Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DAN RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KERKAP KABUPATEN BENGKULU UTARA TAHUN 2019 Wulandari Wulandari Wulandari; Fitri Rahayu; Darmawansyah .
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol. 14 No. 02 (2019): Jurnal Ilmiah Avicenna
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/avicenna.v14i02.374

Abstract

Latar Belakang : Kasus Stunting  di  Puskesmas  Kerkap  nomor  dua  tertinggi  di  Kabupaten  Bengkulu  Utara  sebesar  18,75%. Balita  stunting  pada Maret  2018 sebanyak 68  balita (18,84%) dan  pada  Juni  2018 sebanyak 45 balita (18,75). Sebanyak 40%  masyarakat  tidak memiliki akses sanitasi yang baik terkait kepemilikan jamban dan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), sehingga memicu  berbagai  sumber penyakit seperti, diare, hepatitis B serta penyakit lainnya. Selain itu riwayat penyakit infeksi seperti diare ataupun ISPA dapat memperburuk kondisi balita jika tidak ditangani dengan tepat.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2019.Metode : Desain  penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan analitik cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 91 Ibu yang memliki Balita, pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling.Hasil : Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting dengan p value (0,008) (OR=3,8; 95% CI= 1,5-10,04), dan ada hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting dengan p value (0,000) (OR=15,21; 95% CI= 4,6-49,4) di Wilayah kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara .Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2019. Saran, Diharapkan pihak puskesmas melakukan sosialisasi terkait sanitasi lingkungan dan penyakit infeksi yang dapat berpengaruh terhadap kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap.  
Kultur Bifasik Agar Gold Standard Deteksi Kuman Mycobacterium Tuberculosis pada Pekerja Tambang Emas Tradisional (Studi di Lebong Tambang Bengkulu) darmawansyah darmawansyah; Wulandari Wulandari
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 7 No 04 (2018): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.393 KB) | DOI: 10.33221/jikm.v7i04.168

Abstract

TB paru merupakan penyakit paru akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis, yang menyebabkan kematian hampir disebagian besar negara di seluruh dunia. Case Notification Rate BTA positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Angka Kematian TB Paru di Provinsi Bengkulu sebesar 35 kasus selama pengobatan. Di Kabupaten Lebong kasus TB Paru terjadi peningkatan pada pekerja tambang emas tradisional dari 32% kasus meningkat menjadi 37% kasus. Di Kabupaten Lebong belum pernah dilakukan deteksi dini kuman Mycobacterium tuberculosis pada pekerja tambang emas tradisional, dimana kasus TB Paru di Kabupaten Lebong masih tinggi, maka perlu dilakukan deteksi kuman Mycobacterium tuberculosis untuk pemberatasan penyakit TB Paru dengan menggunakan metode kultur bifasik agar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya kuman Mycobacterium tuberculosis pada media kultur bifasik agar pada sputum pekerja tambang emas tradisional. Penelitian ini mengunakan pre experimental study untuk melakukan identifikasi kuman Mycobacterium tuberculosis dalam sputum dengan metode kultur bifasik agar. Sampel penelitian sebanyak 270 responden dengan kriteria inklusi sebagai penambang emas tradisional di Lebong tambang. Analisis yang digunakan adalah analisis distribusi frekuensi dan persentase variabel penelitian. Hasil penelitian didapatkan 270 sputum yang diperiksa menunjukan 49 (18,1%) responden yang positif teridentifikasi kuman mycobacterium, 99 (36,7%) responden berpendidikan SMP, dan 176 (65,2%) responden memiliki umur produktif. Diharapkan kepada instansi kesehatan melaksanakan deteksi dini TB Paru pada pekerja tambang emas tradisional secara rutin, selain itu melaksanakan upaya preventif, promotif, dan kuratif untuk eliminasi TB Paru.
Determinan Kejadian Malaria darmawansyah darmawansyah; Julius Habibi; Ravika Ramlis; Wulandari Wulandari
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 8 No 03 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.958 KB) | DOI: 10.33221/jikm.v8i03.370

Abstract

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menyebabkan kematian dan menurunkan produktivitas kerja. WHO menyatakan angka kematian akibat malaria diseluruh dunia diperkirakan 1,5–2,7 juta pertahun. Indonesia merupakan salah satu negara berisiko malaria. Puskesmas padang ulak tanding Kabupaten Rejang Lebong pernah mengalami KLB Malaria. Kegiatan yang sudah dilakukan Puskesmas padang ulak tanding terkait KLB malaria hanya sebatas indentifikasi nyamuk, observasi lingkungan tempat tinggal, dan penyuluhan pada masyarakat. Suatu wilayah yang mengalami KLB tidak cukup dengan identifikasi dan observasi saja, melainkan perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi secara mendalam dengan pengkajian determinan kejadian malaria. Tujuan penelitian adalah diketahuinya determinan kejadian malaria didaerah wabah pada Puskesmas padang ulak tanding rejang lebong. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional study. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel berjumlah 175 orang. Veriabel indenpenden (Breeding palce, Reppelant, PH air, kasa ventilasi, keberadaan kandang ternak, penggunaan kelambu) dan variabel depedenden (Kejadian Malaria). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk membuktikan bahwa masing-masing variabel berisiko terhadap kejadian malaria, uji yang dilakukan adalah uji Chi Sguare (ᵡ2). Hasil Penelitian didapatkan adalah ada hubungan yang bermakna antara Breeding palce (p=0,001), Reppelant (p=0,001), PH air (p=0,001), kasa ventilasi (p=0,016), keberadaan kandang ternak (p=1,000), penggunaan kelambu (p=0,090) dengan kejadian malaria di daerah wabah. Diharapkan kepada masyarakat untuk selalu membersihkan genangan air disekitar rumah, menggunakan obat anti nyamuk pada saat beraktivitas diluar rumah malam hari dan menggunakan kasa pada pentilasi rumah sehingga dapat menghidari dari gigitan nyamuk anopheles.
ANALISIS EPIDEMIOLOGI, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN DALAM PENANGGULANGAN STUNTING (STUDI DI DAERAH TANAH HITAM KABUPATEN BENGKULU UTARA) WULANDARI WULANDARI; DARMAWANSYAH DARMAWANSYAH; NOVEGA NOVEGA
Journal of Nursing and Public Health Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : UNIVED Press, Universitas Dehasen Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur dimana tinggi badan menurut umur berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median WHO. Angka stunting pada Balita di Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2018 sebesar 3,7%, kemudian terjadi penurunan angka stunting pada tahun 2019 sebesar 2,03% dan kembali menurun pada tahun 2020 sebesar 2,0%.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis epidemiologi, perilaku, dan lingkungan dalam penanggulangan stunting (Studi Di Daerah Tanah Hitam Kabupaten Bengkulu Utara). Metode:Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik Pengumpulan data dilakukan melalui observasi menggunakan lembar observasi dan wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara. Teknik analisis data dalam tahap ini data diolah dan dianalisis dengan model analisis data berlangsung atau mengalir (flow model analysis). Hasil dan Pembahasan:Hasil analisis epidemiologi ditemukan faktor resiko di Desa Tanah Hitam salah satunya adalah riwayat penyakit infeksi dimana sebesar 50% balita pernah mengalami diare dan sebesar 87,5% balita pernah mengalami ISPA dengan gejala flu, batuk dan demam. Analisis prilaku dan lingkungan menunjukkan ibu-ibu yang memiliki balita memiliki pengetahuan kurang tentang stunting sebesar 100%, sebanyak 87,5% anggota keluarga memiliki kebiasaan merokok, terdapat 87,5% pola asuh pemberian makan yang kurang baik dan sebesar 100% ibu-ibu yang memiliki Balita sering mencuci tangan tapi tidak menggunakan sabun. Kesimpulan: Analisis Epidemiologi, Perilaku, Dan Lingkungan Dalam Penanggulangan Stunting berkaitan dengan riwayat penyakit infeksi (diare dan ISPA), pengetahuan ibu yang memiliki balita kurang, anggota keluarga yang merokok di dalam rumah, pola asuh pemberian makan yang kurang, dan CTPS yang tidak menggunakan sabun. Perlu dilakukan sosialisasi lebih lanjut mengenai stunting berkaitan dengan pengertian stunting, faktor resiko penyebab stunting, dampak, dan cara mencegah stunting.
PEROKOK PASIF DAN GIZI KURANG MERUPAKAN FAKTOR PENGHAMBAT PENYEMBUHAN PENYAKIT TB PARU (CASE CONTROL STUDY DI KABUPATEN LEBONG) Wulandari Wulandari; Darmawansyah Darmawansyah
Mitra Raflesia (Journal of Health Science) Vol 14, No 2 (2022)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51712/mitraraflesia.v14i2.139

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang  : Penyakit TB Paru menyebabkan kecacatan dan kematian di seluruh dunia. Data WHO tahun 2019 diperkirakan kasus TB Paru sebanyak 10 juta dengan angka kematian TB Paru sebesar 1,4 juta. Di Indonesia proporsi diagnosis TB Paru sebesar 68,9%, dimana di Provinsi Bengkulu sebesar 56,5%. Provinsi Bengkulu tahun  2018  memiliki  angka  kesembuhan tuberkulosis  paru  sebesar  79,3% lebih rendah  disbanding target  nasional (>85%). Angka  kesembuhan TB Paru di Kabupaten Lebong di bawah target nasional sebesar 55,7%. Tujuan penelitian ini adalah perokok pasif dan status gizi merupakan faktor penghambat penyembuhan penyakit TB Paru.Metode : Penelitian ini menggunakan desain case control study secara retrospektif. Sampel terdiri dari sampel kasus dan sampel kontrol. Metode pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling dengan cara consecutive sampling.Hasil : Analisi univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi terhadap variabel-variabel yang ditelitih. Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square (X2) untuk mengetahui besar risiko (Odds Ratio) paparan terhadap kasus pada nilai Confidence Interval (CI) sebesar 95% (α=0,05). Perokok pasif merupakan faktor penghambat penyembuhan penyakit TB Paru (OR=4,3: 95%CI=1,9-9,9). Status gizi merupakan faktor penghambat penyembuhan penyakit TB Paru (OR=4,7: 95%CI=2,0-110).Simpulan : Perokok pasif dan gizi kurang merupakan faktor penghambat penyembuhan penyakit TB Paru.Kata kunci : Perokok Pasif, Gizi Kurang, TB Paru
Analisis Implementasi Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM) Pada Lansia Di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang Anita Anita; Tuti Rohani; Wulandari Wulandari; Fiya Diniarti
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 1 No 2 (2022)
Publisher : Gayaku Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58222/juvokes.v1i2.138

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi karena tidak ada keluhan dan tidak bergejala yang biasanya ditemukan pada tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir pada kecacatan atau dapat menyebabkan kematian. PTM terjadi akibat berbagai faktor risiko yaitu merokok, aktivitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak sehat, konsumsi minuman beralkohol, gaya hidup, dan lain-lain. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) pada lansia di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang. Metode yang digunakan adalah penelitian ini studi kasus dengan menggunakan metode kualitatif rancangan deskriptif, data dikumpukan dengan melakukan wawancara secara terstruktur kepada informan penelitian yang terdiri dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengedalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Empat Lawang, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Empat Lawang, Kepala Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang, Pengelola Program dan Ketua kader masing-masing Posbindu dan masyarakat (lansia). Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari reduksi data, triangulasi dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program Posbindu PTM di di Puskesmas Rawat Inap Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang sudah sesuai dengan tahapan yang telah di tetapkan oleh Menteri Kesehatan, mulai dari tahap registrasi, wawancara, pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan tekanan darah dan juga identifikasi faktor resiko PTM. Peneliti menyarankan kepada Dinas Kesehatan agar dapat memberikan pelatihan kepada kader-kader kesehatan untuk meningkatkan kualitas kader, perlunya pemantauan langsung terkait program Posbindu PTM yang telah dijalankan sehingga dapat melakukan evaluasi terkait implementasi program Posbindu PTM apakah sudah sesuai dengan petunjuk pelaksanaan.
Multifaset Determinan Stunting Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara Wulandari Wulandari; Fitri Rahayu; Darmawansyah Darmawansyah; Hairil Akbar
Afiasi : Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2023): Afiasi
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/afiasi.v8i1.233

Abstract

Stunting  adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Dampak stunting  adalah terganggunya  perkembangan  otak,  kecerdasan,  gangguan  pertumbuhan  fisik,  dan  gangguan metabolisme dalam tubuh. WHO memperkirakan terdapat 162 juta balita  pendek, jika tren berlanjut tanpa upaya penurunan, diproyeksikan akan menjadi 127 juta. Kasus Stunting  di  Puskesmas  Kerkap tertinggi  di  Kabupaten  Bengkulu  Utara  sebesar  18,75%. Balita  stunting  pada Maret 2018 sebanyak 68 balita (18,84%) dan pada Juni 2018 sebanyak 45 balita (18,75). Implementasi program 1000 HPK telah dilaksanakan namun kasus stunting masih tinggi  di  Wilayah  Kerja  Puskesmas  Kerkap. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui multifaset determinan kejadian stunting pada  balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Metode penelitian ini adalah kuantitatif  dengan  desain  cross  sectional.  Veriabel  Penelitian  ini  adalah  variabel  indenpenden (ASI  Ekslusif,  Sanitasi  Lingkungan,  Pemanfaatan  Pelayanan  Kesehatan,  Praktik Kebersihan/Hygiene,  Riwayat  Penyakit  Infeksi,  Budaya  dan  asupan  energi)  dan  Variabel depedenden (Kejadian Stunting). Analisis data dilakukan secara bertahap yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif  (p=0,002), Sanitasi Lingkungan (p=0,008), Praktik kebersihan hygiene (p=0,000), riwayat penyakit infeksi (p=0,000) dan budaya (p=0,001) dengan stunting pada Balita. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pelayanan kesehatan (p=1,000) dengan stunting pada Balita. Penelitian ini menyimpulkan variabel penyakit infeksi merupakan faktor resiko yang paling dominan terhadap kejadian stunting pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara. Diharapkan ibu-ibu yang memiliki balita. Disarankan untuk ibu balita untuk memberikan ASI secara eksklusif, meningkatkan akses sanitasi lingkungan, PHBS, akses informasi  kesehatan, dan pengobatan segera bagi balita yang mengalami diare dan ISPA.
Kultur Bifasik Agar Gold Standard Deteksi Kuman Mycobacterium Tuberculosis pada Pekerja Tambang Emas Tradisional (Studi di Lebong Tambang Bengkulu) darmawansyah darmawansyah; Wulandari Wulandari
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 7 No 04 (2018): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v7i04.168

Abstract

TB paru merupakan penyakit paru akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis, yang menyebabkan kematian hampir disebagian besar negara di seluruh dunia. Case Notification Rate BTA positif baru dan semua kasus dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan. Angka Kematian TB Paru di Provinsi Bengkulu sebesar 35 kasus selama pengobatan. Di Kabupaten Lebong kasus TB Paru terjadi peningkatan pada pekerja tambang emas tradisional dari 32% kasus meningkat menjadi 37% kasus. Di Kabupaten Lebong belum pernah dilakukan deteksi dini kuman Mycobacterium tuberculosis pada pekerja tambang emas tradisional, dimana kasus TB Paru di Kabupaten Lebong masih tinggi, maka perlu dilakukan deteksi kuman Mycobacterium tuberculosis untuk pemberatasan penyakit TB Paru dengan menggunakan metode kultur bifasik agar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya kuman Mycobacterium tuberculosis pada media kultur bifasik agar pada sputum pekerja tambang emas tradisional. Penelitian ini mengunakan pre experimental study untuk melakukan identifikasi kuman Mycobacterium tuberculosis dalam sputum dengan metode kultur bifasik agar. Sampel penelitian sebanyak 270 responden dengan kriteria inklusi sebagai penambang emas tradisional di Lebong tambang. Analisis yang digunakan adalah analisis distribusi frekuensi dan persentase variabel penelitian. Hasil penelitian didapatkan 270 sputum yang diperiksa menunjukan 49 (18,1%) responden yang positif teridentifikasi kuman mycobacterium, 99 (36,7%) responden berpendidikan SMP, dan 176 (65,2%) responden memiliki umur produktif. Diharapkan kepada instansi kesehatan melaksanakan deteksi dini TB Paru pada pekerja tambang emas tradisional secara rutin, selain itu melaksanakan upaya preventif, promotif, dan kuratif untuk eliminasi TB Paru.
Determinan Kejadian Malaria darmawansyah darmawansyah; Julius Habibi; Ravika Ramlis; Wulandari Wulandari
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 8 No 03 (2019): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v8i03.370

Abstract

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menyebabkan kematian dan menurunkan produktivitas kerja. WHO menyatakan angka kematian akibat malaria diseluruh dunia diperkirakan 1,5–2,7 juta pertahun. Indonesia merupakan salah satu negara berisiko malaria. Puskesmas padang ulak tanding Kabupaten Rejang Lebong pernah mengalami KLB Malaria. Kegiatan yang sudah dilakukan Puskesmas padang ulak tanding terkait KLB malaria hanya sebatas indentifikasi nyamuk, observasi lingkungan tempat tinggal, dan penyuluhan pada masyarakat. Suatu wilayah yang mengalami KLB tidak cukup dengan identifikasi dan observasi saja, melainkan perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi secara mendalam dengan pengkajian determinan kejadian malaria. Tujuan penelitian adalah diketahuinya determinan kejadian malaria didaerah wabah pada Puskesmas padang ulak tanding rejang lebong. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional study. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel berjumlah 175 orang. Veriabel indenpenden (Breeding palce, Reppelant, PH air, kasa ventilasi, keberadaan kandang ternak, penggunaan kelambu) dan variabel depedenden (Kejadian Malaria). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk membuktikan bahwa masing-masing variabel berisiko terhadap kejadian malaria, uji yang dilakukan adalah uji Chi Sguare (ᵡ2). Hasil Penelitian didapatkan adalah ada hubungan yang bermakna antara Breeding palce (p=0,001), Reppelant (p=0,001), PH air (p=0,001), kasa ventilasi (p=0,016), keberadaan kandang ternak (p=1,000), penggunaan kelambu (p=0,090) dengan kejadian malaria di daerah wabah. Diharapkan kepada masyarakat untuk selalu membersihkan genangan air disekitar rumah, menggunakan obat anti nyamuk pada saat beraktivitas diluar rumah malam hari dan menggunakan kasa pada pentilasi rumah sehingga dapat menghidari dari gigitan nyamuk anopheles.