Vivekenanda Pateda
Universitas Sam Ratulangi

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Prevalensi dan faktor-faktor risiko yang menyebabkan asma pada anak di RSU GMIM Bethesda Tomohon periode Agustus 2011 – Juli 2016 Runtuwene, Indri K.T.; Wahani, Audrey M.I; Pateda, Vivekenanda
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14453

Abstract

Abstract: Asthma is a heterogen disease marked by chronic inflammation in the respiratory tract with a history of disturbance of breathing such as wheezing, dyspnea, and cough. This disease can occur at any age. The etiology of asthma is still unclear but there are various risk factors which can cause asthma inter alia sex, history of atopy, change of weather, dust mites, smoke, pet, and food. This study was aimed to obtain the prevalence of asthma and its risk factors in patients aged 0-18 years at GMIM Bethesda Hospital in Tomohon. This was a descriptive retrospective study. Samples were patients aged 0-18 years admitted at the Pediatric Division of GMIM Bethesda Hospital from August 2011 to July 2016. The results showed that the highest prevalence was from August 2011 to July 2012 (21.62%) and the risk factors which affected asthma in children were as follows: male (55.41%), age 5-9 years old (31.08%), history of atopy (52.70%), and change of weather (55.40%). Conclusion: The highest prevalence of ashmatic patients was 21.62% from August 2011 to July 2012. The majority of risk factors were male sex, change of weather, history of atopi, and dust mites.Keywords: asthma, prevalence, risk factor, children Abstrak: Asma merupakan penyakit heterogen yang biasanya ditandai oleh peradangan kronik pada saluran napas dengan riwayat gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, dan batuk yang dapat terjadi pada semua kelompok usia. Etiologi asma masih belum jelas namun terdapat berbagai faktor risiko yang dapat memicu terjadinya asma seperti jenis kelamin, usia, riwayat atopi, perubahan cuaca, tungau debu rumah, paparan asap rokok, binatang piaraan, dan makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi asma dan faktor-faktor risiko yang memengaruhi terjadinya athat the highest prevalence wassma di RSU GMIM Bethesda Tomohon. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif. Sampel penelitian ialah pasien anak usia 0-18 tahun dengan diagnosis utama asma yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSU GMIM Bethesda Tomohon pada periode Agustus 2011-Juli 2016. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi terbanyak pada periode Agustus 2011-Juli 2012 (21,62%) dan faktor risiko yang memengaruhi asma pada anak berupa jenis kelamin laki-laki (55,41%), usia 5-9 tahun (31,08%), riwayat atopi (54,05%), tungau debu rumah (52,70%), dan perubahan cuaca (55,40%). Simpulan: Kejadian asma terbanyak terjadi pada periode Agustus 2011-Juli 2012 sebesar 21,62%. Faktor risiko tersering ditemukan ialah jenis kelamin laki-laki, perubahan cuaca, riwayat atopi, dan tungau debu rumah. Kata kunci: asma, prevalensi, faktor risiko, anak
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN MODOINDING Maleke, Vini; Umboh, Adrian; Pateda, Vivekenanda
e-CliniC Vol 3, No 3 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i3.9420

Abstract

Abstract: Nutrition is needed for growth and development, energy, thinking, and physical well-being. Selection of proper nutrition will optimize growth and brain development. This study aimed to determine the relationship of nutritional status and academic achievement of elementary school students in Modoinding. This was a descriptive analytical study with a cross sectional design. The nutritional status was based on BMI value meanwhile the academic achievement was based on school reports. Samples were 114 students. Data were analyzed by using univariate and bivariate analyses as well as ANOVA F test. The results showed that there was no significant relationship between nutritional status and academic achievement with a p value = 0.792. Conclusion: There was no significant relationship between nutritional status and academic achievement among the elementary students in Modoinding.Keywords: nutritional status, achievementAbstrak: Gizi dibutuhkan anak sekolah untuk pertumbuhan dan perkembangan, energi, berpikir, serta daya tahan tubuh. Gizi yang berkualitas akan mengoptimalisasikan pertumbuhan dan perkembangan otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Kecamatan Modoinding. Penelitian ini bersifat dekriptif analitik dengan desain potong litang. Status gizi dan prestasi dilihat berdasarkan nilai IMT dan hasil rapor. Jumlah sampel sebanyak 114 siswa. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji anova F. Hasil analisis data memperlihatkan tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dan prestasi belajar siswa dengan nilai p = 0,792. Simpulan: Pada siswa Sekolah Dasar Kecamatan Modoinding tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dan prestasi belajar.Kata kunci: status gizi, prestasi
GAMBARAN PERTUMBUHAN PADA ANAK DENGAN RIWAYAT ASMA DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU Kinanti, Prima; Pateda, Vivekenanda; Wahani, Audrey M. I.
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11035

Abstract

Abstract: Asthma is a chronic inflammatory disorder of the airways that causes increased airway hyperresponsiveness which triggers symptoms such as wheezing, breathlessness, chest tightness and coughing, especially at night or early morning. Asthma as a chronic disease in general may affect a child's growth through several factors. The purpose of this study was to determine the growth in children with a history of asthma who were treated in the Division of Pediatric, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Research conducted a retrospective descriptive univariate data analysis. Samples were pediatric patients aged 5-18 years with a primary diagnosis of asthma treated in the Division of Pediatric, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado in January 2011 - September 2015. Research data analysis using CDC-2000 growth curve. From the research, based on W / A and H / A, obtained the majority of children with normal growth. Based on the weight / height and BMI, obtained the majority of children with good nutritional status.Keywords: asthma, growth, children.Abstrak: Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam atau dini hari.Asma sebagai penyakit kronik secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan anak melalui beberapa faktor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan pada anak dengan riwayat asma yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr.R.D. Kandou Manado.Penelitian yang dilaksanakan bersifat deskriptif retrospektif dengan analisis data univariat.Sampel penelitian ini adalah pasien anakusia 5 - 18 tahun dengan diagnosis utama asmayang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak Anak RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado pada bulan Januari 2011 – September 2015.Analisis data penelitian menggunakan kurva pertumbuhan CDC-2000. Dari hasil penelitian, berdasararkan BB/U dan TB/U, didapatkan mayoritas anak dengan pertumbuhan normal. Berdasarkan BB/TB dan IMT, didapatkan mayoritas anak dengan status gizi baik.Kata Kunci: asma, pertumbuhan, anak.
HUBUNGAN ANTARA KADAR GULA DARAH BAYI BARU LAHIR DENGAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI OBESITAS Rumangkang, Bella; Wilar, Rocky; Pateda, Vivekenanda
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.1.2016.11037

Abstract

Abstract: Nowadays, obesity has gotten serious concerns because of the increasing number of sufferers including the number of obese people in pregnant women. The number of obese pregnant women has increased by approximately 18.5% to 38.3%. Obesity is a condition that indicates an imbalance between the height and the weight due to the fat tissue in the body resulting in weight excess beyond the ideal weight. The obesity is nearly always harmful to the mother and fetus, and it can come down to the infants. While in the womb, the fetus receives all the energy and glucose which are obtained from the mother. After the birth, the amount of glucose, that is stored in the baby's body in the form of liver and muscle glycogen, is only enough to supply the needs of the baby for a few hours, so the baby's blood sugar levels decreases and hypoglycemic occurs.Objectives: This research intends to determine correlation between the blood sugar levels of newborn babies and pregnant women who experience obesity.Material Methods: This research is a prospective analytical study conducted in pregnant women through direct data collection by measuring the weight and height, and the measurement of the blood sugar levels in the newborn babies in RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, RS R.W Monginsidi Teling Manado, RSU Pancaran Kasih Manado, and Puskesmas Bahu Manado during the months of November 2015 to January 2016.Result: The study result of the 38 respondents found out that pregnant women who are obese to the obese category I as many as 30 people (78.9%), 5 people (13.2%) in obese II , and 3 people (7.9%) in obese III. The distribution according to the frequency of food consumption of mothers in which 36 of them (94.7%) with a frequency of ≥ 3x meals a day and 2 (5.3%) with a food frequency ≤ 3 times a day. The distribution according to the activity of the mother that the majority of mild activity as many as 31 people (81.6%), 4 people (10.5%) having tough activities, and 3 people (7.9%) having light activities. The distribution according to the mother's knowledge about obesity there were 14 people (36.8%) who knew about obesity and there were 24 people (63.2%) who did not know about obesity. According to the mother's knowledge on maternal blood sugar, they all (100%) knew. Based on the distribution according to the sex of a newborn babies, there were 23 male infants (60.5%) and 15 female infants (39.5%). According to the baby's weight distribution; there were 14 infants (36.8%) with a body weight between 3100 to 3500 grams, 13 infants (34.2%) with a body weight between 2,500 to 3,000 grams, and 11 infants (29%) by weight between 3600 to 4000 grams. The distribution according to the blood sugar levels that the majority of newborn infants with low blood sugar levels were between 15-20 mg / dL totaling 21 infants (55.3%), blood sugar levels between 26-30 mg / dL were 9 infants (23.7 %), while blood sugar levels between 21-25 mg / dL and 36-40 mg / dL obtained a similar number that is 4 infants (10.5%).Conclusion: The research result which was done has two different conclusions. Based on the theory, there was H1 which has relationship between all pregnant women who are obese and low blood sugar levels in the newborn babies. Based on the statistical test, there was H0 which has no significant correlation between blood sugar levels of newborn babies and mothers who are obese.Keywords: obesity, pregnant women, blood sugar levels, newborn babies, hypoglycemia.Abstrak: Saat ini obesitas mendapat perhatian yang serius karena jumlah penderitanya yang semakin meningkat termasuk jumlah penderita obesitas pada ibu hamil. Jumlah penderita obesitas pada ibu hamil meningkat sekitar 18,5% sampai dengan 38,3%. Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui berat badan ideal. Obesitas hampir selalu berbahaya bagi ibu dan janinnya, dan dapat menurun pada bayi. Selama dalam kandungan, janin memperoleh semua energi dan glukosa yang didapat dari ibu. Setelah kelahiran, jumlah glukosa yang disimpan dalam tubuh bayi dalam bentuk glikogen hati dan otot hanya cukup untuk menyuplai kebutuhan bayi beberapa jam saja, sehingga kadar gula darah bayi menurun dan terjadi hipoglikemia.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar gula darah bayi baru lahir dengan ibu hamil yang mengalami obeistas.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi analitik prospektif yang dilakukan pada ibu hamil melalui pengambilan data secara langsung dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan dan pengukuran kadar gula darah pada bayi baru lahir di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, RS R.W Monginsidi Teling Manado, RSU Pancaran Kasih Manado, dan Puskesmas Bahu Manado selama bulan November sampai Januari 2016.Hasil: Hasil peneilitian dari 38 responden di dapatkan ibu hamil yang mengalami obesitas dengan kategori obese I sebanyak 30 orang (78,9%), obese II sebanyak 5 orang (13,2%), dan obese III sebanyak 3 orang (7,9%). Distribusi menurut frekuensi konsumsi makanan dari ibu diperoleh 36 orang (94,7%) dengan frekuensi makanan ≥ 3x sehari dan 2 orang (5,3%) dengan frekuensi makanan ≤ 3x sehari. Distribusi menurut aktivitas ibu bahwa mayoritas beraktivitas ringan sebanyak 31 orang (81,6%), aktivitas berat didapatkan 4 orang (10,5%) dan aktivitas ringan didapatkan 3 orang (7,9%). Distribusi menurut pengetahuan ibu tentang obesitas terdapat 14 orang (36,8%) yang mengetahui tentang obesitas dan terdapat 24 orang (63,2%) yang tidak mengetahui tentang obesitas. Menurut pengetahuan ibu tentang gula darah didapatkan semua ibu (100%) mengetahuinya. Berdasarkan distribusi menurut jenis kelamin bayi baru lahir didapatkan laki-laki berjumlah 23 bayi (60,5%) dan perempuan berjumlah 15 bayi (39,5%). Distribusi menurut berat badan bayi didapatkan 14 bayi (36,8%) dengan berat badan antara 3100 sampai 3500 gram, 13 bayi (34,2%) dengan berat badan antara 2500 sampai 3000 gram, dan 11 bayi (29%) dengan berat badan antara 3600 sampai 4000 gram. Distribusi menurut kadar gula darah bayi baru lahir bahwa mayoritas bayi dengan kadar gula darah terendah antara 15 – 20 mg/dL berjumlah 21 bayi (55,3%), kadar gula darah antara 26 – 30 mg/dL berjumlah 9 bayi (23,7%), sedangkan kadar gula darah antara 21 – 25 mg/dL dan 36 – 40 mg/dL diperoleh jumlah yang serupa yaitu 4 bayi (10,5%).Simpulan: Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh 2 simpulan yang berbeda. Berdasarkan teori, didapatkan H1 yaitu ada hubungan antara semua ibu hamil yang mengalami obesitas dengan kadar gula darah yang rendah pada bayi baru lahir. Berdasarkan uji statiska, didapatkan H0 yaitu tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar gula darah bayi baru lahir dengan ibu yang mengalami obesitas.Kata kunci: obesitas, ibu hamil, kadar gula darah, bayi baru lahir, hipoglikemia.
Gambaran pertumbuhan pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Kalalo, Natalia D.; Pateda, Vivekenanda; Salendu, Praevillia
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.4.2.2016.14679

Abstract

Abstract: Congenital heart disease (CHD) is the most common congenital anomaly and is the most common type of heart disease in children. CHD is also called a congenital heart defect, is a general term for structural abnormalities of the heart and great vessels that occurred at birth. Impaired growth is one of the complications of congenital heart disease. This study was aimed to determine the growth in children with congenital heart disease who were treated in the Division of Pediatric, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. This was a descriptive retrospective study analyzed with univariate data analysis. Samples were pediatric patients aged 1-5 years with a primary diagnosis of CHD in the Division of Pediatric, Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from 2014 to 2016. Data were plotted into the 2006 WHO growth curves (z-score). The results showed that there were 43 children with congenital heart disease, mostly males. Assessments of the growth based on W/A and H/A showed that the majority of children had normal growth. Based on the W/H and BMI/A, it was found that the majority of children had good nutritional status.Keywords: congenital heart disease, growth, child Abstrak: Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan kongenital yang paling umum dan sebagai jenis penyakit jantung tersering pada anak. PJB disebut juga defek jantung bawaan, merupakan istilah yang umum untuk kelainan struktur jantung dan pembuluh darah besar yang muncul sejak lahir. Gangguan pertumbuhan merupakan salah satu komplikasi dari penyakit jantung bawaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan pada anak dengan PJB yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian yang dilaksanakan bersifat deskriptif retrospektif dengan analisis data univariat. Sampel penelitian ini adalah pasien anak usia 1-5 tahun dengan diagnosis utama PJB yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada Periode tahun 2014-tahun 2016. Analisis data penelitian menggunakan kurva WHO 2006 (z-score). Dari hasil peneltian didapat 43 orang anak dengan PJB, terbanyak pada anak laki-laki. Gambaran pertumbuhan berdasarkan BB/U dan TB/U didapatkan mayoritas anak dengan status gizi normal. Berdasarkan BB/TB dan IMT/U, didapatkan mayoritas anak dengan status gizi baik. Kata kunci: penyakit jantung bawaan, pertumbuhan, anak
HUBUNGAN FAKTOR GENETIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA REMAJA Kalangi, Jane A.; Umboh, Adrian; Pateda, Vivekenanda
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6602

Abstract

Abstract: Essential hypertension is more commonly found in adolescent than in younger children and is strongly associated with genetic factor and obesity. Genes that play important role in hypertension mechanism are classified into genes that affect the natrium homeostasis in kidney, which include the I/D polymorphism ACE (Angiotensin Converting Enzyme) gene, and genes that affect steroid metabolism. Adolescents with hypertensive parents have higher risk of developing hypertension than those without familial history of hypertension. The aim of this research is to study the relationship between genetic factor (family history of hypertension) and blood pressure of adolescents. This was an analytic observational study with a cross sectional design. It was conducted in November- December 2014 at SMP Negeri 8 Malalayang. Samples were students with good nutritional status who are registered in that particular school and are given permission by their parents to participate in the study. There were 80 students who were involved in the study. Questionnaires were distributed to the students to know the existence of family history of hypertension especially in their parents and then the students’ blood pressure were measured. The data obtained is analyzed using Fisher’s Exact Test with SPSS program. The results showed that according to Fisher’s Exact Test, there was no significant relationship between genetic factor and blood pressure in adolescent. (p = 0.154 > 0.05). Conclusion: There was no relationship between genetic factor (hypertensive parents) and blood pressure in adolescent.Keywords: genetic factor, blood pressure, hypertension, adolescentAbstrak: Hipertensi esensial lebih sering ditemukan pada remaja dibandingkan dengan anak-anak dan dikaitkan erat dengan faktor genetik dan obesitas. Gen-gen yang berperan dalam mekanisme hipertensi dibagi menjadi gen yang mempengaruhi homeostasis natrium di ginjal, termasuk polimorfisme I/D gen ACE (Angiotensin Converting Enzyme) dan gen yang mempengaruhi metabolisme steroid. Remaja dengan orangtua hipertensif mempunyai resiko untuk mendapat hipertensi lebih tinggi dibandingkan anak dengan orangtuanya yang normotensif. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan faktor genetik (riwayat hipertensi dalam keluarga) dengan tekanan darah. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan potong lintang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November – Desember 2014 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Malalayang. Sampel penelitian yaitu siswa yang memenuhi kriteria inklusi yaitu anak dengan status gizi baik yang tercatat di register sekolah serta mendapat izin dari orangtua untuk mengikuti penelitian. Subjek penelitian berjumlah 80 siswa. Kuesioner dibagikan untuk mengetahui riwayat hipertensi dalam keluarga terutama pada orang tua lalu tekanan darah anak diukur. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan Fisher’s Exact Test dengan bantuan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji Fisher’s exact, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor genetik (riwayat hipertensi dalam keluarga) dengan tekanan darah pada remaja (nilai p = 0,154 > 0.05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara faktor genetik (orang tua yang hipertensi) dengan tekanan darah pada remajaKata kunci: faktor genetik, tekanan darah, hipertensi, remaja
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Obesitas pada Anak di Kota Manado Tahun 2015 Ali, Nurlana; pateda, Vivekenanda; Wahani, Audrey
e-CliniC Vol 6, No 2 (2018): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.6.2.2018.22123

Abstract

Abstract: Obesity is a health problem and its number of cases is increasing worldwide. The prevalence of overweight and obesity in children in the world increased from 4.2% in 1990 to 6.7% in 2010, and is expected to reach 9.1% in 2020. This study was aimed to obtain the level of mothers’ knowledge about obesity in children in Manado 2015. This was a descriptive study with a cross sectional design. Population were mothers who visited Puskesmas Bahu (primary health care). The instrument used in this research was an interview consisting of 19 questions. Samples were mothers who had their children visited Puskesmas Bahu, obtained by using simple random sampling technique. The results showed 91 mothers as respondents. The majority of respondents (40.7%) had good knowledge about obesity in children. Among respondents with good knowledge, 23.8% were highly educated; age 20-30 years and 21-40 years had the same percentage (17.6%); worked as private employment (15.39%); and got information from print media (19.79%). Conclusion: The majority of mothers whose children visited Puskesmas Bahu had good knowledge. Age, education, work, and sources of information became the benchmark for the level of knowledge about obesity in children.Keywords: knowledge, obesity Abstrak: Obesitas merupakan masalah kesehatan yang jumlahnya meningkat diseluruh dunia. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak di dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang obesitas pada anak di Kota Manado tahun 2015. Jenis penilitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ialah ibu-ibu yang berkunjung ke Puskesmas Bahu. Sampel penelitian ialah ibu-ibu yang memiliki anak yang berkunjung ke Puskesmas Bahu Kota Manado dengan responden sebanyak 91 orang. Instrumen yang digunakan ialah wawancara yang terdiri dari 19 pertannyaan. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik simple random sampling. Hasil penelitian memperlihatkan pengetahuan ibu tentang obesitas pada anak yang terbanyak ialah baik sebanyak 37 responden (40,7%). Tingkat pengetahuan baik terbanyak berdasarkan pendidikan yaitu pendidikan perguruan tinggi (23,8 %); usia 20-30 tahun dan 21-40 tahun memiliki persentase yang sama (17,6%); pekerjaan swasta (15,39%); dan sumber informasi dari media cetak (19,79%). Simpulan: Mayoritas ibu dengan anak yang berkunjung ke Puskesmas Bahu Kota Manado memiliki pengetahuan baik. Usia, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi menjadi tolok ukur tingkat pengetahuan ibu tentang obesitas pada anak.Kata kunci: pengetahuan, obesitas
PERBANDINGAN GLUKOSURI PADA REMAJA OBES DENGAN YANG TIDAK OBES Lindo, Carrolina J. B.; Rompis, Johnny; Pateda, Vivekenanda
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6826

Abstract

Abstract:Glucosuria is the condition when glucose excreted into the urine. Supposedly urine does not contain glucose, because renal filtration will absorb glucose back into the blood circulation. One of the factors that could cause glucosuri is obesity. When plasma glucose level in obese adolescents still in normal range, it would not lead to the secretion of glucose in urine. Otherwise, if the plasma glucose levels are higher than normal, kidneys cannot be longer resist the renal threshold value for glucose (180 g/day) and there will be a partial excretion of glucose in urine.This study aimed to look the glucose urine level in children, obese and non-obese, at St. Rafael junior high school students Manado. This study was held on September to December 2014. This was a descriptive study with cross-sectional design. Samples were 100 teenagers that met the inclusion criteria who had nutritional status of obese and normal weight, and were willing to become respondents. The results showed that glucose in the urine of 100 samples wich divided into 50 samples of obese and 50 samples of non-obese were negative in both groups. Conclusion: There was no correlation between obesity and glucosuria in obese teenagers since their urine glucose levels did not reach the kidney treshold.Keywords: glucosuria , obesity , normal weight.Abstrak: Glukosuria adalah ekskresi glukosa ke dalam urin. Seharusnya dalamurin tidak mengandung glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam sirkulasi darah. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan glukosuri adalah obesitas. Padaremajadengan obesitas apabilakadar gula plasma masih dalam keadaan normal maka tidak akan menyebabkan terjadinya sekresi glukosa dalam urin. Sebaliknya, bila obesitas dengan kadar glukosa plasma lebih dari normal sehingga ginjal tidak bisa lagi menahan nilai ambang batas ginjal untuk glukosa (180 g/hari) maka akan terjadi eksresi sebagian glukosa melalui urin. Penelitian ini bertujuan untuk melihat adakah glukosa dalam urin pada anak remaja obes dan tidak obes pada siswa-siswi SLTP St.Rafael Manado. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Desember 2014. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan rancangan potong lintang. Sampel penelitian sebanyak 100 orang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu remaja, memiliki status gizi obesitas dan berat badan normal, dan bersedia menjadi responden. Hasil pemeriksaan glukosa dalam urin pada 100 sampel yang terbagi dalam 50 sampel obes dan 50 sampel tidak obes adalah negatif. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan glukosuria pada remaja obes yang belum mencapai ambang batas ginjal.Kata kunci: glukosuri, obesitas, berat badan normal.
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENAGA PENOLONG PERSALINAN DI PUSKESMAS KOTA MANADO TERHADAP PROFILAKSIS VITAMIN K Suoth, Sandy; Gunawan, Stevanus; Pateda, Vivekenanda
e-CliniC Vol 3, No 2 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i2.8146

Abstract

Abstract: In Indonesia, the infant mortality rate (IMR) is 41.4 per 1.000 live births. It is projected that the rate will be 18 per 1.000 live births in 2025. One of the efforts to decrease the IMR is prevention of the occurrence of cerebral hemorrhage in newborns. This hemorrhage is caused by coagulation disorders due to a deficiency of vitamin K. Vitamin K injection is essential for newborns to prevent this hemorrhage. This was a descriptive study with a cross-sectional design that was conducted by using questionnaires. Respondents were taken from 15 community health centers in Manado. The results showed that of the 102 birth aattendants: 60.8% had good knowledge; 69.6% thought that vitamin K prophylaxis should be administered to all newborn babies; 57.8% agreed that this prophylaxis should be administered after birth; 64.7% thought that vitamin K prophylaxis could prevent cerebral hemorrhage of the newborns; 78.4% agreed that vitamin K was available at the community health centers; 56.9% knew that vitamin K prophylaxis did not cause any harmful side effects; 87.3% gave vitamin K prophylaxis to the newborns; 85.3% administered vitamin K to the newbornss immediately after birth; and 89.2% provided community health centers with vitamin K. Conclusion: In this study, most of the birth attendants had good knowledge, administered vitamin K prophylaxis to the newborns, and provided the health community centers with vitamin K.Keywords: cerebral hemorrhage, vitamin K prophylaxis, birth attendantsAbstrak: Indonesia sebagai negara sedang berkembang mempunyai angka kematian bayi (AKB) 41,4 per 1.000 kelahiran hidup yang diproyeksikan menjadi 18 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2025. Salah satu upaya menurukan AKB ialah dengan mencegah terjadinya perdarahan otak pada bayi baru lahir. Perdarahan ini diakibatkan gangguan proses koagulasi oleh kekurangan vitamin K. Pemberian injeksi vitamin K sangat penting pada bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan otak tersebut. Penelitian bersifat deskriptif dengan desain potong lintang dan menggunakan kuesioner yang dibagikan pada tenaga penolong persalinan di 15 puskesmas Kota Manado. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 102 tenaga penolong : 60,8% mempunyai tingkat pengetahuan tergolong baik; 69,6% berpendapat bahwa profilaksis vitamin K harus diberikan pada semua bayi baru lahir; 57,8% setuju profilaksis vitamin K bermanfaat untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir; 78,4% setuju ketersediaan vitamin K di Puskesmas/Pondok bersalin; 56,9% berpendapat bahwa tidak ada efek samping berbahaya untuk profilaksis vitamin K; 87,3% tenaga kesehatan memberikan profilaksis vitamin K; 85,3% tenaga kesehatan memberikan vitamin K segera setelah lahir; dan 89,2% tenaga kesehatan menyediakan vitamin K di puskesmas/pondok bersalin. Simpulan: Sebagian besar tenaga penolong persalinan pada 15 puskesmas di kota Manado mempunyai tingkat pengetahuan tergolong baik, memberikan profilaksis vitamin K, dan menyediakan vitamin K di puskesmas atau pondok bersalin.Kata kunci: perdarahan serebral, profilaksis vitamin K, tenaga penolong persalinan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG LEUKEMIA ANAK PADA PETUGAS KESEHATAN PUSKESMAS MANADO Sepang, Fransisca; Gunawan, Stefanus; Pateda, Vivekenanda
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.4629

Abstract

Abstract: Leukemia is one of leading causes of death among children. Limited knowledge of health-care providers is the cause of non-compliance treatment protocol leukemia. To comply the protocol, health-care providers must have adequate knowledge regarding diagnostic, treatment and therapeutic procedures. This research aimed to understand level of knowledge and factors related to knowledge about childhood leukemia which are age, educational level and experience of work on the health-care providers Manado Primary Health Center. This research used descriptive analytic cross sectional study using structured questionnaire. Cronbrach's Alpha value obtained 0.969. Respondents were 114 health-care providers working at Manado Primary Health Center, attained by cluster sampling method. Based on the frequency distribution majority of respondents had a good knowledge. The results of Chi Square test obtained three variables that have a significant relationship with level of knowledge which are age (x2 = 10.413, p = 0.005), educational level (x2 = 6.401, p = 0.041) and experience of work (x2 = 6.270, p = 0.044 ). Majority of health-care providers Manado Primary Health Center had a good knowledge of childhood leukemia and knowledge related to age, level of education and experience of work. Keywords: Leukemia, Knowledge, Health-care providers.     Abstrak: Leukemia merupakan kanker paling banyak dan penyebab utama kematian pada anak. Terbatasnya pengetahuan tenaga kesehatan merupakan penyebab dari ketidakpatuhan terhadap protokol pengobatan leukemia. Untuk memenuhi protokol tersebut, tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai diagnostik, penatalaksanaan dan prosedur pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan  dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang leukemia yaitu umur, tingkat pendidikan dan lama bekerja.anak pada petugas kesehatan Puskesmas Manado. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian studi potong lintang menggunakan kuesioner terstruktur. Nilai Alpha Cronbrach yang diperoleh 0,969. Responden dalam penelitian ini 114 petugas kesehatan yang didapatkan dengan metode Cluster Sampling. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mayoritas responden memiliki pengetahuan baik. Hasil uji Chi Square didapat 3 variabel yang berhubungan signifikan dengan tingkat pengetahuan yaitu umur (x2 = 10,413; p = 0,005), tingkat pendidikan (x2 = 6,401; p = 0,041) dan lama bekerja (x2 = 6,270; p = 0,044). Mayoritas petugas kesehatan Puskesmas Manado memiliki pengetahuan baik tentang leukemia pada anak dan pengetahuan tersebut berhubungan dengan umur, tingkat pendidikan dan lama bekerja. Kata kunci: Leukemia, Pengetahuan, Petugas Kesehatan.