Claim Missing Document
Check
Articles

Diseminasi Teknologi Energi Terbarukan Berbasis Sampah Sayuran untuk Mendukung Desa Wisata Alam Desa Selo Boyolali Kuswaji Dwi Priyono; Kun Harismah; Qomarun Qomarun
WARTA LPM WARTA LPM, Vol. 23, No. 2, September 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v23i2.9727

Abstract

Program Produk Teknologi yang didiseminasikan kepada masyarakat di Desa Selo Boyolali bertujuan untuk mengimplementasikan riset unggulan tentang energi terbarukan dan rekayasa lingkungan yang mendukung pengembangan desa wisata alam. Desa Selo terletak di antara Gunung Merbabu dan Gunung Merapi yang merupakan kawasan wisata alam dengan pemandangan gunung di utara dan selatannya. Obyek wisata yang ditawarkan antara lain pendakian gunung, outbound, dan New Selo (Pos Pengamatan Gunung Merapi). Di Selo juga terdapat kesenian tradisional Topeng Ireng, Jathilan, Reog Ponorogo, Kethoprak, dan terkenal dengan hasil pertanian sayuran dan buah-buahan. Sampah sayuran dan buah-buahan berdampak negatif bagi lingkungan desa, menjadi berbau dan kotor yang akan mempengaruhi kunjungan wisatawan. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan teknologi untuk pengolahan sampah sayuran yang dapat menghasilkan biogas sebagai energi terbarukan dan dapat dikembangkan sebagai obyek wisata yang ramah lingkungan. Pada penerapannya di lapangan dilakukan model biogas 3in1, yaitu biogas berbahan dasar 3 jenis sekaligus, yaitu: sampah sayur, kotoran sapi dan kotoran manusia. Penggunaan metode pengelolaan limbah ini tidak hanya bersifat “penanganan” namun juga memiliki nilai guna/manfaat sebagai energi terbarukan dan limbah cair yang keluar dari digester dimanfaatkan sebagai pupuk organik tanaman sayuran dan pertanian lainnya. Teknologi ini dapat menurunkan padatan pencemar berkisar 75-90% dan berdampak positif pada lingkungan yang bersih dan tak berbau. Teknologi yang yang dihasilkan berupa gas metana (CH4 ) yang merupakan energi terbarukan dari hasil konsep recycle yang menguntungkan bagi masyarakat, karena selain limbahnya tertangani dengan baik, juga dapat dihasilkan sumber energi terbarukan.
CHALLENGING POTENCY OF JAYENGAN : NEW OPPORTUNITY FOR DEVELOPMENT OF SUSTAINABLE JEWELRY CREATIVE INDUSTRIAL KAMPUNG-BASED TOURISM IN SURAKARTA Winny Astuti; Qomarun Qomarun; Alpha Febela; Rufia Andisetyana Putri; Dyah Widi Astuti
Geoplanning: Journal of Geomatics and Planning Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/geoplanning.4.2.245-256

Abstract

Local-based tourism becomes one of economic development strategies of the area based on local potency. Sustainable tourism can be defined as ‘tourism, which takes into account of its current and future economic, social and environmental impacts’, addressing the demands of visitors, the environment, the industry and local communities as the host of development. KampungJayengan Surakarta is the traditional settlement located in the downtown, which spontaneously developed by Banjar Community, that arrived in Surakarta in 1746 as jewelry traders. Right now, the existence and the identity of Kampung Jayengan as Kampung of Jewelry has been lost its attraction, constrained by development of modern public facilities and services in the city center. This study analyzed the challenge faced by Kampung Jayengan to develop its potencies as Jewelry Industrial Kampung-based Tourism becoming a part of tourist destination in Surakarta as a creative city. The research type was predictive research by using mixed methods. Several analysis have been conducted from identification of the potencies of kampung. It consisted of analysis comformity of the area to the spatial structure general plan policy; analysis of demographic; analysis of economy, analysis of availability of public infrastructure; analysis of building and environment and analysis of land use suitability.  Results of analysis shows that the area has a great challenge for Jewelry Industrial Kampung-based Tourism development, which will have multiplier effect on increasing economic development of the area as well as economic development and welfare of the local community.
MODEL COMPLEMENT AND FOCUS DALAM PENANGANAN PASCA BENCANA TAHAP REHABILITASI (Studi Kasus pada Peristiwa Gempa Bumi di Klaten, 27 Mei 2006) Qomarun Qomarun
WARTA LPM WARTA Volume 10, Nomor 1, Maret 2007
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/warta.v10i1.3218

Abstract

The objective of this model is to cover the interest of both donorand acceptor of aid in the event of post disaster. The complement andfocus model is being developed in the fact of their condition which isalmost the same. Complement model is conducted by sharing power, whilefocus model is conducted by centralization of scope. To approach theobjective, the activities are conducted by design and build pattern. Afterwards,the try and errormodelshould be developed to coverboth thelackofliteratureand the speed of changing. In this case study,we found the newactivitywhich was called demolition programin handling post earthquakedisaster.The main activity of that programis destroyingand cleaningthebuilt environmentwhich is almost collapse. Actually,this activity isreallyhelpful for some people in the field, although we have yet to design.
IDENTIFIKASI ATRIBUT GREEN CITY DI KOTA SRAGEN (PENEKANAN PADA RTH JALUR HIJAU DAN JALUR BIRU) Rizqi Azhar Al Habib; Qomarun Qomarun
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 14, No 1: Januari 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1026.979 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v1i1.1133

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah adanya agenda kota hijau (green city) yang harusdipenuhi oleh kota-kota di Indonesia saat ini. Indonesia yang merupakan daerah tropis seharusnya lebih mudah memenuhi agenda kota hijau, tetapi fakta-fakta menunjukkanbahwa kota-kota besar di Jawa, seperti: Jakarta, Semarang, Bandung, Yogjakarta atauSurabaya belum dapat memenuhinya. Riset ini akan menggali wilayah yang lebih kecil,seperti wilayah perkotaan pada tingkat kabupaten, yaitu Kota Sragen. Metode penelitian dilakukan dengan model kualitatif-deskriptif, yaitu membandingkan antara kondisi faktual dengan regulasi atau referensi yang berkaitan. Saat ini sudah dikenal 8 atribut kota hijau, sedangkan pada riset ini hanya akan berfokus pada 1 atribut saja, yaitu pada aspek RTH (Ruang Terbuka Hijau). Objek RTH yang diteliti adalah pada kawasan yangpaling mudah dikenal, yaitu pada jalur hijau (kanan-kiri jalan) dan jalur biru (kanan-kirisungai). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pencapaian pada kawasan jalurhijau di Kota Sragen sudah mencerminkan atribut kota hijau (skor60), sedangkanuntuk kawasan jalur biru belum mampu mencerminkan atribut kota hijau (skor60).
Pengukuran Greenship Existing Building Version 1.1 pada Bangunan Rumah Rempah Karya Ali Syarif Mustofa; Qomarun Qomarun
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 17, No 1: Januari 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (891.445 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v17i1.10855

Abstract

Pemanasan global saat ini menjadi semakin parah dan memberikan dampak negatif terhadap bumi dan komponen di dalamnya. Perubahan kebiasaan manusia ternyata mampu mempengaruhi keberlangsungan kondisi bumi ini. Hal ini terbukti dengan perubahan gaya hidup yang ramah lingkungan membuat sistem kerja lingkungan membaik. Salah satu upaya dalam arsitektur guna menekan pemanasan global adalah dengan menerapkan sistem bangunan hijau pada suatu bangunan. Salah satu bangunan yang sedang berusaha untuk menerapkan sistem tersebut adalah Rumah Rempah Karya di Solo. Semula bangunan ini adalah gudang tempat penyimpanan material sisa-sisa proyek, lalu mengalami penambahan fungsi menjadi bangunan workshop material dan kantor dengan menggunakan material sisa dari proyek. Rumah Rempah Karya telah diklaim sebagai bangunan hijau, akan tetapi belum ada pembuktian dari klaim tersebut dan belum diketahui sejauh mana sistem bangunan hijau diterapkan di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh sistem bangunan hijau diterapkan di dalamnya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, wawancara, dan komparasi realita lapangan dengan tolok ukur Greenship Existing Building Version 1.1 dengan waktu penelitian selama 6 bulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan metode tersebut didapatkan hasil bahwa Rumah Rempah Karya mendapatkan peringkat silver dengan poin yang diperoleh sebanyak 53 poin. Rumah Rempah Karya belum dapat menghasilkan poin dalam kategori konservasi air. Perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengkonservasi air agar poin ini mendapat peringkat, sehingga penerapan sistem bangunan hijau dapat lebih terlaksana secara menyeluruh di dalamnya.
EKSPLORASI POTENSI FISIK KAWASAN PANTAI JOGAN, PANTAI NGLAMBOR DAN PANTAI SIUNG SEBAGAI KAWASAN WISATA PANTAI Tendi Eko Saputro; Qomarun Qomarun
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 13, No 1: Januari 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1305.346 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v13i1.638

Abstract

Latar belakang penelitian ini adalah untuk mencari wahana baru wisata pantai di wilayah Yogyakarta yang telah ditetapkan sebagai wilayah KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Tujuan utama riset ini adalah untuk menggali potensi dan kelayakan investasi objek wisata pantai yang baru, yaitu pada Pantai Jogan, Pantai Nglambor dan Pantai Siung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan model pendekatan SWOT (Strength Weakness Opportunity Threat). Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan, wawancara dan kajian pustaka. Analisis ETOP (Element Threat Opportunity Profile) dan SAP (Strategic Advantage Profile) dilakukan untuk memecahkan permasalahannya. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa ketiga pantai itu mempunyai potensi yang berbeda-beda dan layak untuk dikembangkan menjadi wahana wisata pantai baru di Yogyakarta. Penelitian ini akhirnya merekomendasikan untuk dilakukan tahap penyusunan konsep dan desain arsitektur kawasan pantai. Pantai Jogan mempunyai karakter yang unik, yaitu adanya aliran air yang mengalir dari tebing karang yang langsung jatuh ke bibir pantai, sehingga sering disebut sebagai pantai air terjun. Pantai Nglambor mempunyai pemandangan yang sangat indah, yaitu adanya hamparan pasir putih, pulau karang dan keragaman ikan hias. Sementara itu, Pantai Siung memnpunyai batuan karang yang unik, tebing yang tinggi dan hamparan pasir putih yang luas, sehingga sering disebut sebagai pantai petualang.
IDENTIFIKASI LANSEKAP ELEMEN SOFTSCAPE DAN HARDSCAPE PADA TAMAN BALEKAMBANG SOLO Endang Wahyuni; Qomarun Qomarun
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 13, No 2: Juli 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.466 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v13i2.755

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ketepatan pemilihan dan penataan lansekap pada Taman Balekambang, Solo. Studi difokuskan pada elemen softscape dan hardscape di taman yang mempunyai luas sekitar 9,8 hektar itu. Aspek yang dikaji meliputi fungsi dan perannya dalam kaitannya dengan RTH (Ruang Terbuka Hijau). Penelitian menggunakan paradigma rasionalistik, dengan metode deskriptif-komparatif, yaitu dengan membandingkan antara kondisi faktual dengan regulasi atau referensi yang berkaitan. Selain narasi, pembahasan juga disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen softscape di Taman Balekambang secara garis besar mampu memenuhi kategori RTH. Namun demikian, untuk elemenhardscapenya, Taman Balekambang belum memenuhi standar  kelengkapan yang dibutuhkan. Elemen softscape diketemukan kurang lebih 84 jenis tanaman, yang hampir semua sudah memenuhi syarat standar pemilihan tanaman. Keragaman karakter pohon ditemukan dalam bentuk tajuk indah (16,7%), semak berdaun indah (16,7%), pohon berbuah (35,7%), pohon beraroma (2,4%), pohon berbunga indah (5,6%), pohon berdaun indah (38,1%), peneduh (32,2%), perdu bunga indah (2,4%), rambat (2,4%) dan semak berbunga indah (5,6%). Selanjutnya, rekomendasi dari riset ini adalah pada upaya-upaya terkait pemeliharaan elemen softscape dan penyempurnaan elemen hardscape.
Pengaruh Kondisi Jalur Pedestrian dan Street Furniture Di Jalan Malioboro Terhadap Kenyamanan Ruang Publik Muhammad Nashif Saifuddin; Qomarun Qomarun
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 16, No 1: Januari 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1850.991 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v16i1.10466

Abstract

Kawasan Malioboro merupakan salah satu ikon kota Yogyakarta. Malioboro menjadi salah satu destinasi favorit untuk berwisata di kota tersebut. Kawasan ini merupakan pertokoan yang melintang di sepanjang jalan Malioboro. Hampir setiap tahunnya selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini membuat jalan Malioboro menjadi zona yang sangat padat. Jalur pedestrian dan street furniture menjadi sangat vital bagi kenyamanan dalam beraktivitas di ruang publik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi dan street furniture dengan tingkat kenyamanan ruang publik yang dirasakanoleh pengguna. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif, dengan cara melakukan observasi fisik lalu memvalidasi hasil temuan observasi fisik dengan pendapat dari pengguna yang diperoleh dari hasil penyebaran 90 kuisioner tentang kondisi dari jalur pedestrian dan street furniture yang berpengaruh terhadap kenyamanan ruang publik. Hasil penelitian menyimpulkan dari 90 sampel  responden pengguna jalan menyatakan bahwa kondisi jalur pedestrian dan street furniture memperoleh predikat baik dengan skor 2,59 (skala 4). Skor terendah dari sisi kelancaran jalur pedestrian dan skor tertinggi dari aspek estetika. Hasil final menunjukkan bahwa 81 % responden menyatakan bahwa Jalan Malioboro telah memenuhi kenyamanan ruang publik, baik kondisi jalur pedestrian maupun street furniture.
INOVASI PERANCANGAN KOTA Qomarun Qomarun
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 2, No 2 (2006): September
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2382.676 KB) | DOI: 10.21831/inersia.v2i2.8309

Abstract

ABSTRACTThe crowded phenomenon is made in most of the city now. Thecities sustainable grow and develop to be metropolitan, and just,megapolitan. It makes the farm field change to be houses, buildings,roads and other public facilities of the city. Such of that growth will affectthe land can't be returned to be farm field (irreversible process). It is themost easy to grow the city horizontally, but the land have its limitedness.This paper explores some city development, especially on the basis ofland limitation. It is the responsibility of architectural realm on the, increasing of environment qualitiesKey words: crowded, irreversible, land, model
Evaluasi Kriteria Green Construction pada Proyek Konstruksi Gedung (Studi Kasus: Revitalisasi Eks Pabrik Gula X di Karanganyar) Mochamad Solikin; Q Qomarun; Oki Bagus Wicakssono
Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri 2021: Prosiding Simposium Nasional Rekayasa Aplikasi Perancangan dan Industri
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.985 KB)

Abstract

Konstruksi merupakan salah satu sumber kerusakan lingkungan. Salah satu upaya mengurangi dampak lingkungan akibat kegiatan konstruksi adalah dengan konsep green construction. Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proyek menerapkan green construction, pengaruh biaya dan manfaat yang diperoleh dari konsep green construction, serta mengetahui bagaimana keuntungan yang diperoleh dalam menerapkan konsep green construction. Menggunakan teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung, wawancara, dan dokumentasi. Evaluasi green construction dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian Model Assessment Wulfram I. Ervianto Versi 1.2 – tahun 2015 (1). Hasil penilaian mendapatkan nilai 14,95 dari 21,92 atau 68,20 %. Green construction tidak menambah biaya pelaksanaan pada kontrak kerja proyek design and build tetapi memberikan manfaat yang baik bagi pengurangan dampak lingkungan akibat kegiatan konstruksi dan lebih hemat untuk diterapkan pada proyek konstruksi gedung.