Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Cultural Capital dan Kharisma Kiai dalam Wacana Partai Politik Siti Muazaroh; Subaidi Subaidi
SANGKéP: Jurnal Kajian Sosial Keagamaan Vol. 2 No. 2 (2019): Radikalisme, Kritik Teori Sosiologi dan Wacana Politik di Indonesia
Publisher : Asosiasi Sosiologi Agama Indonesia (ASAGI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.835 KB) | DOI: 10.20414/sangkep.v2i2.946

Abstract

Kiyai has quite significant influence among the community despite aligning double roles as caregivers of boarding schools as well as politicians. This article examines the Maimun Zubair nanny Pondok pesantren A-Anwar Sarang and also chairman of the Sharia Assembly Party Development Association (PPP) using the analysis of the mutualist symbiotic theory of Al-Ghozali by mirroring the cultural capital theory of Bourdieu. The results of this research can be suggested that the first figure Maimun Zubair Kiyai can position his role on the structure and as an agent. Second, Maimun has a charisma in the community despite the politics of the world. With the charism still preserved and the determination of the relation in religious affairs and state should beplaced in its position and in good cooperation and balanced, so as to minimize the conflict in political parties.
INTEGRASI INTERKONEKSI NILAI ETIS BUDAYA KEAGAMAAN DAN PEKERJAAN SOSIAL DALAM PENANGANGAN ANAK YATIM (Studi Tradisi Pekande Ana-ana Maelu) Hasyim Abdillah; Subaidi Subaidi; Muhammad Rusli
Jurnal Neo Societal Vol 7, No 3 (2022): Edisi Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (599.461 KB) | DOI: 10.52423/jns.v7i3.25531

Abstract

Artikel ini memberikan Gambaran kepada pembaca khususnya para Pekerja Sosial dalam memberikan pertolongan di kasus anak yatim dalam penangangannya dibutuhkan nilai-nilai yag terintegrasi dengan kehidupan anak tersebut seperti budaya ataupun agama  untuk itu artikel ini dapat menjadi salah satu bahan rujukan dalam nilai etika pekerjaan sosial untuk dilihat kedalam nilai-nilai etis budaya keagamaan salah satunya tradisi pekande ana-ana maelu yang memiliki arti memberi makan anak yatim. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah menggunakan Pendekatan Penelitian Kualitatif dengan metodenya analisis deskriptif fokus kajian dalam artikel ini adalah Nilai dan Etika tradisi Pekande Ana-ana Mealu yang coba dihubungankan dengan praktek pekerjaan sosial. Hasil dari artikel ini ialah terdapat hubungaan dalam sebuah budaya keagamaan masyarakat khususnya masyarakat Buton dalam praktek Nilai dan Etika Pekerjaaan Sosial diantaranya dalam tradisi pekande ana-ana maelu ini didalamnya ada 4 nilai utama yang anut diantaranya Pomaemaeka, yang sangat erat dengan unsur nilai Penerimaannya, Poangka-angkataka dengan Unsur nilai kesadaran diri petugas atau pekerja sosial, Popia-Piara dengan unsur nilainya Individualisasinya dan Pomasi masiaka dengan unsur nilainya partisipasi atau keaktifan yang sangat dibutuhkan dalam proses pertolongan pekerjaan sosial.
Kekerasan Seksual dalam Perspektif Dominasi Kuasa Ryan Aldi Nugraha; Subaidi Subaidi
IJouGS: Indonesian Journal of Gender Studies Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/ijougs.v3i1.3694

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kasus kekerasan seksual yang terjadi berdasarkan perspektif dominasi kuasa, di mana kekerasan seksual terjadi dalam lingkup pendidikan formal dan informal yang cenderung struktural; antara orang yang menguasai (powerful) dan orang yang dikuasai (powerless). Kemudian menganalisis kondisi-kondisi kebergantungan dilihat dari motif kronologis kasus. Penelitian ini menggunakan Metode kajian literatur. Data diperoleh dari Catatan Tahunan Komnas Perempuan, SIMFONI-PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), dan portal berita nasional teraktual. Berdasarkan data yang dihimpun oleh SIMFONI-PPA pada tahun 2021, diketahui bahwa kasus kekerasan dan pelecehan sebanyak 59,2% terjadi di dalam rumah tangga, 26,9% terjadi di lingkungan pendidikan formal - informal, dan 13,6% terjadi di tempat kerja dan fasilitas umum. Dari 21.000 lebih jumlah korban kekerasan dan pelecehan seksual, ada 19,9% korbannya adalah laki-laki, dengan 60% korbannya adalah pelajar laki-laki. Hal ini mengindikasikan bahwa kasus kekerasan dan pelecehan seksual tidak terobjektifikasi pada gender tertentu. Di lingkungan pendidikan formal maupun informal, motif yang dipakai pelaku seringkali memanfaatkan kuasa dan kondisi kebergantungan untuk melakukan tindakan pelecehan.
Democracy Development in Tunisia During President of Kais Saied Mohamad Fuat Najib; Subaidi Subaidi
JED (Jurnal Etika Demokrasi) Vol 8, No 3 (2023): JED (Jurnal Etika Demokrasi)
Publisher : Universitas of Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jed.v8i3.11038

Abstract

After general election, fair and competitive elections in 2019 with the election of Kais Saied as president, Tunisia's democracy has been a success. However, political turmoil arose after President Saied's political actions by issuing emergency decrees; dissolving parliament, removing the prime minister and controlling executive institutions were considered to hinder democratic development in Tunisia. This research looks at the elements of democratization development using Robert Dahl's theory of democracy on the one hand and on the other hand will look at President Saied's autocratic actions using Levitsky and Ziblatt's theory of otritarianism. The method used in this research is a microscopic research method, which looks at parts of President Saied's political actions in the democratization process in Tunisia. The results of this study indicate that the democratization process in Tunisia is considered to have been successful as seen from the implementation of elections, public participation and freedom of the press. However, the development of democracy has stagnated due to actions that occurred after President Saied issued decrees such as rejection of the democratic system, control of the media and repressive actions showing the decline of democratic values in Tunisia towards authoritarianism. This shows the decline of democratization principles in Tunisia after the achievements obtained after the Arab Spring.