Herry Susanto
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

RESPON DELAPAN JENIS GULMA INDIKATOR TERHADAP PEMBERIAN CAIRAN FERMENTASI PULP KAKAO Aris Faisal Pratama; Herry Susanto; Dad R. J. Sembodo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.843 KB) | DOI: 10.23960/jat.v1i1.1919

Abstract

Cairan fermentasi pulp kakao merupakan salah satu hasil sampingan dari pengelolaan kakao, yang masih belum termanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hasil uji awal yang dilakukan, cairan fermentasi pulp kakao memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bioherbisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya racun yang terkandung dalam cairan fermentasi pulp kakao dan jenis gulma yang dapat teracuni. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dari Febuari sampai Juli 2012. Perlakuan disusun secara faktorial (2 x 8) dalam rancangan strip plot dengan tiga ulangan. Faktor pertama fermentasi pulp kakao dan faktor kedua delapan jenis gulma indikator. Data yang didapat dianalisis ragam dan apabila terdapat perbedaan nilai tengah perlakuan, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan cairan fermentasi pulp kakao memiliki kandungan asam organik yang dapat meracuni delapan jenis gulma indikator. Persentase keracunan gulma golongan rumput 83 %, daun lebar 41 %, dan teki 33 %. Gulma golongan rumput memiliki persentase keracunan paling tinggi, sedangkan golongan teki persentase keracunannya paling rendah. Bobot kering brangkasan delapan gulma indikator, baik diaplikasi cairan fermentasi pulp kakao maupun yang tidak diaplikasi, tidak terjadi perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan zat yang terdapat dalam cairan fermentasi pulp kakao dapat meracuni gulma, tetapi tidak dapat menekan dan mengendalikan pertumbuhan gulma.
RESPONS GULMA TERHADAP LAMA FERMENTASI CAIRAN PULP KAKAO SEBAGAI BIOHERBISIDA Dwi Apri Kusnendar; Dad R.J. Sembodo; Herry Susanto
Jurnal Agrotek Tropika Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.539 KB) | DOI: 10.23960/jat.v1i2.2019

Abstract

Cairan fermentasi pulp kakao merupakan limbah yang belum banyak dimanfaatkan. Kandungan asam organik yang terdapat pada cairan fermentasi membuat limbah tersebut berpotensi sebagai bioherbisida pascatumbuh. Berdasarkan hasil uji awal limbah ini dapat meracuni dengan munculnya klorosis pada gulma.  Penelitian bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh lama fermentasi cairan buah kakao terhadap tingkat keracunan pada gulma; (2) pengaruh beberapa jenis gulma terhadap tingkat keracunan; dan (3) pengaruh interaksi antara lama fermentasi dan jenis gulma terhadap tingkat keracunan gulma. Aplikasi pulp kakao dilakukan secara pascatumbuh, perlakuan disusun secara faktorial (10 x 7).  Faktor pertama adalah lama fermentasi pulp kakao (F) yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 minggu dan kontrol (tanpa diaplikasi)) sebagai pembanding. Faktor kedua adalah 7 jenis gulma (G) yaitu Mimosa invisa; Borreria latifolia; Richardia brasiliensis; Asystasia gangetica; Setaria plicata; Axonopus compressus; Cyperus kyllingia.  Percobaan dilakukan dengan Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design). Data dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Carian pulp kakao yang difermentasi selama 4 sampai 5 minggu dapat meracuni gulma paling tinggi. (2) Cairan fermentasi pulp kakao yang diaplikasikan secara langsung ke gulma sangat efektif dalam meracuni gulma M. pudica, B. latifolia, R. brasiliencis, A. gangetica, dan A. compressus, sedangkan Setaria plicata dan Cyperus kyllingia tahan terhadap aplikasi cairan pulp kakao yang di fermentasi; (3) Ada pengaruh interaksi antara lama fermentasi dan jenis gulma dalam mempengaruhi persentase keracunan.
EFIKASI HERBISIDA METIL METSULFURON UNTUK MENGENDALIKAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) MENGHASILKAN Virgio Koriyando; Herry Susanto; Sugiatno Sugiatno; Hidayat Pujisiswanto
Jurnal Agrotek Tropika Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.051 KB) | DOI: 10.23960/jat.v2i3.2049

Abstract

Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit adalah faktor lingkungan terutama masalah keberadaan gulma yang dapat menekan pertumbuhan dan hasil. Aplikasi herbisida merupakan pengendalian gulma secara kimiawi dan herbisida metil metsulfuron berpotensi efektif mengendalikan gulma pada piringan tanaman kelapa sawit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh herbisida metil metsulfuron terhadap gulma total dan gulma dominanpada lahan tanaman kelapa sawit menghasilkan, dosis herbisida metil metsulfuron yang efektif untuk mengendalikan gulma total dan gulma dominan pada lahan tanaman kelapa sawit menghasilkan, dan perubahan komunitas gulma akibat perlakuan herbisida metil metsulfuron pada lahan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit di Desa Mujimulyo, Natar, Lampung Selatan dan di Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar lampung. Penelitian menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna (RKTS) yang terdiri atas 7 perlakuan yaitudosis metil metsulfuron 15,75, 21,00, 26,25, dan 31,50 g ha -1 , metil metsulfuron pembanding (20,00 g ha -1 ), penyianganmekanis, dan tanpa pengendalian (kontrol). Penelitian diulang 4 kali dan setiap satuan percobaan terdiri atas 3 piringantanaman kelapa sawit. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas data diuji dengan uji Tukey. Data dianalisisragam dan perbedaan nilai tengah diuji dengan Uji BNT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasiherbisida metil metsulfuron dosis 15,75 – 31,50 g ha -1 efektif mengendalikan gulma total pada 4, 8, dan 12 MSA. Herbisida metilmetsulfuron dosis 15,75 – 31,50 g ha -1 efektif mengendalikan Ageratum conyzoides dan Synedrella nodiflora pada 8 dan 12MSA, Axonopus compressus pada 12 MSA, dan Cyperus kyllingia pada 8 MSA dan terjadi perubahan komunitas gulmaakibat aplikasi herbisida metil metsulfuron.
EFIKASI HERBISIDA 2,4-D TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN PADI SAWAH (Oryza Sativa L.) Waskita Apriadi; Dad R. J. Sembodo; Herry Susanto
Jurnal Agrotek Tropika Vol 1, No 3 (2013)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.605 KB) | DOI: 10.23960/jat.v1i3.2040

Abstract

Pengendalian gulma dengan herbisida dipilih karena memiliki keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan cara pengendalian lain. Pengendalian gulma dilaksanakan sebab gulma dapat menurunkan hasil padi hingga 87%. Penelitiandilakukan bertujuanmengetahui: (1) efikasi herbisida 2,4-D terhadap pertumbuhan gulma pada budidaya tanaman padi sawah; (2)terjadinyaperubahan komposisi jenis gulma pada lahan budidaya padi sawah setelah aplikasi herbisida 2,4-D; dan (3) pengaruh herbisida 2,4-D terhadap tanaman padi sawah. Penelitian dilaksanakan di desa Tempuran kecamatan Trimurjo, kabupaten Lampung Tengah dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas Lampung dari bulan Februari sampai Mei 2012. Perlakuan yang diuji yaitu 2,4-D 0,649 kg ha-1(0,75 l ha-1), 2,4-D 0,865kg ha-1(1,00 l ha-1), 2,4-D 1,081 kg ha-1 (1,25 l ha-1), 2,4-D 1,297 kg ha1 (1,50 l ha-1), Metil metsulfuron 0,004 kg ha-1(20g ha-1),penyiangan mekanis, dan kontrol. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 ulangan. Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada α =0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) herbisida 2,4-D pada semua taraf dosis yang diuji mampu menekan bobot kering gulma total, bobot kering gulma daun lebar dan teki, tetapi tidak mampu menekan bobot kering gulma rumput pada 3 dan 6 MSA; (2) Terjadi perubahan komposisi gulma akibat aplikasi herbisida yang ditunjukkan dengan jenis dan peringkat dominansi gulma yang tumbuh berbeda pada setiap perlakuan yang dibandingkan dengankontrol (tanpa pengendalian) pada 3 dan 6 MSA; dan (3) Herbisida 2,4-D tidak meracuni dan tidak menekan pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah.