Pemerintah Indonesia memiliki mimpi ingin mempunyai satu bank syariah BUMN yang besar maka untuk mewujudkan mimpinya tersebut pemerintah bermaksud untuk melakukan penggabungan usaha tiga bank syariah milik BUMN menjadi satu bank syariah. Bank syariah BUMN yang digabung pemerintah adalah Bank Negara Indonesia syariah, Bank rakyat syariah dan bank mandiri syariah, dimana hasil penggabungan ketiga Bank BUMN syariah ini diberi nama Bank Syariah Indonesia. Penggabungan ini terlaksana sejak 1 februari 2021 silam. Maksud dan tujuan penggabungan ini adalah untuk memperoleh bank syariah yang memiliki aset besar sehingga dapat menjadi bank syariah yang terbesar yang dimiliki oleh indonesia. Akan tetapi peneliti menilai penggabungan ini menyiratkan tujuan lain dimana mengingat kembali peristiwa penggabungan bank konvensional pada tahun 1998 yang mana sekarang melahirkan Bank Mandiri. Penggabungan bank konvesional pada tahun 1998 merupakan penggabungan 4 bank konvensional dimana 3 bank konvensional memiliki kinerja jelek hanya satu bank konvensional yang memiliki kinerja baik yaitu bank EXIM . Jadi pendirian bank mandiri ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja 3 bank konvensional yang jelek, sehingga 3 bank itu digabungkan kedalam bank exim dan berganti nama dengan bank mandiri. Peneliti bermaksud untuk melihat ini, apakah penggabungan bank syariah BUMN menjadi bank syariah indonesia memang bertujuan untuk mendapatkan asset bank syariah yang besar atau juga dikarenakan 3 bank syariah BUMN ( BNIS, BRIS dan mandiri syariah ) sebelum bergabung memiliki kinerja keuangan yang jelek atau sebaliknya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul kinerja Bank Syariah Indonesia sebelum dan setelah penggabungan usaha. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan uji beda kinerja bank sebelum dan setelah penggabungan usaha dengan menggunakan rasio FDR, CAR, NPF,ROA dan BOPO. Hasil penelitiannya adalah terdapat perbedaan kinerja BSI sebelum dan setelah penggabungan usaha dimana indikator kinerja yang berbeda adalah BOPO,ROA,NPF dan DPK ( dana pihak ketiga ). Sedangkan indikator kinerja yang tidak berbada antara sebelum dan setelah merger Bsi adalah CAR dan FDR. Setelah Merger BOPO BSI menurun dari pada sebelum merger, sedangkan ROA setelah merger naik dari pada sebelum Merger. Setelah merger NPF BSI turun dari pada sebelum merger sedangkan DPK setelah merger juga niak dari pada sebelum merger. Kata Kunci : Kinerja Keuangan, Bank Syariah, Bank Konvensional, BRIS