Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KEKUATAN FIBERGLASS REINFORCED PLASTIC (FRP) SEBAGAI BAHAN GADING KAPAL KAYU Alamsyah Alam; Rodlian Jamal Ikhwani; Taufik Hidayat; Suardi
Wave: Jurnal Ilmiah Teknologi Maritim Vol. 15 No. 1 (2021)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jurnalwave.v15i1.4719

Abstract

Penggunaan baja untuk menggantikan kayu Bitti sebagai bahan konstruksi gading kapal kayu dinilai tidak praktis karena melalui proses pembentukan dan pemeliharaan, sehingga penggunaan bahan lain seperti FRP sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ukuran dan bentuk penampang bahan FRP yang sesuai sebagai pengganti gading kayu ditinjau dari segi kekuatan. Metode yang digunakan yaitu elemen hingga (FEM) dan dianalisis menggunakan metode eksperimen numerik pada software. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan mengoptimalkan bahan FRP dengan bentuk penampang I beam, I beam+flange, box of hole beam, T beam, dan U beam+flange sebagai pengganti bahan kayu Bitti. Hasil penelitian menunjukkan gading kayu Bitti memiliki elastisitas (E) = 9534.02 MPa dan momen inersia penampang (I) = 2197x104 mm4 terjadi tegangan maksimum (?k) = 7.682 N/mm2 dan lendutan maksimum (?) = 0.1 mm, untuk faktor keamanan gading kayu Bitti (Sf) = 1.28, sedangkan bahan FRP pengganti gading kayu dengan nilai (E) = 69000 MPa dapat digunakan penampang I beam dengan nilai I = 316x104 mm4, I beam+flange dengan nilai I = 288x104 mm4, box of hole beam dengan nilai I = 317x104 mm4, T Beam dengan nilai I = 478 x104 mm4, serta U beam+flange dengan nilai I = 375x104 mm4, terjadi tegangan maksimum (?k) = 52.00 N/mm2 dengan lendutan maksimum (?) < 0.082 mm dan faktor keamanan (Sf) = 1.28. Bahan FRP pengganti kayu gading membutuhkan momen inersia penampang sebesar 1/7~1/5 kali lebih kecil dari momen inersia penampang kayu gading dengan elastisitas tujuh kali lebih besar dari kayu gading. Nilai ini dapat dijadikan patokan untuk ukuran kapal di atas ataupun di bawah 70 GT ketika akan menggunakan bahan FRP sebagai pengganti gading kayu.
Hull Strength Investigation of Traditional Boat “Sandeq” Using Numerical Experiment: English Andi Mursid Nugraha Arifuddin; Alamsyah; Muhammad Uswah Pawara; Rodlian Jamal Ikhwani; Agus Budianto; Irfan Fadillah
SPECTA Journal of Technology Vol. 6 No. 2 (2022): SPECTA Journal of Technology
Publisher : LPPM ITK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.13 KB) | DOI: 10.35718/specta.v6i2.492

Abstract

Sandeq is an Indonesian traditional boat that is built instead of applying principal spiral design and technical calculation in its design and construction. Its construction relies on the inherited skills of the builders. This study aims to investigate the structural strength of the boat with numerical experiments by computer software that applying the finite element method (FEM). Longitudinal and transversal hull strength will be examined for four Sandeg models. The computational model of the boat hull has been designed and run with varieties of hull lengths using the software. The simulation results showed that the obtained longitudinal and transversal stresses were less than the allowable stress of the material based on the classification rules. In the transversal strength analysis, the ratio of working stress to material stress was 6,37%, 7,20%, and 5,98% on the sandeq A, B, and C respectively. As for longitudinal stress in hogging condition, the ratio was 2,77% 3,35%, 0,93%, and 0,72% on the sandeq A, B, C, and D respectively. for sagging condition, the ratio was 2,11%, 2,49%, 0,52%, and 0,69%.
Numerical Investigation of the Laying of Airbag Arrangements on Launching Barges Alamsyah bin Muhammad Saleh; Christian Hendra Gonawan; Rodlian Jamal Ikhwani; Taufik Hidayat; Habibi Habibi; Wardina Suwedy
International Journal of Marine Engineering Innovation and Research Vol 8, No 2 (2023)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j25481479.v8i2.16737

Abstract

Ship-launching technology is developing rapidly in an effort to reach a point of economic efficiency, time efficiency, security, and flexibility. On the one hand, risks to the process of launching ships using airbags are still present and can occur. Exploding airbags due to the inability to withstand the load has implications for structural damage. Excessive pressure on the airbags can cause structural deformation. This study aims to determine the effect of airbag pressure on the strength of the ship's structure. This study uses finite element-based software to analyze stresses and deformations in ship construction when interacting with airbags. From this study, it was found that the number of airbags used in the two-row layout and cross-over arrangement was 14, with the status of the airbags in terms of load distribution being safe (not broken). The maximum stress value obtained from the simulation on the two-row arrangement layout is 11.62 MPa when it is right in the frame and 9.83 MPa when it is between frames. As well as in the cross-over arrangement layout, the maximum stress is 20.24 MPa when in the frame and 13.84 MPa when in between frames. This phenomenon occurs because of the stress concentration in the frame.
PENYULUHAN PRINSIP K3 PADA PEMBANGUNAN KAPAL KAYU TRADISIONAL KUB. PANRITA LOPI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Andi Mursid Nugraha Arifuddin; Rodlian Jamal Ikhwani; Amalia Ika Wulandari; Taufik Hidayat
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat ITK (PIKAT) Vol. 4 No. 1 (2023): PIKAT : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Institut Teknologi Kalimantan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35718/pikat.v4i1.729

Abstract

Industri galangan kapal kayu tradisional di Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan salah satu usaha mandiri yang dilakukan oleh masyarakat setempat dengan memanfaatkan keterampilan membuat kapal kayu yang diperoleh secara turun temurun dari keluarganya. Masyarakat pengrajin kapal tersebut tergabung dalam sebuah kelompok usaha bersama (KUB) yaitu KUB Panrita Lopi. Produk yang dihasilkan oleh pengrajin kapal bahkan dapat menembus pasar nasional di Indonesia. Namun, dari observasi lapangan yang dilakukan terdapat satu faktor pendukung penting dalam usaha meningkatkan kegiatan produksi yaitu penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi mitra yang masih rendah seperti tidak menggunakan alat perlindungan diri ketika melakukan aktivitas mekanik dan mobilisasi logistik. Sistem yang dibangun pada KUB masih sangat tradisional sehingga perlu didorong untuk terus meningkat. Salah satunya dengan peningkatan sistem keselamatan dan kesehatan kerja bagi para pengrajin. Melalui metode penyuluhan prinsip K3 yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat ITK, para pengrajin kapal kayu akan memiliki pengetahuan terkait keamanan dan keselamatan dalam membangun kapal kayu. Hasil penyuluhan memperlihatkan pemahaman para pengrajin terhadap K3 mengalami peningkatan sekitar 83% yang awalnya hanya 27%.