Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Homology Modeling dan Molecular Docking Senyawa Aktif dari Bengkoang (Pachyrrhizus erosus) sebagai Inhibitor Tirosinase pada Homo sapiens ENDANG LUKITANINGSIH; ANNY A. MUSTIKAWATY; ARI SUDARMANTO
JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol 11 No 2 (2013): JIFI
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.53 KB)

Abstract

One mechanism of whitening agent is to inhibit the tyrosinase enzyme in melanogenesis process. However, since the human tyrosinase has not been determinated experimentally, therefore research on human tyrosinase can not be conducted. Homology modeling is one method that can be used to exhibit the three-dimensional structure of human tyrosinase. This model used to predict the interaction of bengkoang (Pachyrrhizus erosus) active compounds with the human tyrosinase enzyme by using a molecular docking approach (pose analysis). In addition, the strength of the bond between the ligand compounds and the site protein target can be predicted by analyzing the resulting score. Homology modeling was carried out using Amber99 method of software MOE 2009.10 and Bacillus megaterium (TyrBm) as a template. The model obtained was evaluated using Ramachandran plot analysis, z-score, and the plot energy ProSA. The best model used for molecular docking using the active site ligand, ALPHA PMI placement method, and affinity DG scoring of MOE 2009.10 software. The best model is the TyrHSM (MOE default alignment) with 96.7% residues are in allowed regions of the Ramachandran plot, has the least positive region, and has a z-score ratio> 1. The isolated compound 2-butoxy-2,5-bis (hydroxymethyl)-tetrahydrofurane-3,4-diol is predicted have the best affinity to human tyrosinase with a score -0.3598 kcal/mol.
Studi Perbandingan Disolusi In-Vitro Pada Formula Tablet Levofloksasin Immediate-Release Menggunakan Variasi Kadar Disintegran Sodium Starch Glycolate Shesanthi Citrariana; Endang Lukitaningsih; Akhmad Kharis Nugroho
Majalah Farmaseutik Vol 16, No 1 (2020)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.539 KB) | DOI: 10.22146/farmaseutik.v16i1.48941

Abstract

Levofloksasin merupakan antibiotik yang digunakan dalam terapi Community Acquired Pneumonia (CAP) dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia. Sodium starch glycolate (SSG) merupakan eksipien yang berfungsi sebagai disintegran. SSG direkomendasikan dalam formula tablet dengan konsentrasi 1-4% karena konsentrasi yang lebih tinggi dapat mengurangi kemampuan disintegrasinya. Kinetika pelepasan obat memiliki nilai yang sangat penting dalam pengembangan dan kontrol kualitas obat. Perubahan kualitatif dan kuantitatif eksipien dalam formula dapat mengubah kinetika pelepasan dan kinerja in-vivo. Peneliltian ini bertujuan untuk melakukan studi perbandingan kinetika pelepasan obat pada tablet levofloksasin yang diformulasikan menggunakan berbagai konsentrasi SSG. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa konsentrasi SSG 1,33-5,33% dalam formula tidak memberikan perbedaan model kinetika pelepasan obat. Hal ini terlihat dari nilai f1 (3,12-8,50) dan f2 (56,16-77,43) yang berada pada rentang kriteria. Tablet levofloksasin Immediate-release (IR) yang diformulasikan, mengikuti pemodelan First-Order kinetik dengan kriteria nilai R2_adj tertinggi, MSE dan AIC terkecil, serta MSC terbesar dibandingkan dengan model kinetika lainnya. Pemodelan menggunakan Korsmeyer-Peppas memperlihatkan bahwa mekanisme transport dari tablet levofloksasin mengikuti persamaan Fickian semu (n<0,5) sehingga menggambarkan pelepasan obat dari matriks non-swellable.