Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

URGENSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Purbadiri, Anies Marsudiati
MUWAZAH Vol 3 No 2: Desember 2011
Publisher : IAIN Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.445 KB)

Abstract

Violence against women impede or negate the possibility of women to enjoy human rights and freedom are incompatible with the Constitution and Law no. 23 Year 2004 on the Elimination of Domestic Violence (PKDRT). According to Law no. 23 In 2004, the urgency of the legal protection of women are advocates for abused women with female victims of domestic violence pengananan from various parties in accordance with their areas of expertise and their respective disciplines, in this case the disciplines of law, medical and psychology
URGENSI PAYUNG HUKUM BAGI SANGGAR SENI TARI DI KABUPATEN LUMAJANG Purbadiri, Anies Marsudiati; Srimurni, Titis
Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS Vol 1, No 2 (2015): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.796 KB) | DOI: 10.32528/pengabdian_iptek.v1i2.266

Abstract

Sanggar Tari ?Nindya Laksita? dan Sanggar Tari ?Ayu Langgeng? adalah dua dari beberapa sanggar yang diketahui beroperasi di Kabupaten Lumajang. Secara produksi keduanya telah memiliki beberapa karya tari hasil garapannya sendiri, yang seringkali ditampilkan atas permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang. Namun secara yuridis masing-masing masih mempunyai kekurangan payung hukum untuk dapatnya bertindak sebagai subyek hukum privat, oleh karenanya perlu segera dilengkapi berbagai dokumen legalitasnya dimaksud. Tujuan melengkapi dokumen yuridis tersebut antara lain agar Sanggar dapat memperoleh hak-hak dasarnya sbg subyek hukum, semisal mendapatkan pembinaan, perlindungan bahkan mendapatkan fasilitasi dana hibah dari Pemerintah Daerah dan/atau Pusat, dalam upaya menjaga kelangsungan operasionalnya. Adapun metode yang diterapkan untuk memnuhi dokumen yuridis tersebut adalah dengan berdasar pada konsepsi yuridis sosiologis, yang teknisnya diterapkan dalam bentuk : 1) Pendidikan/Pelatihan, diarahkan pada pengurus sanggar agar paham hak dan kewajibannya, 2) Pendampingan, dilakukan terhadap pengurus sanggar ketika mengurus dokumen yuridis yang diperlukan, dan 3) Penyadaran, lebih ditekankan pada pengurus maupun anggota sanggar supaya menyadari keberadaannya sebagai organisasi sosial dan sebagai subyek hukum privat bahwa dirinya mempunyai hak-hak dasar yang harus dipenuhi sebagaimana amanah yang tersurat pada Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
URGENSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Anies Marsudiati Purbadiri
Muwazah Vol 3 No 2 (2011)
Publisher : UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28918/muwazah.v3i2.268

Abstract

Violence against women impede or negate the possibility of women to enjoy human rights and freedom are incompatible with the Constitution and Law no. 23 Year 2004 on the Elimination of Domestic Violence (PKDRT). According to Law no. 23 In 2004, the urgency of the legal protection of women are advocates for abused women with female victims of domestic violence pengananan from various parties in accordance with their areas of expertise and their respective disciplines, in this case the disciplines of law, medical and psychology
PEMENUHAN HAK KESEHATAN BALITA DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PELAKSANAAN POSYANDU KELILING DI KABUPTEN LUMAJANG ANIES MARSUDIATI PURBADIRI; TITIS SRIMURNI
COMMUNITY : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/community.v2i1.1220

Abstract

The fulfillment of the rights of children under five in the health sector, among others, is carried out through Posyandu activities, with a scheduled and planned implementation pattern, and refers to Law Number 36 of 2009 concerning Health and Law Number 25 of 2009 concerning Public Services. However, during the Covid-19 pandemic, activities that are usually carried out in a closed room were forced to undergo changes, namely requiring cadres to pick up the ball to the target object, so that toddlers do not lose their rights to support growth at their golden age as well as anticipate stunting. The aim is to examine juridically related to efforts to fulfill children's health rights, on the elements of compatibility of weight and height, nutritional adequacy, emotional stability, and so on, even though the situation has limitations. The method used to review the implementation of the Mobile Posyandu is through a legal approach (juridish approach) as a material for monitoring the accuracy of the program with policies determined by the Regional Government, and a case approach (case approach) as an evaluation material for the success of activities related to the intended final achievement. As a result, juridically, the implementation of the Mobile Posyandu is very much in accordance with the provisions of the Health Protocol, which does not require toddlers and pregnant women to meet face-to-face with many people, but monitoring their health, including the anticipation of stunting, is still carried out by cadres who move from house to house, so as to minimize the risk of stunting. Covid-19 transmission. Meanwhile, socially, the presence of cadres to the homes of children under five is clear evidence that health services for children under five are still a concern of the Regional Government in addition to being busy dealing with the pandemic. Thus, Mobile Posyandu can be a strategic alternative model in an effort to provide health services for toddlers, without deviating from the applicable laws and regulations. ABSTRAK Pemenuhan hak anak balita di bidang kesehatan, diantaranya dilakukan melalui kegiatan Posyandu, dengan pola pelaksanaan terjadwal dan terencana, dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Namun di masa pandemi Covid-19, kegiatan yang biasanya dilaksanakan dalam satu ruang tertutup terpaksa mengalami perubahan, yakni mengharuskan kader melakukan jemput bola terhadap obyek yang dituju, sehingga para balita tidak sampai kehilangan hak-haknya untuk menunjang pertumbuhan di usia emasnya sekaligus mengatisipasi terjadinya stunting. Tujuannya untuk mengkaji secara yuridis terkait upaya memenuhi hak kesehatan balita, pada unsur kesesuaian berat dan tinggi badan, kecukupan gizi, kestabilan emosi, dan sebagainya, meskipun situasinya ada keterbatasan. Metode yang digunakan untuk mengkaji pelaksanaan Posyandu Keliling adalah melalui pendekatan hukum (yuridish approacht) sebagai bahan monitoring ketepatan program dengan kebijakan yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah, dan pendekatan kasus (case approacht) sebagai bahan evaluasi terhadap keberhasilan kegiatan berkaitan dengan capaian akhir yang dituju. Hasilnya, secara yuridis pelaksanaan Posyandu Keliling sangat sesuai dengan ketentuan Protokol Kesehatan, yang tidak mengharuskan para balita dan ibu hamil bertatap muka dengan orang banyak, namun pemantauan kesehatannya termasuk antisipasi terjadinya stunting, tetap terlaksana oleh kader yang bergerak dari rumah ke rumah, sehingga dapat meminimalisir penularan Covid-19. Sedangkan secara sosial, kehadiran kader ke rumah para balita menjadi bukti nyata bahwa pelayanan kesehatan balita, tetap menjadi perhatian Pemerintah Daerah disamping kesibukannya mengatasi pandemi. Dengan demikian Posyandu Keliling bisa menjadi alternatif model yang strategis dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan bagi balita, tanpa menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.
URGENSI PAYUNG HUKUM BAGI SANGGAR SENI TARI DI KABUPATEN LUMAJANG Anies Marsudiati Purbadiri; Titis Srimurni
Jurnal Pengabdian Masyarakat IPTEKS Vol 1, No 2 (2015): JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT IPTEKS
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/pengabdian_iptek.v1i2.266

Abstract

Sanggar Tari “Nindya Laksita” dan Sanggar Tari “Ayu Langgeng” adalah dua dari beberapa sanggar yang diketahui beroperasi di Kabupaten Lumajang. Secara produksi keduanya telah memiliki beberapa karya tari hasil garapannya sendiri, yang seringkali ditampilkan atas permintaan Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang. Namun secara yuridis masing-masing masih mempunyai kekurangan payung hukum untuk dapatnya bertindak sebagai subyek hukum privat, oleh karenanya perlu segera dilengkapi berbagai dokumen legalitasnya dimaksud. Tujuan melengkapi dokumen yuridis tersebut antara lain agar Sanggar dapat memperoleh hak-hak dasarnya sbg subyek hukum, semisal mendapatkan pembinaan, perlindungan bahkan mendapatkan fasilitasi dana hibah dari Pemerintah Daerah dan/atau Pusat, dalam upaya menjaga kelangsungan operasionalnya. Adapun metode yang diterapkan untuk memnuhi dokumen yuridis tersebut adalah dengan berdasar pada konsepsi yuridis sosiologis, yang teknisnya diterapkan dalam bentuk : 1) Pendidikan/Pelatihan, diarahkan pada pengurus sanggar agar paham hak dan kewajibannya, 2) Pendampingan, dilakukan terhadap pengurus sanggar ketika mengurus dokumen yuridis yang diperlukan, dan 3) Penyadaran, lebih ditekankan pada pengurus maupun anggota sanggar supaya menyadari keberadaannya sebagai organisasi sosial dan sebagai subyek hukum privat bahwa dirinya mempunyai hak-hak dasar yang harus dipenuhi sebagaimana amanah yang tersurat pada Pasal 28 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pendidikan Politik bagi Pemilih Pemula sebagai Implementasi Hak Partisipasi Masyarakat berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik Kiswanto, Hadi Nur; Purbadiri, Anies Marsudiati; Na’imah, Na’imah; Sudjatmiko, Sudjatmiko
Jurnal Ar Ro'is Mandalika (Armada) Vol. 5 No. 2 (2025): JURNAL AR RO'IS MANDALIKA (ARMADA)
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59613/armada.v5i2.4865

Abstract

Pasal 1 angka 4 UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik menyebutkan bahwa Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggungjawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dikatakan pula, pendidikan politik merupakan sarana untuk menyampaikan berbagai informasi yang diperlukan oleh masyarakat, terutama masalah hak-hak politiknya. Kemudian Pasal 11 ayat (1) huruf a menyatakan bahwa Partai Politik berfungsi sebagai wahana melaksanakan pendidikan politik bagi anggota partai dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya, termasuk hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, karenanya sangat urgen untuk diajarkan kepada para calon pemilih pemula. Tujuannya agar para pemilih pemula dapat menempatkan dirinya untuk berpartisipasi secara bijak dan bertanggungjawab dalam kontestasi pemilihan umum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, yang berarti mengedepankan ketentuan perundang-undanganan sebagai sumber bahan hukum primer. Hasil pembahasannya bahwa pendidikan politik sangat tepat diajarkan kepada pemilih pemula dalam rangka menumbuhkan kesadaran terhadap hak dan kewajibannya di bidang politik serta memperluas wawasan berpikirnya sehingga mampu berperan aktif pada setiap proses pemilihan umum dengan menentukan pilihan organ politik atau tokoh yang sesuai dengan aspirasinya untuk turut membangun bangsa dan negara melalui pelaksanaan hak pilihnya. Bahwasanya memberikan pendidikan politik kepada pemilih pemula secara implisit menjadi ruang untuk memberikan kesempatan berpartisipasi dalam penentuan kebijakan yang hendak diperjuangkan melalui partai politik.
Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Kereta Api Dengan Tiket Reduksi Dalam Hal Terjadi Kecelakaan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Akmal Adyaksa; Anies Marsudiati Purbadiri; Na’imah; Sudjatmiko
Journal of Mandalika Literature Vol. 6 No. 3 (2025)
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jml.v6i3.4839

Abstract

Trains are one of the most popular modes of land transportation because they can accommodate many passengers in one trip, and the travel time is short because of their high speed. In Indonesia, train operations are managed by PT Kereta Api Indonesia (KAI) based on Law Number 23 of 2007 concerning Railways, including in terms of regulating the implementation of reduced tickets for certain groups, who are also entitled to legal protection when an accident occurs during the journey they are taking. The aim is to find out whether there is a difference in legal protection facilities between passengers with reduced tickets and normal tickets in the event of an accident during the journey. The research method is normative juridical, which means using railway laws and consumer protection laws as a means of review. The results of the study show that legal protection is provided equally even to passengers with reduced tickets, according to Article 132 paragraph (2) of the Railway Law, namely "Every passenger who has a ticket/ticket has the right to be transported by train". If during the transportation period an accident occurs due to train operations, PT KAI is responsible for replacing the losses suffered by passengers with a sum of money as compensation, the claim submission mechanism and amount of which are regulated according to the agreement between PT Asuransi Jasa Raharja and PT Jasaharja Putera with PT KAI and the Regulation of the Minister of Finance Number 37/PMK.010/008. Thus, it means that PT KAI has provided legal protection to its consumers without any discrimination.