Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

MENGUATKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA GENERASI MUDA SEBAGAI UPAYA UNTUK MENANGKAL RADIKALISME DAN DEPANCASILAISASI I Wayan Pardi
JURNAL SANGKALA Vol 4 No 2 (2025): Jurnal Sangkala
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62734/js.v4i2.597

Abstract

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menganalisis urgensi penguatan nilai-nilai Pancasila di kalangan generasi muda sebagai upaya untuk menangkal radikalisasi ideologi dan depancasilaisasi di Indonesia. Fenomena ini menjadi semakin relevan dengan meningkatnya simpati terhadap ideologi radikal di kalangan pelajar dan mahasiswa, serta munculnya gejala depancasilaisasi yang berpotensi melemahkan eksistensi Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali solusi praktis yang dapat diterapkan dalam memperkuat ideologi Pancasila di kalangan generasi muda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif, yang mengacu pada data-data empiris dari berbagai sumber jurnal dan buku akademik yang relevan. Penelitian ini juga menggunakan studi kasus untuk menggambarkan dampak radikalisasi dan depancasilaisasi, serta langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah ini melalui pendidikan, media sosial, dan penguatan nilai Pancasila dalam kehidupan sosial masyarakat. Data yang diperoleh dianalisis untuk memberikan gambaran mengenai kondisi ideologis generasi muda serta upaya yang dapat dilakukan untuk membalikkan tren negatif tersebut. Hasil dan pembahasan penelitian menunjukkan bahwa penguatan nilai-nilai Pancasila sangat penting untuk mencegah penyebaran ideologi radikal di kalangan generasi muda. Radikalisasi dan depancasilaisasi dapat dicegah melalui pendekatan pendidikan yang lebih kontekstual dan humanis, serta melalui peran aktif media sosial dalam mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, penting untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk keluarga dan komunitas digital, dalam memperkuat Pancasila sebagai living ideologi yang relevan dengan tantangan zaman. Melalui upaya ini, Pancasila dapat menjadi fondasi moral yang menyatukan keragaman Indonesia dan menjaga keutuhan negara.
Potensi Pengembangan Model Pendidikan Multikultural berbasis Budaya Balichinesia melalui Pendekatan Eduwisata di Bali I Wayan Lasmawan; I Nengah Suastika; Dewa Bagus Sanjaya; I Wayan Pardi
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 13 No 3 (2024)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v13i3.85727

Abstract

Semakin berkembangnya masalah sosial antara etnis Tionghoa dengan etnis lainnya yang terakumulasi dalam berbagai konflik yang menyeret wacana primordial dan etnosentrisme di Indonesia, seperti adanya kerusuhan Mei 1998 yang ditandai oleh penjarahan, pembakaran, dan kekerasan yang menargetkan komunitas Tionghoa dan yang terbaru kemunculan isu anti-China pada saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 sebenarnya dapat mengganggu bangunan negara bangsa (nation-state building) yang sudah susah payah dibangun oleh Bapak Pendiri Bangsa (founding fathers) di masa lalu. Melihat kondisi di atas maka diperlukan upaya-upaya konkrit mengantisipasi kerawanan konflik tersebut. Salah satunya adalah dengan mengembangkan model pendidikan multikultural berbasis budaya Balichinesia melalui pendekatan eduwisata di Bali. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif-eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk budaya Balichinesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan di Bali, termasuk arsitektur, ritual keagamaan, seni pertunjukan, perayaan Imlek, dan kuliner. Hasil analisis SWOT menunjukkan potensi besar dalam pengembangan model ini, berkat dukungan warisan budaya Balichinesia dan popularitas Bali sebagai destinasi wisata. Namun, tantangan seperti infrastruktur yang kurang memadai dan keterbatasan sumber daya manusia perlu diatasi. Penerapan model ini diharapkan tidak hanya memperkuat identitas Bali, tetapi juga meningkatkan kohesi sosial, mendorong ekonomi lokal, dan pelestarian budaya, serta menjadikan Bali sebagai pusat pendidikan multikultural dan pariwisata edukatif yang berkelanjutan.
Periode Akhir Revolusi Fisik di Bali, 1946-1949 Ketut Sedana Arta; I Wayan Putra Yasa; I Made Pageh; I Wayan Pardi
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 8 No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v8i1.22326

Abstract

This research aims to investigate Puputan Margarana and its impact on the physical revolution in Bali, both from a military and psychological perspective, and then to gain a clearer understanding of the tactics and strategies of resistance in Bali following the Puputan Margarana. This study employs historical methods encompassing heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The research findings indicate that the impact of Puputan Margarana resulted in psychological turmoil for the fighters in the Buleleng region, leading to sadness and a profound sense of loss due to the fall of Ngurah Rai and his staff. The post-Puputan Margarana physical revolution in Bali witnessed the reorganization of MBU-DPRI and the emergence of MBI, along with various persuasive actions to implement the minimum Banyuning program, the infiltration of DPRI's influence into government organs, and acts of violence against those openly supportive of NICA. With the achievement of the Renville Agreement in 1948, the shift in resistance in Buleleng came to be known as the "penurunan" (covert withdrawal) and "penyerahan" (official surrender), as orchestrated by Wijakusuma and the core leaders of MBU-DPRI.