Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

POSDAYA BERBASIS PESANTREN: PELATIHAN MANAJEMEN MADRASAH DAN PENGELOLAAN KELAS DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN “HASAN MUNADI POHSAWIT” PONOROGO Ahmad Natsir; Hawwin Muzakki; Muchlis Daroini
InEJ: Indonesian Engagement Journal Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.96 KB) | DOI: 10.21154/inej.v1i2.2329

Abstract

Pesantren Hasan Munadi yang terletak di desa Karangan, Badegan, Ponorogo sedari awal memang didirikan untuk mencetak kader-kader muslim yang menghafalkan Alquran. Seiring dengan perkembangan pendidikan Pesantren Hasan Munadi mulai mendirikan yayasan dengan nama yang sama kemudian melebarkan sayapnya kepada pendidikan formal. Mulai dari taman kanak-kanak, madrasah ibtidaiyyah, madrasah tsanawiyyah, hingga madrasah aliyah. Namun, amat disayangkan, pengembangan kepada pendidikan formal ini sedikit melupakan ‘fitrah’ awal berdirinya pesantren. Hal ini dikarenakan kesulitan yang dialami para guru dalam implementasi kurikulum hafalan Alquran dan sumber daya manusia yang khusus berkecimpung dalam hafalan Alquran masih sedikit. Berangkat dari aset para alumni pesantren sekaligus para guru yang berbekal kemampuan baca Alquran yang mumpuni pelatihan manajemen madrasah dan pengelolaan kelas di pondok pesantren tahfidzul quran ini layak untuk dilaksanakan. Pasca pelatihan tersebtu dilaksanakan, antusiasme para guru dan para pimpinan luar biasa. Tidak ada kursi kosong, sekaligus mereka dengan semangat mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Hasil evaluasi menunjukkan kemampuan para peserta meningkat. Dan, tentu akan diperlukan evaluasi dan pendampingan yang menyeluruh secara berkelanjutan kemudian hari.
ANALISIS WACANA SAWO SEBAGAI SIMBOL PERJUANGAN SECARA KULTURAL DI NAHDLATUL ULAMA Muchlis Daroini
Proceeding of Conference on Strengthening Islamic Studies in The Digital Era Vol 1 No 1 (2021): Proceeding of Conference on Strengthening Islamic Studies in The Digital Era
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.96 KB)

Abstract

Dalam tradisi Jawa bahasa tidak semata dimaknasi sebagai bentuk ungkapan perasaan, tapi banyak mengandung nilai-nilai filosofis yang penuh makna dan pesan secara filosofis. Tradisi reflekstif- filosofis inilah yang menjadikan masyarakat Jawa banyak melahirkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai luhur secara kultural di masayarakat. Tak terkecuali adalah kelompok masyarakat NU yang akar kulturalnya Jawa, karena memang NU dilahirkan di tanah Jawa, sehingga tradisi-tradisi lokal Jawa yang berakulturasi dengan nilai-nilai Islam menjadi bagian integral yang tidak terpisahkan dari masyarakat NU khususnya di Jawa. Diantara pesan simbolik tersebut adalah Sawo. Dalam tubuh NU secara historis sawo diyakini sebagai sebuah pesan dari Pangeran Diponegoro kepada pasukannya yang berpencar setelah tertangkap oleh Belanda. Pesan perubahan strategi perjuangan dakwah dari fisik menuju kultural. Dengan menggunakan analisis semiotika penelitian ini berusaha mengungkap makna-makna dan posisi makna dalam pergerakan kultural NU sekaligus mengungkap realitas pergerakan yang didasarkan pada makna sawo, baik nilai, kultural dan struktur masyarakat serta kaitanya dengan Islam yang menjadi nilai dasar NU.
MOTIF PENGGUNAAN INSTAGRAM @BARIKA BOUTIQUE SEBAGAI MEDIA PROMOSI Nur Azizah Istiqomah; Muchlis Daroini
Proceeding of Conference on Strengthening Islamic Studies in The Digital Era Vol 2 No 1 (2022): Proceeding of The 2nd Conference on Strengthening Islamic Studies in the Digital
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.597 KB)

Abstract

Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta tentang toko Barika Boutique yang menggunakan media sosial instagram dalam mempromosikan produknya dan telah terbukti meningkatkan omzet penjualanya setiap tahun. Sementara itu secara teoritis, berbagai motif yang mendorong Barika Boutique menggunakan media sosial Instagram untuk memenuhi kebutuhanya sebagai media promosi secara tepat sehingga dapat mempromosikan produknya pada konsumen sangat penting karena berkaitan dengan kepuasan yaitu omzet yang meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menggali: Motif-motif yang mendorong Barika Boutique menggunakan Instagram @Barika Boutique sebagai media promosi. Penggunaan Instagram sebagai media promosi pada akun @Barika Boutique. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu menggali motif penggunaan Instagram @Barika Boutique sebagai media promosi. Analisis data yang digunakan yaitu analisis data interaktif, yang meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan: beberapa motif yang mendorong Barika Boutique menggunakan Instagram sebagai media promosi yaitu motif informatif, motif pendidikan, dan motif hiburan, dan motif ekonomi, serta 4 alasan manusia menggunakan media yaitu motif untuk pengalihan, hubungan pribadi, identitas pribadi dan monitoring. Penggunaan instagram sebagai media promosi yang dilakukan oleh Barika Boutique yaitu melalui penggunaan beberapa fitur utama dari instagram seperti upload foto video pada feed Instagram, instastory, reels, highlight, direct message.
PENGAJARAN ILMU MARTABAT TUJUH DALAM KITAB ‘TOPAH’ MELALUI TRADISI TUTUR PADA MASYARAKAT JAWA Muchlis Daroini
Proceeding of Conference on Strengthening Islamic Studies in The Digital Era Vol 2 No 1 (2022): Proceeding of The 2nd Conference on Strengthening Islamic Studies in the Digital
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.56 KB)

Abstract

Penyebaran Islam di Nusantara menemukan momentum yang landai dan menyejukkan ketika bersinggungan dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran local yang sudah ada. Khususnya di Jawa pertemuan ajaran Islam melalui diskursus tasawwuf terutama tasawwuf falsafi yang dibawa oleh para ulama sufi di Aceh. Meski demikian, sebagaimana para penganut ajaran Ibnu Arabi tentang wahdatul wujud kehadiran tasawwuf terutama dokrin wahdatul wujud menjadi kontroversi di tengah menguatnya kajian fiqh dan tasawwuf amali. Penolakan kelompok fiqh atau syariah terhadap doktrin wahdatul wujud yang di dalamnya termasuk ajaran Martabat tujuh yang ditulis oleh Syeikh Fadhlullah Burhanfuri dengan kitab Tuhfatul Mursalah Ila ruuhinnabi, semakin menjadikan tasawwuf menjadi satu ajaran yang tersembunyi. Selain tersembunyi tasawwuf kemudian mengakulturasi dengan satu ajaran local yang secara prinsip ajaran-ajaran tersebut terdapat kesamaan. Diantaranya adalah ajaran-ajarn Kejawen yang terlebih dahulu ada di Jawa. Pengaruh-pengaruh tasawwuf dalam Kejawen semakin membaurkan idiom-idiom bahasa keislaman yang Arabian. Diantaranya adalah Kitab Topah yang dianggap kitab rahasia yang tidak berwujud, atau kitab sir, yang sesungguhnya adalah Kitab Tuhfatul Mursalah ila Ruhinnaby yang mengajarkan konsep tajalli Tuhan dalam martabat tujuh.
Akulturasi Musik Gembrung Sebagai Media Komunikasi Islam Muchlis Daroini; Kayyis Fithri Ajhuri
Academic Journal of Da'wa and Communication Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/ajdc.v3i2.5601

Abstract

Gembrung music is a traditional Islamic art that has developed a lot in Java. Its existence indicates a da'wah process in order to convey the messages of Islamic teachings in Java. The intersection of Muslim and Javanese groups creates a form of cultural acculturation, each of which represents two acculturated cultures. By using a qualitative methodology, the research focus is on literature and gembrung in Java, the aim of this study is to find the process of acculturation of the traditional Gembrung musical instrument. Where in Gembrung art it is found as a communication tool in preaching as well as a process of acculturation of music. Among them, several elements of gembrung music adopted Javanese music, including kenong and gong which were replaced with tambourines, which are musical instruments made of wood and goat skin. In addition to the form of abolition or omission, there is also musical pluralism, where one musical instrument can be accepted by another group but still places one musical instrument that represents each acculturation group. Among those that must still be included are drums as a representation of Java, and also tambourines as a representation of Islam-Arabism. What's interesting is that each musical instrument which is a cultural representation becomes the central determinant of other musical elements. The acculturation of this musical element has led to cultural acceptance by the Javanese people of the Gembrung art. Likewise, there is acceptance of Muslim groups as a representation of Islamic music.
Akulturasi Musik Gembrung Sebagai Media Komunikasi Islam Muchlis Daroini; Kayyis Fithri Ajhuri
Academic Journal of Da'wa and Communication Vol. 3 No. 2 (2022)
Publisher : UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/ajdc.v3i2.5601

Abstract

Gembrung music is a traditional Islamic art that has developed a lot in Java. Its existence indicates a da'wah process in order to convey the messages of Islamic teachings in Java. The intersection of Muslim and Javanese groups creates a form of cultural acculturation, each of which represents two acculturated cultures. By using a qualitative methodology, the research focus is on literature and gembrung in Java, the aim of this study is to find the process of acculturation of the traditional Gembrung musical instrument. Where in Gembrung art it is found as a communication tool in preaching as well as a process of acculturation of music. Among them, several elements of gembrung music adopted Javanese music, including kenong and gong which were replaced with tambourines, which are musical instruments made of wood and goat skin. In addition to the form of abolition or omission, there is also musical pluralism, where one musical instrument can be accepted by another group but still places one musical instrument that represents each acculturation group. Among those that must still be included are drums as a representation of Java, and also tambourines as a representation of Islam-Arabism. What's interesting is that each musical instrument which is a cultural representation becomes the central determinant of other musical elements. The acculturation of this musical element has led to cultural acceptance by the Javanese people of the Gembrung art. Likewise, there is acceptance of Muslim groups as a representation of Islamic music.
Analysis of Cultural Tourism Development, Accessibility, and Community Involvement on the Attractiveness of Tourism Destinations in Bali Ni Desak Made Santi Diwyarthi; Rahmi Setiawati; I Wayan Adi Pratama; Darmawan Listya Cahya; Muchlis Daroini
West Science Interdisciplinary Studies Vol. 2 No. 11 (2024): West Science Interdisciplinary Studies
Publisher : Westscience Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58812/wsis.v2i11.1447

Abstract

This study investigates the influence of cultural tourism development, accessibility, and community involvement on the attractiveness of tourism destinations in Bali. Employing a quantitative approach, data were collected from 210 respondents using a structured questionnaire with a Likert scale ranging from 1 to 5. The data were analyzed using Structural Equation Modeling-Partial Least Squares (SEM-PLS 3). The results reveal that accessibility has the strongest positive effect on attractiveness, followed by community involvement and cultural tourism development. These findings underscore the importance of integrating infrastructure development, active community participation, and cultural preservation to enhance Bali's appeal as a global tourist destination. The study provides actionable insights for policymakers and tourism stakeholders to promote sustainable and inclusive tourism development.