Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Induksi Pembentukan Kalus pada BerbagaiTahapan Perkembangan Endosperma Jeruk Siam (Citrus Nobilis) M. Kosmiatin; A. Husni; A. Purwito
Zuriat Vol 23, No 2 (2012)
Publisher : Breeding Science Society of Indonesia (BSSI) / PERIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/zuriat.v23i2.6872

Abstract

Jeruk adalah salah satu buah yang konsumsinya tinggi. Hingga saat ini produktivitas jeruk di Indonesia terus menurun karena banyaknya alih fungsi areal pertanaman jeruk ke pertanaman komoditas lain yang lebih menguntungkan.  Alih fungsi ini terjadi karena kurang bersaingnya produksi jeruk local dengan jeruk impor. Kriteria jeruk yang bernilai tinggi di pasar global adalah jeruk dengan rasa manis-segar, warna menarik, mudah dikupas dan tan[a biji. Jeruk siam Indonesia sebenarnya sudah memiliki rasa dan warna yang baik tetapi hingga saat ini belum ada varietas jeruk siam tanpa biji. Salah satu pendekatan pembentukan jeruk tanpa biji adalah dengan mengkulturkan endosperma sehingga dapat beregenerasi membentuk tanaman dengan ploidi triploid. Tanaman dengan ploidi triploid tidak mampu membentuk biji yang fertile. Salah satu penentu keberhasilan kultur endosperma adalah tahapan perkembangan eksplan endosperma yang sudah dan masih memiliki kemampuan untuk berdiferensisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahapan perkembangan endosperma yang berespon baik untuk diinduksi regenerasinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian dilakukan dengan mengkulturkan jaringan endosperma yang diisolasi dari buah muda  pada formulasi media MS+BA3mg/l+Casein hidrolisat/ ekstrak malt dan penambahan biotin untuk memperkaya formulasi vitamin. Biakan dikulturkan dalam kondisi gelap dan terang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa endosperma dari buah 12 dan 13 minggu setelah antesis dapat diinduksi pembentukan kalusnya. Sampai saat ini penambahan ekstrak malt atau biotin lebih baik untuk menginduksi pembentukan kalus, sementara embrio somatic langsung terbentuk pada media dengan penambahan casein hidrolisat. Inkubasi pada kondisi gelap lebih menginduksi pembentukan kalus sementara embrio somatic langsung dapat terbentuk baik pada kondisi terang maupun gelap.
Transformasi Tanaman Tebu (cv. PSJT 94-41) dengan Gen Fitase Menggunakan Agrobacterium tumefaciens GV 2260 (pBinPI-IIEC) *] Susiyanti, ,; Wattimena, G. A.; Surahman, M.; Purwito, A.; Santosa, D. A.
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 35 No. 3 (2007): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.864 KB) | DOI: 10.24831/jai.v35i3.1333

Abstract

Phosphorus is a critical nutrient for the growth and development of sugarcane in the marginal land in Indonesia. P stored in plant  as phytic acid (myo-inositolhexakisphosphate).  The objective of the study was to increase activity  of phytases enzyme in sugarcanes (cv. PSJT 94-41) through phytase gene transformation. Detection of chimeric gene by PCR showed that the phytase gene was integrated into the genome of sugarcanes. Transformation caused some abnormality such as albino, discoloration, lack of chlorophyll in the particular spot of leaves.  Putative transgenic  plantlets expressed a  higher levels of phytase enzyme activity (38.1 %), whereas increase in P available in plant (19.5 %) and content of  chlorophyll (32.3 %).   Key words: Sugarcane, transformation, phytase,  Agrobacterium tumefaciens
The Micropropagation of Bananas Ernawati, A.; Rubbyanto, ,; Gunawan, L. W.; Purwito, A.; Sukmana, D.
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 28 No. 3 (2000): Buletin Agronomi
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1087.604 KB) | DOI: 10.24831/jai.v28i3.1560

Abstract

A study to obtain a method of rapid clonal propagation of bananas was done. The investigated cultivars were Pisang Mas (AA), Pisang Ambon Kuning (AAA), Pisang Barangan (AAA), and Pisang Rajabulu (AAB). The basal medium was MS, the treatment were IAA (0 - 4.5 mg/l) and BAP (0 - 10.5m g/l), and the explants were suckers from the field. The experiment was designed with Randomized complete design, and repeated in 10 bottles for each treatment. The result of experiment showed that IAA alone significantly induced shoot multiplication. The role of IAA could be replaced by BAP. Cultivars, IAA and BAP interacted each other to induce shoot multiplication. The best treatment to induce shoot multiplication was the combination of IAA and BAP, and the concentration depend on the cultivar. After 8 weeks, the highest number of axilar shoots (12.6 shoots/bottles)w as obtained by Pisang Ambon (AAA), followed by Pisang Mas (AA) 8.2 shoot/bottle, Pisang Barangan (AAA) 7.8 shoot/bottle, and Pisang Rajabulu (AAB) 7.6 shoot/bottle.   Key words: Banana, Micropropagation