Rocky Wilar
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi / RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou, Manado

Published : 37 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

PENINGKATAN PERAN SISWA TERHADAP PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK Manampiring, Aaltje E.; Wilar, Rocky
JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : JURNAL LPPM BIDANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Saat ini obesitas sudah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Penyebab obesitas sebagai komponen sindrom metabolik, sangatlah kompleks dan multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Obesitas umumnya disebabkan karena masukan energi melebihi penggunaan energi oleh tubuh untuk kepentingan metabolisme basal, aktivitas fisik, pembuangan sisa makanan dan untuk pertumbuhan. Prevalensi obesitas semakin meningkat pada orang dewasa, remaja dan anak-anak baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 26,6%. Sulawesi Utara menempati urutan pertama untuk prevalensi obesitas pada usia dewasa yaitu 37,1% (Riskesdas, 2013). Hasil penelitian di Minahasa Tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi obesitas pada remaja sebesar 21,3% (Manampiring, 2014). Di Minahasa obesitas pada usia remaja memiliki prevalensi yang cukup tinggi untuk itu perlu dilakukan skrining untuk melihat faktor-faktor risiko sindrom metabolik lainnya pada siswa SMA dan sederajat. Program ini merupakan pemberdayaan siswa SMA dan SMK untuk dapat mengatasi dan mencegah masalah kesehatan khususnya sindrom metabolik pada usia remaja dengan cara melakukan skrining, penyuluhan, pembentukan kelompok skrining sindrom metabolik dan pelatihan.Target luaran yang ingin dicapai pada kegiatan ini adalah : tersedianya data prevalensi sindrom metabolik pada siswa SMA dan SMK, para siswa dapat mengetahui gejala dan tanda penyakit sindrom metabolik melalui pengukuran antropometri maupun hasil pemeriksaan laboratorium, para siswa dapat mengetahui cara pencegahan terhadap sindroma metabolik, para siswa dapat memberikan penjelasan kepada teman dan masyarakat sekitar tentang pencegahan sindrom metabolik, terlaksananya pelatihan cara mendiagnosa dini sindrom metabolik pada siswa SMA dan SMK,artikel untuk publikasi jurnal Nasional.
HUBUNGAN MATRIXMETALLOPROTEINASES-9 DAN THROMBOSPONDIN-1 DENGAN TEKANAN DARAH PADA ANAKDENGAN RIWAYAT BERAT LAHIR RENDAH Umboh, Adrian; Wilar, Rocky; Bernadus, Janno B. B.
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 3, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractDisorders of endothelial function that occur in low-weight infants can result in increased levels of Metallo proteinases-9 (MMP-9) and Thrombospondin-1 (TSP-1) and are associated with increased blood pressure. MMP-9 is a family of endopeptidaseszinc-dependent that is responsible for tissue remodeling, both physiological and pathophysiological. The purpose of this study was to see the relationship between MMP-9 and TSP-1 with birth weight and blood pressure in children with a history of low birth weight. This study was a correlational observational analytic with cross sectional approach, namely by looking at the relationship between MMP-9 and TSP-1 levels with birth weight and blood pressure. This research was conducted from April to October 2018 at RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, North Sulawesi in children aged 7-9 years with a history of low birth weight. Blood pressure is measured by sfigmano meter. Inclusion criteria are children in good health with good nutritional status, having birth weight records in medical records, and parents willing to sign informed consent. Exclusion criteria were children in sick condition, taking drugs in 2 weeks before the study, obesity and suffering from kidney disease. MMP-9 levels measured by the enzyme-linked Quantikine Human MMP-9 method and TSP-1 levels were measured by the R & D System human thrombospondin-1 immunosorbent assay method.Keywords: Metallo proteinases-9 Matrix, Thrombospondin-1, low birth weight, blood pressure AbstrakGangguan fungsi endotel yang terjadi pada bayi berat lahi rrendah dapat mengakibatkan  terjadinya  meningkatnya  kadar  Matrix  Metallo  proteinases-9 (MMP-9) dan Thrombospondin-1(TSP-1) serta berhubungan dengan   peningkatan tekanan  darah.  MMP-9  adalah keluarga dari endopeptidaseszinc-dependent  yang bertanggungjawab untuk remodeling jaringan, baik fisiologis maupun patofisiologis. Tujuan penelitian ini untuk Melihat hubungan MMP-9 danTSP-1 dengan berat badan lahir dan tekanan darah pada anak dengan riwayat berat lahir rendah. Penelitian ini bersifat observasional analitik korelatif dengan pendekatan potong lintang yaitu dengan melihat hubungan kadar MMP-9 dan TSP- 1 dengasn berat lahir dan tekanan darah. Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai  Oktober  2018  pada RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado, Sulawesi Utara pada anak usia7-9 tahun dengan riwayat  berat  lahir rendah. Tekanan darah diukur dengan sfigmano meter. Kriteria inklusi adalah anak dalam keadaan sehat dengan status gizi baik, memiliki catatan berat lahir dalam rekam medis, dan orang tua bersedia untuk menanda tangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah anak dalam kondisi sakit, mengkonsumsi obat- obatan dalam 2 minggu sebelum penelitian, obesitas dan menderita penyakit ginjal. Kadar MMP-9 diukur dengan metode Human MMP-9 enzyme-linked Quantikine dan kadar TSP-1   diukur   dengan   metode   R&D   System   human   thrombospondin- 1immunosorbent assay kit.Katakunci: Matrix Metallo proteinases-9,Thrombospondin-1, berat lahir rendah,tekanan darah
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK P, Moonik; H, Hesti Lestari; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.6752

Abstract

Abstract: Development is when ability and skill increased in the structure of more complex body functions in a regular pattern and can be predicted, as a result of maturation process. This study aimed to determine the factors that influence development delay in kindergartens. Methods: This was a descriptive analytic study with cross-sectional design. The samples were 94 children who met the inclusion criterias in Kindergarten built in East Passi sub-district at Bolaang Mongondow district, October-November 2014. The development assessed using KPSP, with mark ≤ 6 counted as delayed development progress. The data was analyzed using bivariate analysis with chi square statistic test. Results: Prenatal infections, nutritional status, breastfeed, health care, parents’ income, parental education and number of siblings do not have significant relation to child development delay where the value (p = 0.05). Child with low birth weight had 2.4 folds of the risk for development delay (IC 95%: 0.9 to 0.7; p = 0.042). Residential density had 3.8 folds of the risk for development delay (IC 95%: 0.8 to 17.6; p = 0.038). Conclusion: Low birth weight and residential density are related to the delay in child development.Keywords: development, low birth weight, residential density.Abstrak: Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan keterampilan dalam struktur fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keterlambatan perkembangan pada anak taman kanak-kanak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian potong lintang. Sampel penelitian adalah 94 anak yang memenuhi kriteria inklusi di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Passi Timur Kabupaten Bolaang Mongondow bulan oktober–november 2014. Perkembangan di nilai dengan menggunakan KPSP, dengan nilai ≤ 6 dikatakan keterlambatan. Analisis data dilakukan dengan analisis bivariate dengan uji statistic chi square test.Hasil penelitian memperlihatkan infeksi ibu pada masa prenatal, status gizi, pemberian ASI, perawatan kesehatan, pendapatan orangtua, pendidikan orangtua dan jumlah saudara tidak memiliki hubungan bermakna terhadap keterlambatan perkembangan anak dimana nilai (p=0,05). Berat lahir rendah berisiko 2,4 kali lipat untuk mengalami keterlambatan perkembangan (KI 95%: 0,9-0,7; p=0,042). Kepadatan hunian berisiko 3,8 kali lipat untuk mengalami keterlambatan perkembangan (KI 95% :0,8-17,6; p=0,038). Simpualn: Berat lahir rendah dan kepadatan hunian berhubungan dengan keterlambatan perkembangan anak.Kata kunci: Perkembangan, berat lahir rendah, kepadatan hunian.
PROFIL PNEUMONIA NEONATUS YANG DIRAWAT DI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO Jufri, Juhtisari; Wahani, Audrey; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 1, No 2 (2013): Jurnal e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v1i2.3279

Abstract

Abstrack: Background : Pneumonia is an important cause of neonatal infection. Neonatal mortality rate in pneumonia ranged from 750,000 to 1.2 million deaths and the number of deaths is unknown at birth each year. Methods : This study uses a retrospective descriptive. Results : 95.31% occurred in the age group 0-7 days. 85.94% with normal leukocyte levels. 54.69% trombist normal levels. 40.62% increase hemoglobin levels. On examination CRP increased 67.86%. 54.69% IT ratio <0.2. 96.87% with clinical symptoms of tachypnea. 45.83% using the first linea (amoxycillin + gentamicin). 53.12% of patients were healed with the state. Conclusions : Neonatal pneumonia is most prevalent in early onset (0-7 days). Normal leukocytes are most found. While the platelets also found in most normal limits. The hemoglobin most commonly found an increase. Examination results are most CRP increased. Furthermore, the examination and the ratio of immature neutrophils total (IT ratio) is most commonly found <0.2. Tachypnea is the most clinical symptoms found. Patients with pneumonia were cured many neonates using the first linea treatment combinations (amoxycillin + gentasmisin). Mortality rates were obtained from neonates suffering from pneumonia at 4.69%. Key words : Pneumonia, neonates.  Abstrak: Latar Belakang : Pneumonia merupakan penyebab penting infeksi neonatal. Angka kematian neonatal pada penyakit pneumonia berkisar antara 750.000 sampai 1,2 juta kematian dan jumlah kematian saat dilahirkan tidak diketahui setiap tahunnya. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif. Hasil : 95,31 % terjadi pada kelompok umur 0 – 7 hari. 85,94 % dengan kadar leukosit normal. 54,69 % kadar trombist normal. 40,62 % kadar hemoglobin meningkat. Pada pemeriksaan CRP 67,86 % meningkat. 54,69 % IT Rasionya <0,2. 96,87 % dengan gejala klinis takipnea. 45,83 % menggunakan linea pertama (amoxycillin+gentamisin).  53,12 % dengan keadaan penderita yang sembuh. Kesimpulan : Pneumonia neonatus paling banyak ditemukan pada onset awal (0-7 hari). Leukosit ditemukan paling banyak normal. Sementara trombosit juga ditemukan paling banyak dalam batas normal. Hemoglobin paling banyak ditemukan adanya peningkatan. Pemeriksaan CRP hasilnya paling banyak mengalami peningkatan. Selanjutnya pada pemeriksaan Rasio imatur dan neutrofil total (Rasio IT) yang paling banyak ditemukan <0,2. Takipnea merupakan gejala klinis yang paling banyak ditemukan. Penderita pneumonia neonatus banyak yang sembuh dengan menggunakan pengobatan linea pertama kombinasi (amoxycillin+gentasmisin). Angka kematian yang didapatkan dari neonatus yang menderita pneumonia sebesar 4,69%. Kata Kunci : Pneumonia, neonatus.  
Hubungan status gizi dengan tekanan darah pada siswa SD Katolik RK IV Santo Yohanes Manado Mantik, Keren E.K.; Umboh, Adrian; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14458

Abstract

Abstract: Nutritional status problems such as undernutrition and overnutrition are still widespread in Indonesia. Nutritional status, notably overnutrition, may result in increased blood pressure through the mechanisms of increased leptin, insulin resistance, increased free fatty acids, and activation of the renin-angiotensin-aldosterone system. This study was aimed to determine the relationship between nutritional status and blood pressure (systolic and diastolic) in Santo Yohanes IV Catholic Elementary School students. This was an observational analytical study with a cross-sectional design. Sampling was conducted among students at Santo Yohanes IV Catholic Elementary School from August 2016 until November 2016 using consecutive sampling method. Total samples were 152 students.. The chi-square test showed that there was a relationship between nutritional status and systolic as well as diastolic blood pressure (p=0.003). The Spearman correlation test concerning nutritional status with systolic and diastolic blood pressure showed the r values of 0.321 and 0.319, respectively. Conclusion: There was a significant relationship between nutritional status and blood pressure (systolic and diastolic) in school-aged children, however, overweight and obese children had higher risks of elevated blood pressure (systolic and diastolic).Keywords: nutrirional status, blood pressure, school-aged children Abstrak: Masalah status gizi seperti gizi kurang dan gizi lebih masih tersebar luas di Indonesia. Status gizi terutama gizi lebih dapat berdampak pada meningkatnya tekanan darah melalui mekanisme peningkatan kadar leptin, resistensi insulin, peningkatan kadar asam lemak bebas, dan aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada siswa SD Katolik RK IV Santo Yohanes Manado. Jenis penelitian ialah survei analitik observasional dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan di SD Katolik RK IV Santo Yohanes Manado dari bulan Agustus 2016 sampai November 2016 dengan metode consecutive sampling berjumlah 152 siswa. Hasil uji chi-square terhadap status gizi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik menunjukkan terdapat hubungan antara status gizi dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik (p=0,003). Dari uji korelasi Spearman terhadap status gizi dengan tekanan darah sistolik dan diastolik diperoleh nilai r masing-masing yaitu 0,321 dan 0,319. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara status gizi dengan tekanan darah (sistolik dan diastolik) pada anak usia sekolah. Anak dengan overweight dan obese mempunyai risiko lebih tinggi terhadap peningkatan tekanan darah (sistolik dan diastolik). Kata kunci: status gizi, tekanan darah, anak usia sekolah
Analisis Penggunaan Antibiotik pada Pasien Sepsis Neonatorum di Neonatal Intensive Care Unit RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Kereh, Tesalonika; Wilar, Rocky; Tatura, Suryadi N. N.
e-CliniC Vol 8, No 1 (2020): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v8i1.27007

Abstract

Abstract: Neonatal sepsis is defined as a clinical syndrome with systemic manifestations and bacteremia that occurs in the first month of life. Admnistration of antibiotics had to follow the pattern of the most common causal germs in a hospital. This study was aimed to determine the antibiotics of neonatal sepsis patients at the Neonatal Intensive Care Unit (NICU) of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado, in this case types of antibiotics, duration of the used antibiotics, as well as the use of the first, second, and third-line antibiotics. This was a descriptive analytical study with a cross sectional design. Samples were neonatal sepsis patients who were treated with first, second, and third line antibiotic therapy at the NICU from September to November 2019. The results obtained a total of 40 patients, consisting of 22 males (55%) and 18 females (45%). The condition of the patients when coming out of the ward were 12 recovered (30%) and 28 died (70%). Combination antibiotics were the most common used as many as 37 cases (58%). The length of time using antibiotics based on lines, obtained that the first-line antibiotics were given at a duration of ≤5 days, while the second and third line antibiotics were more often given at a duration of >5 days. In conclusion, most neonatal sepsis patients were given antibiotics in combination. There were differences among the durations of the first, second and third line antibiotics used in patients with neonatal sepsis.Keywords: neonatal sepsis, antibiotics Abstrak: Sepsis neonatorum didefinisikan sebagai sindrom klinis dengan manifestasi sistemik dan bakterimia yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan. Pemberian antibiotik harus memperhatikan pola kuman penyebab tersering yang ada di suatu rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan antibiotik pada pasien sepsis neonatorum di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dalam hal ini jenis-jenis antibiotik yang digunakan, durasi penggunaan antibiotik yang diberikan, serta penggunaan antibiotik lini pertama, kedua, dan ketiga. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Sampel penelitian ialah pasien sepsis neonatorum yang menggunakan terapi antibiotik lini pertama, kedua, dan ketiga yang dirawat di ruangan NICU periode September - November 2019. Hasil penelitian memperoleh total 40 pasien, terdiri dari 22 bayi laki-laki (55%) dan 18 bayi perempuan (45%). Keadaan pasien saat keluar dari ruang rawat 12 sembuh (30%) dan 28 meninggal (70%). Penggunaan antibiotik kombinasi paling banyak digunakan yaitu sebanyak 37 kasus (58%). Lama waktu penggunaan antibiotik berdasarkan lini, didapatkan antibiotik lini pertama paling banyak diberikan pada durasi ≤5 hari, sedangkan lini kedua dan ketiga lebih sering diberikan pada durasi >5 hari. Simpulan penelitian ini ialah sebagian besar pasien sepsis neonatorum diberikan antibiotik secara kombinasi. Terdapat perbedaan pada lama waktu penggunaan antibiotik pasien sepsis neonatorum baik lini pertama, kedua dan ketiga.Kata kunci: sepsis neonatorum, antibiotik
Gambaran Hiperbilirubinemia pada Bayi Aterm dan Prematur di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado Rompis, Yulke R. Y.; Manoppo, Jeanette I. Ch.; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 7, No 2 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.7.2.2019.25558

Abstract

Abstract: Hyperbilirubinemia is an increase of blood bilirubin level due to physiological or non-physiologic factors, which is clinically characterized by jaundice. In neonates, their livers have not worked optimally, therefore, the process of glucuronidation of bilirubin does not occur optimally. This situation causes the predominance of unconjugated bilirubin in the blood. This study was aimed to obtain the profile of neonatal hyperbilirubinemia cases in the Pediatrics Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. We used medical record data of neonatal hiperbilirubinemia in aterm and premature neonates at the Pediatrics Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital during 2014-2015. The results showed that there were 54 cases, consisted of 32 males (59.3%) and 22 females (40.7%). Among aterm neonates, mean direct bilirubin was 3.97 mg/dL; mean indirect bilirubin was 11.76 mg/dL; and mean total bilirubin was 15.69 mg/dL. Meanwhile, among premature neonates, mean direct bilirubin was 0.87 mg/dL; mean indirect bilirubin was 12.48 mg/dL; and mean total bilirubin was 13.35 mg/dL. In conclusion, at the Pediatrics Department of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado neonatal hyperbilirubinemia was more common in aterm neonates compared to premature neonates. Moreover, it is more common in males than in females.Keywords: hyperbilirubinemia, bilirubin, aterm meonates, premature neonates Abstrak: Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam darah, baik oleh faktor fisiologi maupun non-fisiologi, yang secara klinis ditandai dengan ikterus. Pada neonatus, hati belum berfungsi secara optimal sehingga proses glukuronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal yang menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi dalam darah. Penelitian in bertujuan untuk mendapatkan gambaran hiperbilirubinemia pada bayi aterm dan prematur di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data penelitian diperoleh dari rekam medik kejadian hiperbilirubinemia pada bayi aterm dan prematur di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode 2014-2015. Hasil penelitian mendapatkan 54 kasus dengan diagnosis hiperbilirubinemia yang memenuhi kriteria inklusi penelitian, terdiri dari 32 pasien berjenis kelamin laki-laki (59,3%) dan 22 berjenis kelamin perempuan (40,7%). Pada bayi aterm, rerata bilirubin direk sebesar 3,97 mg/dL; rerata bilirubin indirek 11,76 mg/dL; dan rerata bilirubin total 15,69 mg/dL. Pada bayi prematur, rerata bilirubin direk sebesar 0,87 mg/dL; rerata bilirubin indirek 12,48 mg/dL; dan rerata bilirubin total 13,35 mg/dL. Simpulan penelitian ini ialah kasus hiperbilirubinemia di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado lebih sering pada bayi aterm dibandingkan bayi prematur, dan lebih sering pada jenis kelamin laki-laki.Kata kunci: hiperbilirubinemia, bilirubin, bayi aterm, bayi prematur
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah pada neonatus yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode Januari 2015-Juli 2016 Susilowati, Enny; Wilar, Rocky; Salendu, Praevilia
e-CliniC Vol 4, No 2 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i2.14468

Abstract

Abstract: Infants with low birth weight is a complex issue and has contribution in the high rate of morbidity and mortality, disability, various disorders or inhibition of growth and cognitive development as well as other chronic diseases. This study was aimed to obtain the risk factors associated with low birth weight of neonates at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital in Manado from January 2015 to July 2016. This was a descriptive retrospective study with a field survey method. Samples were patients diagnosed as low birth weight neonatus treated at Department of Pediatrics of Prof Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from January 2015 to July 2016. The results showed that based on maternal risk factors (age, parity, maternal infection, premature, multiple pregnancy and history of low birth weight neonates), fetal and placental (congenital abnormalities) factors, and environmental factors (smoker and drunk), the most frequent risk factor was prematurity. Conclusion: In this study, the most frequent risk factor of low birth weight infant was prematurity Keywords: low birth weight, rick factors, neonate Abstrak: Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang sangat kompleks dan memberikan kontribusi dalam hal tingginya angka morbiditas dan mortalitas, kecacatan, gangguan atau terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan kognitif, serta penyakit kronis dikemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang behubungan dengan kejadian BBLR pada neonatus yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2015-Juli 2016. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan metode survei lapangan. Sampel penelitian ialah pasien neonatus dengan BBLR yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Januari 2015- Juli 2016. Hasil penelitian memperlihatkan berdasarkan faktor risiko ibu (usia, paritas, infeksi, kelahiran prematuritas, kehamilan ganda, dan riwayat BBLR sebelumnya), janin dan plasenta (kelainan bawaan), dan lingkungan (rokok dan akohol) didapatkan faktor risiko tersering ialah prematuritas. Simpulan: Dalam studi ini, faktor risiko tersering yang berhubungan dengan kejadian BBLR ialah prematuritas.Kata kunci: BBLR, faktor risiko, neonatus
Hubungan kebiasaan mandi di sungai dengan kejadian leukosituria pada anak di Kelurahan Karame Pai, Reifanli M.; Umboh, Adrian .; Wilar, Rocky .
e-CliniC Vol 4, No 1 (2016): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v4i1.11688

Abstract

Abstract: Leukocyturia is the precense of leukocytes in urine. If the presence of leukocytes is in large quantities in the urine then it is called pyuria. Leukocyturia is one of the symptoms of Urinary Tract Infection (UTI) which is one of the most frequent health problems in children. Leukocyturia is caused by an inflammatory process in the urinary tract, and is an indicator of suspected UTI. Gram-negative bacteria, particularly Escherichia coli, is the leading cause of UTI (85-90%). The initial survey conducted at Karame village Singkil Manado assumed that the watershed in the area was contaminated by E. coli. This study aimed to determine the relationhip between bathing in the river with the incidence of leukocyturia in children. This was an observational analytical study with a cross sectional approach. Samples were obtained by using consecutive sampling method. The study was conducted at Karame village during November and December 2015. The results showed that there were 60 children aged 5-12 years as samples divided equally into groups of children with and without bathing habit in the river and had undergone urinalysis examination. There were 50 boys and 10 girls. Positive leukocyturia were found in 2 children (6.7%) bathed in the river and 2 children (6.7%) who did not bathe in the river. The Fisher exact test showed a P value = 0.694 (>0.05). Conclusion: There was no relationship between bathing in the river with the incidence of leukocyturia in children Keywords: bathing in the river, leukocyturia, urinalysis Abstrak: Leukosituria adalah terdapatnya leukosit di dalam urin. Bila terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak dalam urin disebut pyuria. Leukosituria merupakan salah satu gejala Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi pada anak. Leukosituria terjadi karena proses inflamasi di saluran kemih dan merupakan indikator kecurigaan infeksi saluran kemih (ISK). Bakteri gram negatif, khususnya Eschericia Coli, merupakan penyebab utama ISK (85-90%). Survei awal yang dilakukan di Kelurahan Karame Kecamatan Singkil Kota Manado menduga bahwa daerah aliran sungai di daerah tersebut tercemar E. coli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan mandi di sungai dengan kejadian leukosituria pada anak. Jenis penelitian ini analitik observasional dengan desain potong lintang. Sampel diperoleh dnegan metode consecutive sampling. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Karame selama bulan November - Desember 2015. Hasil penelitian memperlihatkan sampel 60 anak yang berusia 5-12 tahun terbagi sama banyak atas yang memiliki kebiasaan mandi di sungai dan yang tidak, dan dilakukan pemeriksaan urinalisis. Sampel terdiri dari 50 anak laki – laki dan 10 anak perempuan. Hasil pemeriksaan positif leukosituria ditemukan pada 2 anak (6,7%) yang mandi di sungai dan 2 anak (6,7%) yang tidak mandi di sungai. Hasil uji Fisher exact menunjukkan nilai P = 0,694 (>0,05). Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara mandi di sungai dengan kejadian leukosituria pada anak. Kata kunci: kebiasaan mandi di sungai, leukosituria, urinalisis
GAMBARAN GEJALA DAN TANDA KLINIS DIARE AKUT PADA ANAK KARENA BLASTOCYSTIS HOMINIS Aman, Mona C. U.; Manoppo, Jeanette I. Ch.; Wilar, Rocky
e-CliniC Vol 3, No 1 (2015): Jurnal e-CliniC (eCl)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v3i1.7483

Abstract

Abstract: This study aimed to obtain the description of symptoms and clinical signs of acute diarrhea in children because of Blastocystis hominis. This was a descriptive study with a cross-sectional retrospective design. Data were obtained from medical records of pediatric patients diagnosed as acute diarrhea due to Blastocystis hominis infection from January 2010 - September 2014 in Gastroenterology Children ward Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado. Data were clinical symptoms, vital signs, and nutritional status. There were 31 samples, 24 (77.4 %) males and 7 (22.6 %) females. Most children who suffered were in the age group 1-3 years as many as 18 (58.1 %) children. The most frequent clinical symptoms were diarrhea 29 (93.5 %) patients, fever 27 (87.1 %) patients, and vomiting 21 (67.7 %) patients. Conclusion: Children of acute diarrhea due to Blastocystishominis infection were most frequent in the age group 1-3 years, males, with clinical symptoms acute diarrhea, fever, and vomiting.Keywords: acute diarrhea, blastocystishominis, childrenAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran gejala dan tanda klinis diare akut pada anak karena Blastocystis hominis. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif dengan pendekatan potong lintang. Data diperoleh dari rekam medik pasien anak dengan diagnosis diare akut karena infeksi Blastocystis hominis periode Januari 2010-September 2014 di Bangsal Gastroenterologi Anak Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Data berisi gejala klinis dan tanda vital serta status gizi. Sampel penelitian berjumlah 31 anak, 24 (77,4%) anak laki-laki dan 7 (22,6%) anak perempuan. Umur yang paling banyak menderita diare akut karena Blastocystis hominis yaitu 1 – 3 tahun sebanyak 18 (58,1%) anak. Gejala klinis yang paling sering muncul yaitu buang air besar cair sebanyak 29 (93,5%) pasien, demam sebanyak 27 (87,1%) pasien,dan muntah sebanyak 21 (67,7%) pasien. Tanda vital menunjukkan nilai normal. Simpulan: Anak diare akut karena infeksi Blastocystis hominis terbanyak pada kelompok umur 1 – 3 tahun. Anak diare akut karena infeksi Blastocystis hominis terbanyak pada jenis kelamin laki-laki. Gejala klinis yang ditemukan pada pasien diare akut karena infeksi Blastocystis hominis ialah buang air besar cair, demam dan muntah dengan tanda vital normal.Kata kunci: anak, blastocystishominis,diare, akut