Ibu bekerja menghadapi risiko kurangnya kelekatan dengan anak. Komunikasi yang berlangsung secara positif antara ibu bekerja dengan anak dapat menjadi faktor yang membantu membangun kelekatan dan hubungan yang berkualitas. Hasil studi sebelumnya menunjukkan hanya sebagian kecil ibu bekerja yang merasa puas dengan aktivitas pengasuhan yang dilakukan pada anak dengan kondisi tekanan pekerjaan dan keterbatasan waktu bersama anak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengkaji komunikasi pengasuhan anak yang dilakukan ibu bekerja. Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data wawancara mendalam dengan skala semi terstruktur pada enam ibu bekerja dalam beragam bidang pekerjaan. Hasil riset menunjukkan ibu bekerja memberi kompensasi ketidakhadiran dengan berupaya mengembangkan empati atas anak, mendengarkan anak, membangun percakapan intensif dan aktivitas kebersamaan dengan anak dalam keseharian. Ibu bekerja berupaya memanfaatkan waktu untuk memenuhi kebutuhan untuk hadir, mendengarkan dan memahami keluh kesah anak. Empati mendorong ibu bekerja memandang sesuatu dari perspektif dan perasaan anak, sehingga memudahkan pemahaman atas perilaku anak. Interaksi harian yang berpola antara ibu bekerja dengan anak menjadi komunikasi ritual yang mengembangkan hubungan. Namun di sisi lain kelelahan akibat pekerjaan membuat ibu terkadang bersikap emosional dan melakukan kekerasan terhadap anak berupa pengabaian, berkomunikasi secara kasar bahkan menggunakan kekerasan fisik. Limitasi penelitian ini adalah berfokus pada bentuk komunikasi ibu bekerja pada anak, tanpa bermaksud mengabaikan peran ayah dalam pengasuhan anak.