Wa Ode Sitti Hapsah
Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK AKTIVITAS BURUH PEREMPUAN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. DAMAI JAYA LESTARI DI DESA LAMOIKO, KECAMATAN TANGGETADA, KABUPATEN KOLAKA Putri Wulan Apriani; Wa Ode Sitti Hapsah; La Ode Aris
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 2 No 2 (2018): Volume 2 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.801 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan aktivitas buruh perempuan di perkebunan kelapa sawit dan peran ganda perempuan yang bekerja diperkebunan kelapa sawit di Desa Lamoiko. Selanjutnya penelitian ini menggunakan teori Naomi Wolf (1997) tentang Peran perempuan di sektor publik dengan menggunakan metode etnografi dan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Aktivitas Buruh Perempuan di perkebunan kelapa sawit PT. Damai Jaya Lestari di Desa Lamoiko. Aktivitas tersebut meliputi pemisahan biji kelapa sawit dari tandannya (makette-kete/makette jajangan), menjunjung tandan sawit (melangsir manual), membabat rumput liar di sekitaran area kelapa sawit (rawat gawangan), penyemprotan gulma atau membasmi hama di sekitar pohon kelapa sawit. Semua akitivitas tersebut dikerjakan oleh pekerja perempuan, meskipun ada beberapa laki-laki namun pekerjaperempualah yang lebih dominan. (2) Peran ganda perempuan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit di Desa Lamoiko. Aktivitas buruh perempuan yang ada di perkebunan kelapa sawit, tidak melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga yang harus berperan ganda untuk mengurus pekerjaan dirumah. Buruh perempuan yang menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga yang baik, menjalankan pekerjaan domestik, seperti mencuci, memasak, menyetrika, memandikan anak dan lain sebagainya. Semua pekerjaan tersebut dilakukan dalam satu waktu.
MAKNA SIMBOLIK RITUAL KASAMPUNIKI NAPA Mirna Mirna; Wa Ode Sitti Hapsah; Abdul Jalil
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 2 (2020): Volume 4, Nomor 2, Juli - Desember 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.044 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i2.958

Abstract

Makna Simbolik Ritual Kasampuniki Napa pada Masyarakat Desa Lolibu, Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah”. Di bawah bimbingan Wa Ode Sitti Hafsah selaku pembimbing I dan Abdul Jalil selaku pembimbing II.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna sImbol yang digunakan dalam ritual kasampuniki napa pada masyarakat Desa Lolibu, Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah. Penelitian ini menggunakan Teori Simbolik (Victor Turner). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian lapangan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu: Pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Untuk menjawab permasalahan dilakukan analisis data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kulaitatif. Analisis data dilakukan sejak pengumpulan data sampai akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Lolibu menggunakan banyak simbol dalam ritual kasampuniki napa. Simbol-simbol tersebut dalam ritual kasampuniki napa salah satu hal yang penting adalah untuk memperingati keberhasilan masyarakat lokal dalam melawan bajak laut dari Suku Tobelo.
POFILEIGHOO (KAWIN LARI) PADA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT MUNA DI DESA LINDO, KECAMATAN WADAGA KABUPATEN MUNA BARAT Yasmi Agfar; Wa Ode Sitti Hapsah; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.046 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1113

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah proses kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? dan bagaimanakah simbol/tanda yang mengisyaratkan kawin lari (pofileighoo) pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pofileighoo pada adat perkawinan masyrakat muna di Desa Lindo dan untuk mengetahui symbol/tanda yang mengisaratkan pofileighoo pada adat perkawinan masyarakat Muna di Desa Lindo. Teori yang digunakan adalah teori kebudayaan dan simbol Clifford Greertz. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data melalui pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Proses pofileighoo (kawin lari) ada lima tahapan ; a). hukumu (penerimaan kedua calon mempelai) b). polele (untuk pemberitahuan kepada pihak perempuan) c)dengkoragho adhati (musyawarah adat) d) kafotangkano agama e).kakawi (akad nikah). (2). Adapun symbol atau tanda dalam adat perkawinan pofileighoo di Desa Lindo ada 6 tahapan diantarnya ; a) dogaa doangka foninto bhalano b) dogaa doangka nekalonga c) dogaa doangka weghabu d) dogaa doangka wekaa e) kafena (penghargaan) f) matano kenta.
KERAJINAN TRADISIONAL BERBAHAN PAKU HATA (NENTU) PADA MASYARAKAT MUNA (STUDI DI DESA KORIHI KECAMATAN LOHIA KABUPATEN MUNA Desi Anita; Wa Ode Sitti Hapsah
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.457 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1191

Abstract

Kerajinan anyaman dari Paku Hata (Nentu) adalah suatu kerajinan tangan yang berbentuk anyaman dengan bahan dasar batang tanaman merambat. Masyarakat Muna biasa menyebutnya dengan kata “Nentu”. Tanaman yang sifatnya merambat ini bisa dijumpai pada tempat yang disekelilingnya terdapat pohon rendah maupun tinggi yang bisa dijadikan wadah untuk melilitkan diri. Batang Nentu yang digunakan dalam membuat anyaman yaitu batang yang sudah tua.Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses pembuatan kerajinan, untuk menjelaskan strategi dalam mempertahankan kerajinan, dan mengetahui pemasaran hasil produk kerajinan tradisional berbahan Paku Hata (Nentu) pada masyarakat di Desa Korihi Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori sistem teknologi oleh Koentjaraningrat, Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara melalui pengamatan terlibat dan wawabcara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembuatan kerajinan tradisional berbahan Paku Hata (Nentu) terdapat tiga proses utama yaitu: (1) persiapan bahan baku, dalam persiapan bahan baku bagian yang paling utama yang harus disiapkan terlebih dahulu yaitu tenaga kerja, kemudian bahan baku dan alat pembuatan kerajinan. (2) pembuatan pola dasar, dalam pembuatannya dibutuhkan jari-jari tangan yang kuat sebagai tumpuan untuk memegang batang Rotan yang dililitkan batang Nentu. (3) kreativitas pengembangan bentuk anyaman, dalam membuat kreativitas dapat menghasilkan berbagai jenis perabotan tradisional seperti Talang Besar, Bosara, Talang Pengalas Gelas, Alas Piring , Dan Tempat Tisu. Adapun strategi masyarakat dalam mempertahankan kerajinan tradisional yaitu dengan menghadirkan instruktur ke kelompok pengrajin dan mengikuti event-event kerajinan. Dalam pemasarannya masyarakat membawa hasil kerajinannya di Kota Raha, Kendari, Dekranas Tingkat I, dan di Jakarta untuk diperjual belikan.
KOMODIFIKASI HODEA PADA ORANG KABAENA Ilhan Ilhan; Wa Ode Sitti Hapsah
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (730.881 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1275

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana terjadinya Komodifikasi mahar perkawinan pada masyarakat Kabaena Timur Kelurahan Lambale, pada tulisan ini pula mendeskripsikan adat perkawinan masyarakat Kabaena Timur Kelurahan Lambale yang telah mengalami Komodifikasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komodifikasi yang di kemukakan oleh Irwan Abdullah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif Kualitatif dengan melakukan beberapa tahapan yakni Observasi, wawancara, dokumentasi, dan pengamatan terlibat yang kemudian data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan metode etnografi. Adapun hasil penelitian ini menunjukan bahwa Komodifikasi telah terjadi pada adat mahar masyarakat Kabaena Timur Kelurahan Lambale karena tokoh-tokoh yang hadir pada pelaksanaan upacara perkawinan mendapatkan manfaat secara material. Manfaat dan keuntungan yang didapatkan melalui proses Komodifikasi mahar ini berupa sejumlah uang yang didapatkan oleh tokoh adat dan masyarakat yang hadir pada upacara perkawinan tersebut.
TRADISI TAHUNAN HEPATIRANGGA DALAM MENYAMBUT MALAM LAILATUL QADR PADA MASYARAKAT KELURAHAN WANDOKA SELATAN KECAMATAN WANGI-WANGI KABUPATEN WAKATOBI Wa Ode Kurniati Muallim; Wa Ode Sitti Hapsah
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6 Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1449

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan interpretasi pelaksanaan tradisi hepatirangga dalam menyambut malam lailatul qadr. Menggunakan teori simbol oleh Victor Turner dengan metode etnogfafi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi hepatirangga merupakan salah satu budaya ritual tahunan pada masyarakat Kelurahan Wandoka Selatan seperti mewarnai kuku dengan daun pacar yang telah dihaluskan dan sebagai bentuk ucapan syukur serta menghormati arwah nenek moyangnya dengan berkunjung ke pemakaman keluarga yang telah meninggal dunia karena bisa kembali merayakan malam lailatul qadr. Tradisi dilakukan tepat pada malam ke 27 sebagai salah satu cara untuk menyambut hari lebaran. Tradisi hepatirangga selain menjadi ajang pencarian jodoh juga dimaknai sebagai bentuk cerminan perilaku masyarakat untuk berpikir sebelum bertindak dalam melakukan sesuatu. Menurut kepercayaan masyarakat setempat daun patirangga tidak hannya digunakan untuk mewarnai kuku tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bentuk media dengan leluhur serta daun pacar sebagai pengobatan tahunan dalam hepatirangga.
TRADISI TAHUNAN HEPATIRANGGA DALAM MENYAMBUT MALAM LAILATUL QADR PADA MASYARAKAT KELURAHAN WANDOKA SELATAN KECAMATAN WANGI-WANGI KABUPATEN WAKATOBI Wa Ode Kurniati Muallim; Wa Ode Sitti Hapsah
JURNAL KABANTI: Kerabat Antropologi Vol 6 No 1 (2022): Volume 6, Nomor 1, Juni 2022
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/kabanti.v6i1.1449

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan interpretasi pelaksanaan tradisi hepatirangga dalam menyambut malam lailatul qadr. Menggunakan teori simbol oleh Victor Turner dengan metode etnogfafi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi hepatirangga merupakan salah satu budaya ritual tahunan pada masyarakat Kelurahan Wandoka Selatan seperti mewarnai kuku dengan daun pacar yang telah dihaluskan dan sebagai bentuk ucapan syukur serta menghormati arwah nenek moyangnya dengan berkunjung ke pemakaman keluarga yang telah meninggal dunia karena bisa kembali merayakan malam lailatul qadr. Tradisi dilakukan tepat pada malam ke 27 sebagai salah satu cara untuk menyambut hari lebaran. Tradisi hepatirangga selain menjadi ajang pencarian jodoh juga dimaknai sebagai bentuk cerminan perilaku masyarakat untuk berpikir sebelum bertindak dalam melakukan sesuatu. Menurut kepercayaan masyarakat setempat daun patirangga tidak hannya digunakan untuk mewarnai kuku tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bentuk media dengan leluhur serta daun pacar sebagai pengobatan tahunan dalam hepatirangga.