Adventy Riang Bevy Gulo
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

INTEGRATING DAN OBLIGING SEBAGAI GAYA MANAJEMEN KONFLIK DALAM MENGURANGI STRES KERJA PERAWAT PELAKSANA Adventy Riang Bevy Gulo; Erwin Silitonga; Masri Saragih
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 11, No 2 (2020): JURNAL ILMU KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
Publisher : Universitas Muhammadiyah Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26751/jikk.v11i2.848

Abstract

Abstrak Organisasi profesi yang berperan besar dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit adalah keperawatan yang juga berpotensi mengalami konflik. Konflik mengakibatkan kerugian diantaranya stres kerja pada perawat pelaksana. Manajemen konflik merupakan prioritas utama kepala ruangan untuk mengatasi hal tersebut. Untuk mengidentifikasi pengaruh gaya manajemen konflik integrating dan obliging dalam mengurangi stres kerja perawat pelaksana. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah perawat pelaksana di RS Imelda Pekerja Indonesia dan RS Martha Friska dimana teknik pengambilan sampel adalah simple random sampling. Jumlah responden sebanyak 105 orang perawat pelaksana. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang dianalisis secara bivariat dengan menggunakan program komputer. Hasil penelitian: 1) terdapat pengaruh gaya manajemen konflik integrating terhadap stres kerja perawat pelaksana (p = <0,001;PR=1,28 95%CI 1,174-1,402), dan 2) terdapat pengaruh gaya manajemen konflik obliging terhadap stress kerja perawat pelaksana (p=<0,001;PR = 1,20 95%CI 1,124-1,295. Gaya manajemen konflik integrating dan obliging  kepala ruangan berpengaruh dalam mengurangi stres kerja perawat pelaksana. Kata Kunci: Integrating, Obliging, Stres Kerja Perawat Abstract Professional organizations that play a major role in the implementation of nursing care in hospitals are nursing that also has the potential to experience conflict. Conflicts result in losses including work stress on implementing nurses. Conflict management is the chief priority of the nurse manager to overcome this.To identify the influence of integrating and obliging conflict management styles in reducing the work stress of implementing nurses. This research is quantitative with cross sectional research design. The study population was implementing nurses at the Indonesian Hospital Imelda Worker and Martha Friska Hospital where the sampling technique was simple random sampling. The number of respondents was 105 implementing nurses. The instrument used was a questionnaire that was analyzed bivariately using a computer program.The results of the study were 1) there was an influence of integrating conflict management style on the work stress of implementing nurses (p=<0.001; PR=1.28 95% CI 1.174-1,402), and 2) there was an influence of obliging conflict management style on nurses work stress executor (p=<0.001; PR=1.20 95% CI 1.124-1.295). Integrating conflict management style and obliging head of the room influence in reducing the work stress of implementing nurses. Keywords: Integrating, Obliging, Nurse Stress
Pencegahan Infeksi Nosokomial Melalui Sosialisasi 5 M Syapitri, Henny; Adventy Riang Bevy Gulo; Siska Dwi Ningsih
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 4 No. 2 (2023): JURNAL ABDIMAS MUTIARA
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terjadinya penularan infeksi bisa melalui media apa saja, seperti bersentuhan dengan pasien, melalui airbone (udara), terpapar cairan pasien dan masih banyak lagi. Apabila kita suda terpapar, kita tidak menyadari hal tersebut dan bisa diketahui ketika sudah dalam kondisi buruk, oleh karena itu infeksi ini sudah mempengaruhi kesehatan ratusan juta pasien di seluruh dunia setiap tahun. Sehingga penyebaran infeksi nosokomial ini harus dicegah sedini mungkin untuk mengurangi risiko persebaran penyakit. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan "Pencegahan Risiko Infeksi Nosokomial Melalui Sosialisasi Penerapan 5M” di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam. Metode yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah dengan memberikan sosialisasi penerapan “5M”. Materi disampaikan dalam bentuk ceramah dan diskusi. Pelaksanaan sosialisasi diawali dengan pembukaan meliputi penyampaian salam, perkenalan diri, menjelaskan topik sosialisasi, menjelaskan tujuan, kontrak waktu, dilanjutkan penyampaian materi, evaluasi dan terminasi. Kegiatan pengabdian diikuti oleh 30 orang peserta. Antusias peserta dalam kegiatan ini sangat tinggi dibuktikan selama acara berlangsung, pasien dan keluarga terlihat sangat antusias. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah 76,7% peserta telah mampu memahami dan menjelaskan tentang pencegahan infeksi nosokomial secara mandiri dan 80% peserta sudah menerapkan protokol 5M.
Pelatihan Manajemen Bangsal Pada Perawat Di RSU Sari Mutiara Lubuk Pakam Saragih, Masri; Eva Kartika Hasibuan; Adventy Riang Bevy Gulo
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 5 No. 2 (2024): JURNAL ABDIMAS MUTIARA
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruang Perawatan merupakan inti dari suatu tempat dimana pasien dirawat dengan seluruh upaya pengobatan yang diberikan Rumah Sakit. Sistem pengelolaan bangsal keperawatan di suatu rumah sakit akan berdampak terhadap kualitas pelayanan dan kinerja yang diberikan kepada pasien. Tujuan dari Program Pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan implementasi perawat dalam pengelolaan manajemen bangsal secara professional. Analisis situasi dilakukan dengan metode wawancara dan observasi untuk mengetahui pemasalahan yang dihadapi perawat. Dalam mengembangkan solusi alternative sebagai pemecahan masalah maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan dan implementasi manajemen bangsal dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan simulasi. Setelah diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang implementasi manajeman bangsal melalui ceramah, diskusi dan simulasi, selanjutnya semua peserta mengikuti postest. Nilai pretest paling rendah 56 dan yang paling tinggi 72 sementara Nilai postest paling rendah 75 dan yang paling tinggi 93. Dari hasil pretest dan postest terdapat peningkatan pengetahuan perawat tentang materi yang diajarkan.
Pendidikan Kesehatan Tentang Penanganan Pertama Kasus Luka Bakar Pada Siswa-Siswi Di SD Swasta Kalam Kudus 2 Pematang Siantar Sapitri, Henny; Rosetty Rita Sipatung; Adventy Riang Bevy Gulo
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 5 No. 1 (2024): JURNAL ABDIMAS MUTIARA
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Luka bakar merupakan salah satu kondisi medis darurat yang sering terjadi di masyarakat dan membutuhkan penanganan cepat untuk mencegah komplikasi serius, seperti infeksi, kerusakan jaringan lebih lanjut, hingga kecacatan permanen. Penanganan pertama yang tepat dapat menjadi faktor kunci dalam menentukan tingkat keparahan luka dan proses pemulihan korban. Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penanganan pertama luka bakar sering kali menyebabkan tindakan yang keliru, seperti penggunaan bahan yang tidak steril (mentega, pasta gigi, atau minyak) yang justru memperburuk kondisi luka. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang langkah-langkah penanganan pertama pada kasus luka bakar melalui pendekatan edukasi kesehatan berbasis bukti ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner kepada 30 responden di wilayah perkotaan dan pedesaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 35% responden yang memiliki pemahaman yang baik tentang penanganan pertama luka bakar, sementara 65% lainnya menunjukkan pemahaman yang kurang atau salah. Temuan ini menggarisbawahi pentingnya program edukasi yang terstruktur, termasuk penyuluhan kesehatan, kampanye media, dan pelatihan langsung tentang penanganan luka bakar. Dengan edukasi yang lebih luas dan efektif, diharapkan masyarakat dapat memberikan pertolongan pertama yang benar, seperti membasuh luka dengan air mengalir selama 10-20 menit, menghindari bahan berbahaya, dan melindungi luka dengan kain bersih, sehingga dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dan mempercepat proses penyembuhan.
Optimalisasi Peran Kepala Ruangan Melalui Edukasi Dalam Peningkatan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Advent Medan Hasibuan, Eva Kartika; Masri Saragih; Adventy Riang Bevy Gulo; Titus Bestari Telaumbanua; Susi Oktaviani Purba
Jurnal Abdimas Mutiara Vol. 6 No. 1 (2025): JURNAL ABDIMAS MUTIARA
Publisher : Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan dalam manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal sehingga mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan pasien terhadap kinerja pelayanan keperawatan. Kepala ruangan harus mempunyai kemampuan manajemen agar dapat mencapai keberhasilan dalam mengelola pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan yang diberikan perawat pelaksana secara terintegrasi. Perawat merupakan salah satu kelompok sumber daya manusia (SDM) di rumah sakit yang memiliki jumlah paling banyak yaitu mencapai 60%-70%. Menurut survey awal tim pengabdian, kami melihat bahwa kinerja perawat kategori cukup, hal ini ditandai tingkat pengetahuan sebelum dilakukan edukasi terkait kinerja perawat didapatkan hasil 60% melalui angket yang diberikan tim pengabdian, hal ini lah yang menjadi permasalahan mitra, sehingga pentingnya diadakan edukasi (penyampaian materi) terkait peran kepala ruangan dalam peningkatan kinerja perawat. Tujuan pengabdian ini yaitu melalui edukasi peran kepala ruangan terdapat peningkatan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Metode pengabdian ini dilakukan dengan metode edukasi (penyampaian materi) serta diskusi dan tanya jawab. Hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian ini setelah dilakukan edukasi menunjukkan 90% terjadi peningkatan kinerja perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Hal ini terbukti dari asuhan keperawatan dan kelengkapan dokumentasi keperawatan yang telah dilaksanakan. Kinerja perawat mengalami peningkatan melalui edukasi terkait peran kepala ruangan dalam pemberian asuhan keperawatan.