Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Persepsi dan Harapan Masyarakat Terhadap REDD di Hutan Desa Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan Achmad Rizal H. Bisjoe; Nurhaedah Muin
Buletin Eboni Vol 12, No 1 (2015): Info Teknis Eboni
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.286 KB) | DOI: 10.20886/buleboni.5051

Abstract

Reducing Emission from Deforestation and Degradation (REDD) merupakan  program untuk mengatasi pengaruh perubahan iklim. Hal tersebut terjadi karena  meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfir yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Upaya mengatasi perubahan iklim seringkali berbenturan dengan berbagai kepentingan terkait pengelolaan hutan, terutama masyarakat yang kehidupannya terkait langsung dengan hutan. Untuk itu, perlu diketahui bagaimana persepsi dan harapan masyarakat terhadap hutan, terutama yang bermukim di sekitar hutan, termasuk hutan desa. Kajian dimaksud dilakukan di Kabupaten Bantaeng dengan pertimbangan adanya program hutan desa. Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat di lokasi kajian memiliki persepsi yang positif terhadap hutan. Namun, pengetahuan masyarakat tentang REDD masih kurang disebabkan belum disosialisasikan. Masyarakat memiliki harapan agar keberadaan hutan tetap lestari yang sejalan dengan program  REDD.
“Tanaman Murbei“ Sumber Daya Hutan Multi-Manfaat Wahyudi Isnan; Nurhaedah Muin
Buletin Eboni Vol 12, No 2 (2015): Info Teknis Eboni
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.53 KB) | DOI: 10.20886/buleboni.5062

Abstract

Tanaman murbei (Morus spp.) merupakan salah satu jenis tanaman berkayu yang secara alami awalnya tumbuh dalam hutan. Tanaman murbei yang tidak dipangkas, akan tumbuh membesar seperti tanaman berkayu umumnya. Pemanfaatan tanaman murbei yang umum dikenal masyarakat masih terbatas pada penggunaan sebagai pakan ulat sutera. Komposisi kandungan dan struktur tanaman murbei baik pada akar, batang/ranting, daun dan buah memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak, panganan, obat-obatan, minuman kesehatan dan sebagai tanaman konservasi. Namun, hal ini belum banyak diketahui oleh masyarakat. Hal tersebut menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan petani murbei baik secara langsung maupun tidak langsung.
Opini Masyarakat terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara Hasnawir Hasnawir; Nurhaedah Muin
Buletin Eboni Vol 9, No 1 (2012): Info Teknis Eboni
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.644 KB) | DOI: 10.20886/buleboni.4991

Abstract

Pertambahan jumlah penduduk dunia yang sangat pesat terutama yang terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia  membawa konsekuensi makin bertambahnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan sandang, pangan, dan perumahan (kayu) serta keanekaragaman fungsi hutan terus meningkat. Penelitian mengenai opini masyarakat tentang fungsi hutan dilaksanakan di hulu DAS Kelara Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Desa Paladingan, hulu DAS Kelara menunjukkan bahwa opini masyarakat terhadap harapan fungsi utama dari hutan adalah 40% responden menyatakan hutan diharapkan dapat berfungsi untuk pelindung tata air, sebanyak 32,5% responden menyatakan hutan diharapkan dapat berfungsi untuk mencegah bencana alam,  22,5% responden menyatakan hutan diharapkan berfungsi untuk produksi dan peningkatan kesejahteraan dan sebanyak 5,0%  responden menyatakan hutan diharapkan memiliki fungsi lainnya seperti sumber kayu bakar. Opini masyarakat yang ada di hulu DAS tentang harapan fungsi hutan kemungkinan berbeda dengan masyarakat yang ada di bagian tengah dan hilir DAS. Namun demikian harapan terhadapfungsi hutan bagi masyarakat di hulu DAS dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam merumuskan suatu kebijakan pengelolaan hutan secara tepat di dalam suatu DAS.
Optimalisasi Lahan Masyarakat dengan Penerapan Pola Usahatani Terpadu (Studi Kasus Bapak Sukri di Desa Mata Allo, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan) Nurhaedah Muin
Buletin Eboni Vol 10, No 2 (2013): Info Teknis Eboni
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1802.576 KB) | DOI: 10.20886/buleboni.5017

Abstract

Produkvitas lahan sangat ditentukan oleh pemilik lahan. Umumnya lahan di Kabupaten Enrekang subur dengan kondisi iklim yang mendukung. Namun, belum semua lahan dimanfaatkan secara optimal. Sukri adalah salah seorang petani yang berusaha memanfaatkan lahan secara optimal dengan pola usahatani terpadu. Pertimbangannya adalah mengusahakan komoditi yang dapat tumbuh secara optimal, bernilai ekonomi, dan komoditinya  dapat dipadukan dengan komoditi lain. Informasi ini diharapkan  bermanfaat baik bagi petani di lokasi tersebut maupun di tempat lain, sehingga timbul motivasi untuk memanfaatkan lahan lahan tertinggal dengan komoditi yang memberikan hasil optimal, berkesinambungan, dan lestari. Pola usaha tani terpadu dapat menambah pendapatan dengan memaksimalkan penggunaan sumberdaya. Selain itu, juga memiliki banyak pengalaman dalam memanfaatkan waktu, menangani komoditi yang berbeda, serta menjalin ikatan sosial  dengan lingkungan.
Hutan Desa Kabupaten Bantaeng dan Manfaatnya bagi Masyarakat Nurhaedah Muin; Evita Hapsari
Buletin Eboni Vol 11, No 1 (2014): Info Teknis Eboni
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.307 KB) | DOI: 10.20886/buleboni.5030

Abstract

Pengelolaan hutan oleh negara  yang diserahkan haknya kepada pihak swasta, dinilai gagal oleh banyak pihak. Untuk itu, perlu dikembangkan pengelolaan hutan berbasis masyarakat, salah satunya adalah hutan desa. Program hutan desa di Kabupaten Bantaeng merupakan yang pertama kali menerima persetujuan dari pemerintah pusat. Pada tahap awal, program diimplementasikan pada tiga desa di Kecamatan Tompobulu, yaitu Desa Labbo 342 ha, Desa Pattaneteang 339 ha dan Kelurahan Campaga 23,68 ha dan ketiganya  merupakan kawasan hutan dengan fungsi lindung. Kehadiran program  hutan desa di Kabupaten Bantaeng memberi keamanan dan kenyamanan bagi masyarakat dalam berusahatani. Selain itu, keberadaan hutan desa juga memberikan beberapa manfaat, antara lain: sebagai penyerap karbon, menjaga keanekaragaman hayati, mencegah erosi dan menjaga tata air serta menghasilkan berbagai jenis hasil hutan bukan kayu yang dapat membantu perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga  tekanan terhadap kawasan hutan berkurang.
Manfaat Sagu (Metroxylon spp.) bagi Petani Hutan Rakyat di Kabupaten Konawe Selatan Nurhaedah Muin
Buletin Eboni Vol 11, No 2 (2014): Info Teknis Eboni
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.331 KB) | DOI: 10.20886/buleboni.5044

Abstract

Petani hutan rakyat di Konawe Selatan sebagian besar mengusahakan tanaman jati yang berdaur panjang, sehingga diperlukan pendapatan antara dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu komoditi yang memungkinkan adalah tanaman sagu. Penduduk Kabupaten Konawe Selatan didominasi oleh Suku Tolaki, yang antara lain memiliki budaya mengonsumsi sagu. Umumnya petani hutan rakyat di daerah ini memanfaatkan sagu sebagai bahan pangan pendamping beras, selain itu sagu juga dipasarkan dalam bentuk sagu mentah dan panganan. Peluang pengembangan sagu masih memungkinkan karena kesesuaian lahan dan ketersediaan pasar, namun dalam pengembangannya memiliki hambatan berupa minimnya pengetahuan masyarakat terkait teknik budidaya dan diversifikasi produk serta jaringan pemasaran. Untuk itu, masih diperlukan pembinaan dari instansi terkait.
PENINGKATAN PERAN GENDER DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DI KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA Nurhaedah Muin; Achmad Rizal Hak Bisjoe; Bugi Kabul Sumirat; Wahyudi Isnan
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial, Ekonomi, Kebijakan dan Perubahan Iklim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (508.745 KB) | DOI: 10.20886/jpsek.2019.16.2.127-135

Abstract

National strategy on gender that stated in Presidential Instruction No. 9/2009, was also applied in private forest management. The composition of private forests which generally consist of woody plants, agricultural crops, and lower crops, allows for the sharing of gender roles in their management, as found in South Konawe. Research methods used survey method and interviews through Focus Group Discussion (FGD). Data were analyzed qualitatively and quantitatively. The results of the study indicate that there is a share-out of roles between men and women in private forest management in South Konawe. Men play a dominant role in the management of woody plants, starting from planting to logging while women are dominantly involved in the lower crop cultivation. Women’s involvement have greatly helped the family economy through selling vegetables and sago for family consumption as well as to meet daily needs. Supporting activities in private forest management such as attending farmer group meetings and being administrators of farmer groups are still dominated by men. For this reason, it is necessary to consider the proportional involvement of women in private forest management so that they can contribute more to the family needs.
Menuju pengelolaan kolaborasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Provinsi Sulawesi Selatan Abd. Kadir Wakka; Nurhaedah Muin; Rini Purwanti
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No. 1 (2015)
Publisher : Foresty Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.664 KB) | DOI: 10.18330/jwallacea.2015.vol4iss1pp41-50

Abstract

Salah satu misi Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) adalah mengembangkan kelembagaan dan kemitraan/kolaborasi dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Untuk mengembangkan pengelolaan kolaborasi TN Babul, maka aktivitas-aktivitas Balai TN Babul sudah seharusnya mengarah kepada perwujudan misi pengelolaan kolaborasi sejak misi tersebut ditetapkan. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai fondasi pengelolaan kolaborasi TN Babul yang telah terbangun dalam mewujudkan misi tersebut di atas. Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan wawancara dengan sejumlah informan kunci seperti aparat desa dan kecamatan, tokoh masyarakat, aparat instansi teknis terkait, dan staf dosen Universitas Hasanuddin. Data dianalisis dengan menggunakan model deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fondasi pengelolaan kolaborasi TN Babul (jaringan kerja, koordinasi, dan kerjasama dengan stakeholder lainnya) belum terbangun dengan baik. Kondisi ini akan mempengaruhi keberhasilan pencapaian misi pengelolaan kolaborasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Uji Coba Hibrid Morus khunpai dan M. indica Sebagai Pakan Ulat Sutera (Bombyx mory Linn.) Nurhaedah Muin; Heri Suryanto; Minarningsih
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea Vol. 4 No. 2 (2015)
Publisher : Foresty Faculty of Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.269 KB) | DOI: 10.18330/jwallacea.2015.vol4iss2pp137-145

Abstract

Tersedianya tanaman murbei yang baik merupakan salah satu faktor penentu kontinuitas pemeliharaan ulat sutera. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kecocokan hibrid jenis Morus khunpai dan jenis M.indica (hibrid KI) sebagai pakan ulat sutera yang dapat dilihat pada kualitas kokon dan serat sutera yang dihasilkan. Hibrid KI tersebut merupakan hasil persilangan terkendali dari induk betina M.khunpai dan induk jantan M.indica S-54. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Variabel yang diamati adalah persentase larva mengokon, persentase kokon normal, bobot kokon, bobot kulit kokon, ratio kulit kokon dan panjang serat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas kokon dan serat ulat sutera yang diberi pakan tanaman murbei hibrid jenis M.khunpai dan M.indica (hibrid KI) cenderung menunjukkan nilai lebih rendah dibanding murbei induk (M.khunpai, M.indica) dan kontrol (M.nigra) Kondisi ini menunjukkan bahwa kecocokan hibrid jenis M.khunpai dan M.indica (hibrid KI) sebagai pakan ulat sutera cenderung belum terlihat.