Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN HIPERTENSI GURU SEKOLAH MENENGAH YANG MENGALAMI GULA DARAH PUASA TERGANGGU DI MAKASSAR St. Mutiatu Rahmah; Nurhaedar Jafar; Syamsiar S. Russeng
Jurnal Kesehatan Masyarakat Maritim Vol. 1 No. 1: Januari 2018
Publisher : Public Health Faculty, Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30597/jkmm.v1i1.8698

Abstract

Gaya hidup yang kurang sehat menjadi salah satu penyebab timbulnya penyakit degeneratif berupa diabetes mellitus dan hipertensi. Penelitian bertujuan mengetahui hubungan gaya hidup (pola konsumsi, perilaku merokok, tingkat stres, dan aktivitas fisik) dengan hipertensi guru sekolah menengah yang mengalami gula darah puasa terganggu di Makassar. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan crosssectional. Sampel penelitian adalah guru SMPN dan SMAN di 12 sekolah yang mengalami gula darah puasa terganggu (≥100mg/dl) ditetapkan melalui pemeriksaan kimia darah (n=55). Data diperoleh dari pemeriksaan gula darah puasa, tekanan darah, pola konsumsi, perilaku merokok, tingkat stres, dan aktivitas fisik. Pemeriksaan gula darah puasa dan pengukuran tekanan darah dengan sphygmomanometer dilakukan langsung oleh petugas prodia. Pola konsumsi dikumpulkan melalui recall 1x24 jam yang dinilai dengan Healthy Eating Indeks (HEI-2010), perilaku merokok diukur menggunakan kuesioner, tingkat stres diukur menggunakan kuesioner DASS 21, dan aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner WHO 2001 yang dinyatakan dengan nilai PAL (Physical Activity Level). Dalam penelitian ini menunjukkan sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan (81,8%), berumur ≥50 tahun (72,7%), tingkat pendidikan sarjana (94,5%), memiliki riwayat penyakit keluarga DM (74,5%), dan mengalami obesitas sentral (69,1%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi (HEI 2010) dengan hipertensi (p=0,049). Akan tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan hipertensi (p=0,327), tingkat stress dengan hipertensi (p=0,178), dan aktivitas fisik dengan hipertensi(p=0,335). Disimpulkan bahwa pola konsumsi yang kurang memiliki hubungan dengan hipertensi.
HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA SISWA SEKOLAH DASAR PILOLAHUNGA KECAMATAN POSIGADAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Wirna Gani; St. Mutiatu Rahmah; Lilis Handayani
JOURNAL OF NUTRITION CARE AND FOOD SERVICE Vol. 3 No. 1 (2023): BAKTARA Journal Of Nutrition Care And Food Service
Publisher : STIKES Baktara Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makanan cepat saji (fast food) merupakan jenis makanan yang telah diolah dan kemudian diproduksi untuk dijual kembali dengan proses pelayanan yang cepat. Makanan fast food pada awalnya merupakan strategi komersial untuk pembeli yang sering tidak punya waktu untuk duduk dan menunggu makanan mereka. Zaman yang serba modern ini banyak sekali makanan danminuman fast food yang digemari anak-anak dan didukung oleh iklan yang sangat menarik, sehingga fast food cepat sekali dalam pemasarannya. Konsumsi makanan fast food di Indonesia baik di perkotaan maupun pedesaan mengalami pertumbuhan yang pesat. Penelitian ini mengetahui hubungan Kebiasaan Konsumsi FastFood Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Sekolah Dasar. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar Pilolahunga Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Waktu penelitian pada bulan April 2022. Populasi pada penelitian ini Siswa SD Pilolahunga Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan yang berjumlah 42 orang. Sampel pada penelitian ini sebanyak 42 siswa dengan menggunakan total sampling. Pengumpulan data diambil dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat Hubungan antara Kebiasaan Konsumsi FastFood Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Siswa Sekolah Dasar Pilolahunga Kecamatan Posigadan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dengan nilai P Value (> 0,05)
HUBUNGAN PERNIKAHAN USIA DINI, PENDIDIKAN, PENGETAHUAN GIZI, POLA ASUH TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH PUSKESMAS BULANGO ULU KECAMATAN BULANGO ULU KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2023 Eman Rahim; St. Mutiatu Rahmah; Sastria Ibrahim
JOURNAL OF NUTRITION CARE AND FOOD SERVICE Vol. 3 No. 2 (2023): JOURNAL OF NUTRITION CARE AND FOOD SERVICE
Publisher : STIKES Baktara Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan kondisi dimana anak lebih rendah dari pada orang lain atau taman sebayanya yang disebabkan oleh berbagai faktor penyebab langsung yaitu asupan zat gizi, penyakit infeksi dan faktor penyebab tidak langsung diantaranya riwayat BBLR, pernikahan usia dini, status gizi ibu hamil, pendidikan, pengetahuan gizi, pola asuh, tinggi badan ibu, jarakkelahiran, pekerjaan orang tua, status ekonomi, anemia pada ibu hamil, sanitasi lingkungan, ketersediaan pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pernikahan dini, pendidikan ibu, pengetahuan gizi ibu, dan pola asuh berhubungan dengan kejadian stunting. Penelitian observasional dengan desain cross-sectional. Lokasi Penelitian di wilayah Puskesmas Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango. Populasi penelitian terdiri dari 68 ibu yang menikah di usia dini dengan 68 balita. Sampel penelitian diambil dengan teknik total sampling dengan nilai α = 5%. Data dikumpulkan melalui observasi, kuesioner, dan pengukuran tinggi badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pernikahan usia dini dan kejadian stunting dengan p-value 0,030, pendidikan ibu dengan kejadian stunting tidak ada hubungan dengan p-value 0,702, pengetahuan gizi dengan kejadian stunting terdapat hubungan dengan p-value 0,045, dan pola asuh dengan kejadian stunting terdapat hubungan dengan p-value 0,020. Disarankan agar ibu balita memperhatikan gizi yang diberikan dan memberikan pola asuh yang baik. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan pengetahuan mereka tentang cara pemberian makanan dan gizi balita.