penelitian ini menganalisis fekunditas dan tingkat kematangan gonad rajungan betina mengerami telur di Teluk Lasongko, dilakukan dari bulan April 2013 sampai Maret 2014. Fekunditas rajungan dianalisis berdasarkan kelas ukuran tubuh danwarna rajungan betina mengerami telur. Tingkat kematangan gonad ditentukan berdasarkan perubahan warna dan morfologi gonad. Fekunditas rajungan berkisar 69.747-2.078.874 butir dengan lebar karapas 86,6-162,3mm. Fekunditas rajungan bervariasi terhadap ukuran tubuh dan warna rajungan mengerami telur, serta berkorelasi dengan ukuran tubuh dan berat telur. Rajungan betina mengerami telur ditemukan dari TKGI sampai IV. Fekunditas rajungan di perairan ini tergolong sedang sampai tinggi, rajungan betina mengerami telur berwarna kuning dan orange didominasi belum matang gonad sedangkan berwarna coklat dan abu-abu gelap didominasi matang gonad.
PENGELOLAAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) YANG BERKELANJUTAN BERDASARKAN ASPEK BIOEKOLOGI DI TELUK LASONGKO, SULAWESI TENGGARA Abdul Hamid Lakudo; Yusli Wardiatno Wardiatno; Djamar T.F Lumban Batu; Etty Riani Riani
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 9, No 1 (2017): (Mei 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2120.213 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.9.1.2017.41-50

Abstract

Status perikanan rajungan di Teluk Lasongko saat ini telah overfishing dan kritis, sehingga perlu dikelola dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk menentukan potensi dan permasalahan keberlanjutan pemanfaatan rajungan serta menyusun strategi pengelolaan rajungan di Teluk Lasongko berdasarkan pada aspek bioekologi. Data ekobiologi dikumpulkan sejak tahun 2006, dan 2013 sampai 2014 di Teluk Lasongko. Hasil penelitian menunjukkan potensi dan keberlanjutan pemanfaatan perikanan rajungan di Teluk Lasongko tergolong tinggi. Permasalahan yang timbul yang mengancam keberlanjutan rajungan adalah overfishing, penangkapan rajungan berukuran kecil dan rajungan betina ovigerous, daerah penangkapan rajungan yang tidak merata, dan kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan. Beberapa strategi pengelolaan harus dilakukan untuk mendukung dan memastikan pengelolaan berkelanjutan rajungan di Teluk Lasongko, yaitu penetapan ukuran terkecil yang boleh ditangkap (untuk jantan >109,8 mm-CW dan betina >115,7 mm-CW), pelarangan penangkapan rajungan betina ovigerous, dan mengurangi upaya penangkapan dengan bubu sampai 50%. Selain itu, restocking dan pembentukan suaka rajungan juga harus dilakukan.  The status of blue swimming crab (Portunus pelagicus) fishery in Lasongko Bay is detected overfishing and critical, so it needs to be managed properly. This paper was aimed to determine the potential and problems of sustainability use of the crab and establish strategic management based on bioecology aspects. Bioecological data on the crab were collected in 2006, and from 2013 to 2014 in Lasongko Bay. Research result of indicated high potential and sustainable of use of crab fishery in the bay. Arising problems to threat the sustainability were over-fishing, small size crab and ovigerous female catch, localized fishing ground, and unfriendly environmentally fishing activities. Some management strategies must be done to support and ensure the sustainability management of the crab in Lasongko Bay, i.e. the minimum legal size (for males >109.8 mm-CW and females >115.7 mm-CW), not catching ovigerous female crabs, and reducing use of traps up to 50%. Restocking and establishing crab sanctuary could be also important to enhance the aforesaid management strategies.
POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN LUMO Labiobarbus ocellatus (Heckel, 1843) DI SUNGAI TULANG BAWANG, LAMPUNG Indra G Yudha; M. F. Rahardjo; D Djokosetiyanto; Djamar T.F. Lumban Batu
ZOO INDONESIA Vol 24, No 1 (2015): Juli 2015
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v24i1.2333

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pertumbuhan dan faktor kondisi relatif (Kn) ikan Labiobarbus ocellatus di Sungai Tulang Bawang, Lampung. Ikan contoh dikumpulkan setiap bulan menggunakan jaring insang dari April 2013 hingga Maret 2014. Spesimen terdiri dari 690 ikan jantan dan 651 ikan betina. Ikan lumo jantan dan betina memiliki pertumbuhan allometrik positif. Persamaan hubungan panjang bobot ikan lumo jantan adalah log W=-5,652+3,284 log L, sedangkan ikan lumo betina memiliki persamaan log W=-5,607+3,272 log L. Persamaan pertumbuhan von Bertalanffy untuk ikan lumo jantan adalah Lt=265,65*[1-e-0,14(t+0,67)] dan pada ikan lumo betina Lt=255,15*[1-e-0,23(t+0,405)]. Nilai ratarata Kn ikan lumo adalah 1,02±0,03 (jantan) dan 1,02±0,04 (betina) yang mengindikasikan bahwa ikan-ikan tersebut dalam kondisi yang baik.
Konsentrasi merkuri dan hubungannya dengan indeks kepadatan keong popaco (Telescopium telescopium) di Kao Teluk, Halmahera Utara Ardan Samman; Djamar T.F. Lumban Batu; Isdradjad Setyobudiandi
Depik Vol 3, No 2 (2014): August 2014
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.422 KB) | DOI: 10.13170/depik.3.2.1471

Abstract

Abstract. The objective of thepresent study was to evaluate the mercury concentration at Kao Bay, North Halmahera and its relationship to density index of snail T. telescopium. Samplings were conducted at three locations in estuarine Balaitin, Cibok, and Kobok Rivers The samples were processed and analyzed for Standard procedure of Atomic Absorption Spectrophotometry(AAS). The results showed that the mercury concentration in the water were ranged between 0.000239 to 0.000560 ppm, and mercury concentrations in sediment were ranged from 0.003 to 0.08 ppm and 0.06 to 0.15 ppm in the snail mussel. In general the concentration of mercury in the waters, sediment and snail mussel are stil below of quality standardsbythe U.S. EnvironmentalProtection Agencyandquality standard ofthe World Health Organization/Food andAgriculture Organization(WHO/FAO). There is a strong relationship between mercury concentration and density of snail, where the concentration of mercury was lower when the density index of snail higherKeywords: Mercury concentration; Marine water; sediment and density index of mud wakls (T. telescopium).Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi merkuri pada air laut, sedimen dan keong popaco (T. telescopium), serta hubungannya dengan indeks kepadatan. Sampling dilakukan pada tiga stasiun yaitu di muara Sungai Balaotin, Cibok dan Kobok. Analisis konsentrasi merkuri menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi merkuri pada air laut pada ketiga stasiun di Perairan Kao Teluk berkisar antara 0,000239-0,000560 ppm. Konsentrasi merkuri pada sedimen berkisar antara 0,003-0,08 ppm. Konsentrasi merkuri pada keong berkisar antara 0,06-0,15 ppm. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut, dan US Environmental Protection Agencytentang baku mutu sedimen, serta World Health Organization/Food and Agriculture Organization (WHO/FAO) tentang keamanan pangan maka kandungan merkuri pada air, sedimen dan keong popaco masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi merkuri pada air dan sedimen dengan indek kepadatan keong popaco, dimana pada kepadatan tinggi maka kandungan merkuri cenderung rendah. Kata kunci : Konsentrasi merkuri; Air laut; Sedimen; Indeks kepadatan
Konsentrasi merkuri dan hubungannya dengan indeks kepadatan keong popaco (Telescopium telescopium) di Kao Teluk, Halmahera Utara Ardan Samman; Djamar T.F. Lumban Batu; Isdradjad Setyobudiandi
Depik Vol 3, No 2 (2014): August 2014
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.3.2.1471

Abstract

Abstract. The objective of thepresent study was to evaluate the mercury concentration at Kao Bay, North Halmahera and its relationship to density index of snail T. telescopium. Samplings were conducted at three locations in estuarine Balaitin, Cibok, and Kobok Rivers The samples were processed and analyzed for Standard procedure of Atomic Absorption Spectrophotometry(AAS). The results showed that the mercury concentration in the water were ranged between 0.000239 to 0.000560 ppm, and mercury concentrations in sediment were ranged from 0.003 to 0.08 ppm and 0.06 to 0.15 ppm in the snail mussel. In general the concentration of mercury in the waters, sediment and snail mussel are stil below of quality standardsbythe U.S. EnvironmentalProtection Agencyandquality standard ofthe World Health Organization/Food andAgriculture Organization(WHO/FAO). There is a strong relationship between mercury concentration and density of snail, where the concentration of mercury was lower when the density index of snail higherKeywords: Mercury concentration; Marine water; sediment and density index of mud wakls (T. telescopium).Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi merkuri pada air laut, sedimen dan keong popaco (T. telescopium), serta hubungannya dengan indeks kepadatan. Sampling dilakukan pada tiga stasiun yaitu di muara Sungai Balaotin, Cibok dan Kobok. Analisis konsentrasi merkuri menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi merkuri pada air laut pada ketiga stasiun di Perairan Kao Teluk berkisar antara 0,000239-0,000560 ppm. Konsentrasi merkuri pada sedimen berkisar antara 0,003-0,08 ppm. Konsentrasi merkuri pada keong berkisar antara 0,06-0,15 ppm. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut, dan US Environmental Protection Agencytentang baku mutu sedimen, serta World Health Organization/Food and Agriculture Organization (WHO/FAO) tentang keamanan pangan maka kandungan merkuri pada air, sedimen dan keong popaco masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi merkuri pada air dan sedimen dengan indek kepadatan keong popaco, dimana pada kepadatan tinggi maka kandungan merkuri cenderung rendah. Kata kunci : Konsentrasi merkuri; Air laut; Sedimen; Indeks kepadatan
Konsentrasi merkuri dan hubungannya dengan indeks kepadatan keong popaco (Telescopium telescopium) di Kao Teluk, Halmahera Utara Ardan Samman; Djamar T.F. Lumban Batu; Isdradjad Setyobudiandi
Depik Vol 3, No 2 (2014): August 2014
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.3.2.1471

Abstract

Abstract. The objective of thepresent study was to evaluate the mercury concentration at Kao Bay, North Halmahera and its relationship to density index of snail T. telescopium. Samplings were conducted at three locations in estuarine Balaitin, Cibok, and Kobok Rivers The samples were processed and analyzed for Standard procedure of Atomic Absorption Spectrophotometry(AAS). The results showed that the mercury concentration in the water were ranged between 0.000239 to 0.000560 ppm, and mercury concentrations in sediment were ranged from 0.003 to 0.08 ppm and 0.06 to 0.15 ppm in the snail mussel. In general the concentration of mercury in the waters, sediment and snail mussel are stil below of quality standardsbythe U.S. EnvironmentalProtection Agencyandquality standard ofthe World Health Organization/Food andAgriculture Organization(WHO/FAO). There is a strong relationship between mercury concentration and density of snail, where the concentration of mercury was lower when the density index of snail higherKeywords: Mercury concentration; Marine water; sediment and density index of mud wakls (T. telescopium).Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi merkuri pada air laut, sedimen dan keong popaco (T. telescopium), serta hubungannya dengan indeks kepadatan. Sampling dilakukan pada tiga stasiun yaitu di muara Sungai Balaotin, Cibok dan Kobok. Analisis konsentrasi merkuri menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi merkuri pada air laut pada ketiga stasiun di Perairan Kao Teluk berkisar antara 0,000239-0,000560 ppm. Konsentrasi merkuri pada sedimen berkisar antara 0,003-0,08 ppm. Konsentrasi merkuri pada keong berkisar antara 0,06-0,15 ppm. Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut, dan US Environmental Protection Agencytentang baku mutu sedimen, serta World Health Organization/Food and Agriculture Organization (WHO/FAO) tentang keamanan pangan maka kandungan merkuri pada air, sedimen dan keong popaco masih berada dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi merkuri pada air dan sedimen dengan indek kepadatan keong popaco, dimana pada kepadatan tinggi maka kandungan merkuri cenderung rendah. Kata kunci : Konsentrasi merkuri; Air laut; Sedimen; Indeks kepadatan
Sandfish (Holuthuria scabra) Fisheries in Saleh Bay: Stock Status Based on Fishermen's Perception and Catches [Perikanan Teripang Pesisir (Holuthuria scabra) Teluk Saleh: Status Stok berdasarkan Persepsi Nelayan dan Hasil Tangkapan] Neri Kautsari; Etty Riani; Djamar TF Lumbanbatu; Sigid Hariyadi
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 11 No. 2 (2019): JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jipk.v11i2.13432

Abstract

AbstractThe exploitation of sandfish (Holuthuria scabra) in Saleh Bay is so far not well managed. Consequently, over-fishing and species extinction of sea cucumbers emerge. Currently, information related to the supply of sandfish (H. scabra) is very limited. The purpose of this research was to investigate the stock status of sandfish (H. scabra) based on the fishermen's perception and fish capture information. This research was carried out in the Saleh Bay coast, Sumbawa District, West Nusa Tenggara. The method used was a semi-closed interviews with the scope of fishermen's demography, methods, efforts and catches, and fishermen's perception of the stock condition, conducted by a total of 39 respondents. The result of this research showed that sea cucumber fishermen consisted of male and female with a ratio of 46 : 54, age ranged between 26-59 years old, all were married; education level between unschooled to senior high school; fishermen were from Bajo tribe (37%), Bugis (25%), Samawa (5%) and Mandar (33%). Sea cucumbers were caught by hands for 5-6 weeks (1-4 hours per day), CPUE ranges between 2 to 25 kg (wet weight). The main reason for capturing sea cucumber was because of the ease of method (97%). 84% of the fishermen stated that sea cucumber stock in Saleh Bay declined. The research cocluded the fishermen on Saleh Bay assumed that sandfish (H. scabra) had decreased in stock.AbstrakEksploitasi teripang pasir (Holuthuria scabra) di perairan Teluk Saleh terus dilakukan tanpa adanya pengelolaan sehingga memacu terjadinya kelebihan tangkap dan bahkan bisa menyebabkan kepunahan spesies teripang pasir. Kurangnya ketersediaan informasi dan data terkait stok menyebabkan sulitnya pengelolaan teripang pasir (H. scabra) di perairan Teluk Saleh ke depannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui staus stok teripang pasir (H. scabra) berdasarkan persepsi nelayan dan gambaran hasil tangkapan. Lokasi penelitian yaitu di pesisir wilayah perairan Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan ialah wawancara semi tertutup dengan menggunakan kuesioner. Aspek yang dikaji dalam wawancara terdiri dari : 1) demografis nelayan; 2) metode, upaya dan hasil tangkap serta 3) persepsi nelayan terhadap kondisi stok. Responden dalam penelitian ini ialah nelayan penangkap teripang yang berada di pesisir Teluk Saleh. Jumlah responden adalah 39 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penangkap teripang pasir terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan rasio 46 : 54%, usia berkisar antara 26-59 tahun, nelayan berstatus telah menikah, tingkat pendidikan nelayan mulai dari tidak bersekolah hingga SMU, nelayan berasal dari suku Bajo (37%), Bugis (25%), Samawa (5%) dan Mandar (33%). Penangkapan teripang dilakukan menggunakan tangan, penangkapan dilakukan 5-6 minggu-1 (1–4 jam hari-1), CPUE ialah 2 hingga 25 kg (berat basah), alasan utama nelayan (97%) menangkap teripang pasir adalah kemudahan metode penangkapan, 84% nelayan menyatakan bahwa stok teripang pasir di Teluk Saleh mengalami penurunan. Kesimpulan dari penelitian ialah sebagian besar nelayan Teluk Saleh menganggap bahwa teripang pasir (H. scabra) telah mengalami penurunan stok.