Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DESA TAMMANGALLE POLEWALI MANDAR Nur Adyla S; Nurlaela Nurlaela
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 7 No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v7i2.5822

Abstract

Desa Tammangalle merupakan salah satu desa di wilayah pesisir kabupaten Polewali Mandar yang memiliki potensi wisata budaya dan wisata kerajinan, selain itu potensi aktivitas sosial budaya seperti pembuatan perahu sandeq (perahu khas Mandar), dan aktivitas menenun sarung sutera Mandar yang merupakan ciri khas masyarakat Mandar menjadikan desa ini sangat potensial dalam pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal. Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa Tammangalle. Tujuan umum tersebut akan dicapai melalui tahapan pencapaian tujuan khusus berikut; (1) Mengidentifikasi karakteristik dan potensi wisata di Desa Tammangalle untuk dikembangkan menjadi desa wisata berbasis kearifan lokal, (2) Menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa Tammangalle, (3) Merumuskan strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal di Desa Tammangalle. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif eksploratif dengan tiga tahapan teknik analisa yang digunakan yaitu teknik analisa deskriptif, teknik analisa Delphi dan teknik analisa SWOT. Hasil penelitian ini adalah strategi pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal untuk peningkatkan perekonomian Desa Tammangalle.
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN COVID-19 MELALUI PROGRAM KKN MANDIRI GELOMBANG XV TAHUN 2020 UNIVERSITAS SULAWESI BARAT Septiawan Ardiputra; Muhammad Arafat Abdullah; Laila Qadrini; Nurlaela Nurlaela; Sri Utami Permata; Suburia Suburia
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2021): Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v2i1.1422

Abstract

Suatu wabah dinyatakan pandemic artinya WHO memberi alarm pada pemerintah agar semua negara di dunia agar meningkatkan kesiapsiagaan dalam pencegahan dan penanganan wabah. Pandemi Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Virus Corona Virus SARS-COV 2. KKN Mandiri merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dinisiasi oleh Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata (P2KKN) Universitas Sulawesi Barat dengan Tema "Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Covid-19". Berdasarkan observasi lapangan ditemukan berbagai masalah di masyarakat Desa Pallis Kecamatan Balanipa yang menjadi mitra program kegiatan KKN Mandiri seperti ketidaksiplinan dan tidak pahamnya masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, tidak memakai masker saat beraktifitas di luar rumah serta tidak terdapat spanduk dan sticker edukasi pencegahan Covid-19. Kondisi tersebut membawa kekhawatiran yang dapat menambah potensi penyebaran dan peningkatan kasus Covid-19. Sehingga kami selaku tim abdimas melakukan upaya pencegahan penularan Covid-19 melalui program kerja KKN Mandiri yang sebelumnya telah disusun terlebih dahulu untuk menjawab permasalahan yang ada di masyarakat. Berikut adalah beberapa dari sekian banyak program kerja yang kami buat dan jalankan seperti Pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang penerapan PHBS dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun, memakai masker saat beraktifitas di luar rumah serta pemasangan spanduk dan sticker edukasi pencegahan Covid-19. Beberapa program diatas telah terlaksana dengan baik sesuai dengan schedule yang terdapat pada program kerja dan mendapat antusiasme serta respon positif dari aparat desa serta masyarakat setempat.
An In-Depth Study of Multiple Cropping Farming Systems: The Impact on Cocoa Farmers’ Income Akhsan Akhsan; Muhammad Arsyad; Achmad Amiruddin; Muslim Salam; Nurlaela Nurlaela; Muhammad Ridwan
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 44, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v44i2.3761

Abstract

Multiple cropping farming systems affect farmers' income and have become a serious determinant in agricultural development. The diversity of information received by the farmers including multiple cropping can provide new knowledge, which will in turn influence productivity and income. Therefore, this study aims to evaluate the benefits of multiple cropping and its economic impact on cocoa farmers' income. It was conducted using the Ordinary Least Square Method to estimate parameters and RC Ratio for income comparison from the farming systems. The results showed that the choice of farmers in cropping patterns and types of crops is aimed at avoiding crop failure. The advantage of multiple cropping is that the use of soil nutrients is more effective because plants grow together on the same land. It also provides a higher income compared to monocropping and tends to reduce operational costs. Among the five factors evaluated, only three influenced farmers' income through extension activities. They are information on credit amount obtained, level of heterogeneity, and agricultural production. These factors are important aspects of communication activities that can increase knowledge in a heterogeneous environment of multiple cropping systems, which will, in turn, improve farmers' income.
Study on Development Potency of Coastal Tourist Object in Majene District, West Sulawesi Nur Adyla Suriadi; Muhammad Arsyad; Nurlaela Nurlaela; Muhammad Arafat Abdullah; Arifuddin Akil; Ade Mulawarman
Pusaka: Journal of Tourism, Hospitality, Travel and Business Event Vol 4 No 1: Februari – Juli 2022
Publisher : Politeknik Pariwisata Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.375 KB) | DOI: 10.33649/pusaka.v4i1.124

Abstract

Majene Regency is one of the regencies in the province of West Sulawesi with a length of 125 km beach located on the coast of West Sulawesi stretch out from South to North with an area of ​​947.84 Km on the west side of Sulawesi Island, so that it is famous regency for its beautiful beaches. However, it has not the existence of good tourism planning according to the potency of coastal tourism, resulted in the potency of the tourism sector in improving the regional economy is not optimal. The purpose of this study was to determine the potency of beach tourism in developing tourism attractions. The research used a survey method with analytical techniques using scoring for internal and external potency and a combination of both. The results indicate that the internal potency with high classification is Barane Beach, Dato Beach, and Munu Beach with a score of 18, external potency with high classification is Barane Beach with a score of 23, and the combined potency of internal and external with high classification is Barane Beach, so the priority of developing tourism objects that need to be done is Barane Beach, Dato Beach and Munu Beach respectively.
Poverty Condition of Lipa’ Saqbe Mandar Weavers: Initial Findings from Agriculture Area of West Sulawesi, Indonesia Nurlaela Nurlaela; Nur Adyla S; Akhsan Akhsan; Anwar Sulili; Muhammad Aswad
International Journal of Agriculture System VOLUME 6 ISSUE 1, JUNE 2018
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.458 KB) | DOI: 10.20956/ijas.v6i1.1492

Abstract

Lipa' Saqbe Mandar (or just called Lipa' saqbe) is an unique culture of Mandar ethnic, it is still preserved today, because the Mandar people wear Lipa' Saqbe at every event held both in traditional ceremonies of Mandar culture like weddings or grief moments. Lipa' Saqbe weavers are the majority of mandarist fishermen and the wives of the peasants who in the concept of indigenous culture mandar adheres to the principle of Siwali Parriq which means the wives of Mandar descendants are able to work to help the family economy, one of them by weaving. This paper attempst to calculate weavers household who are living below poverty line and how severe they are? The study employed Foster- Greer-Torbecke (FGT) Indices Method: Head Count Index (HCI) and Poverty Gap Index (PGI). The results show that: (1) HCI of the study is 0.7333 indicate that 70.33% of Lipa' Saqbe weaver is living below poverty line, while (2) PGI reveals that the depth of poverty in weaver household is, however, close to zero (0) indicating that no poverty severity gap among households. The low income of Mandar silk weavers is the marketing system through traders or distributors. Although most of the weavers sell their woven products directly to the local market, the purchasing power of local communities is quite low so that their woven products are sold to wholesalers or distributors.
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KELOMPOK PENENUN LIPA’ SAQBE MELALUI PENATAAN KAWASAN RENGGEANG SUTRA DI DESA RENGGEANG, POLEWALI MANDAR Nur Adyla Suriadi; Nurlaela; Haeruddin Hafid; Mujahid; Razyqah Nur Annisa; Wahyuni Anjar Sari
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 3 No. 4 (2022)
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (914.981 KB) | DOI: 10.31949/jb.v3i4.3243

Abstract

Lipa’ saqbe merupakan warisan budaya leluhur yaitu secara turun temurun menjadi perangkat upacara upacara adat diantaranya pada pesta pernikahan, kegiatan adat dan acara kematian, hal ini menjadikan lipa’ saqbe mandar menjadi komoditi yang wajib dimiliki oleh setiap orang Mandar pada khususnya. Budaya menenun di Provinsi Sulawesi Barat merupakan bentuk diversifikasi mata pencaharian yang berfungsi sebagai katup pengaman dalam ekonomi keluarga, terutama pada rumahtangga pedesaan yang menjadikan pertanian dan perikanan sebagai sumber pendapatan utama, salah satunya di Desa Renggeang. Permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu Penataan kawasan belum memiliki ciri khas tersendiri yang dapat menjadikan destinasi wisata budaya yang menarik bagi wisatawan, menjadikan Kawasan Renggeag Sutra ini sepi pengunjung dan kurang terawat, sehingga perlunya penataan Kawasan Renggeang Sutra dengan penambahan ornamen yang menarik, fasilitas yang memadai dan memiliki ciri khas. Metode pelaksanaan penataan kawasan ini dengan melalui beberapa tahapan, yaitu perencanaan, implementasi dan pengawasan. Hasil pengabdian ini adalah kawasan Renggeang Sutra yang telah tertata dengan baik dengan penambahan ruang manette’, ruang display produk, ruang pemeliharaan ulat sutra, dan lahan murbei dengan ciri khas lipa’ saqbe sehingga pengunjung dapat melihat alur pembuatan lipa’ saqbe dengan mudah dan lengkap.