Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Analisis kinerja penyulingan minyak nilam sistem vakum terhadap jumlah bahan baku Gusni Sushanti; Andi Ridwan Makkulawu; Karma Karma
Agrokompleks Vol 19 No 1 (2019): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : PPPM Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v19i1.125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja alat penyulingan minyak nilam menggunakan sistem vakum terhadap jumlah bahan baku dengan membandingkan rendemen, laju distilat, jumlah bahan bakar yang digunakan, dan lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu dari proses penyulingan minyak nilam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rancang Acak Lengkap yaitu jumlah bahan baku. Bahan baku yang digunakan berupa nilam kering. Penyulingan minyak nilam menggunakan kolom destilasi sistem vakum. Setiap kolom memiliki 3 perlakuan yaitu tanpa bahan baku, bahan baku 6 kg, dan bahan baku 7 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyulingan terbaik diperoleh dari penyulingan nilam 6 kg dengan rendemen, laju distilat dan konsumsi bahan bakar berturut-turut adalah 5,22%, 3359 ml dan 902.878,56 kJ.
Karakteristik biobriket berbasis kulit tanduk kopi dan cangkang mete Gusni Sushanti; Mulia Mita; Andi Ridwan Makkulawu
Agrokompleks Vol 21 No 2 (2021): Agrokompleks Edisi Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v21i2.288

Abstract

Biobriket merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari biomassa dimana biomassa merupakan salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui dan jumlahnya sangat melimpah di muka bumi ini. Salah satu biomassa yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit tanduk kopi dan cangkang mete. Penelitian ini bertujuan untuk mencari formulasi biobriket dari campuran kulit tanduk kopi dan cangkang mete yang sesuai dengan standar Internasional. Metode yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap dengan variabel cangkang mete dan kulit tanduk kopi berturut-turut adalah 100:0, 70:30, 50:50, 30:70 dan 0:100. Dimana proses pembakaran dilakukan secara karbonisasi. Pengujian yang dilakukan meliputi; kadar air, kadar abu, nilai kalor, nilai kerapatan, dan laju pembakaran. Briket yang mendekati standar mutu briket secara internasional yaitu formulasi cangkang mete 100% yang memiliki kerapatan sebesar 0,154 g/cm3, laju pembakaran 1,127 g/menit, kadar air 9,67%, kadar abu 16,55% dan nilai kalor sebesar 6230,0028 kal/g. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cangkang mete layak untuk dijadikan bahan bakar alternatif.
Analisis laju pengeringan dengan metode regresi linear pada pembuatan ebi vannamei (Litopenaeus vannamei) menggunakan mesin cabinet dryer Nurul Fitrah Abustang; Gusni Sushanti
Agrokompleks Vol 22 No 1 (2022): Agrokompleks Edisi Januari
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v22i1.378

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis laju pengeringan dengan metode regresi linear dalam pembuatan ebi vannamei menggunakan alat cabinet dryer dan menganalisis pengaruh dari variabel massa serta suhu pengering terhadap kadar air yang terdapat pada udang. Proses pembuatan ebi ini menggunakan mesin pengering cabinet dryer dengan perlakuan massa yaitu 300 gram dan 500 gram serta perlakuan suhu yang digunakan yaitu 50°C, 60°C dan 70°C. Paramater yang dianalisis pada penelitian ini meliputi; persamaan laju pengeringan, kadar keseimbangan bahan dan konstanta laju pengeringan. Selain itu, pada penelitian ini juga dianalisis parameter kadar air, kadar protein, dan rendemen produk ebi yang dihasilkan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstanta laju pengeringan paling tinggi adalah 0,81 jam-1 pada suhu 50°C dan massa 500 g. Pada penelitian ini diketahui bahwa suhu dan berat berpengaruh sangat nyata terhadap kadar protein dan kadar air. Penurunan kadar protein tertinggi yaitu 6,20% pada pengeringan suhu 70°C dengan berat 300 g sedangkan penurunan yang paling rendah sebesar 0,68% diperoleh pada pengeringan suhu 50°C dengan berat 500 g. Kadar air tertinggi yaitu 65,29% dihasilkan pada pengeringan suhu 50°C dengan berat 500 g, sedangkan kadar air yang paling rendah sebesar 29,78% pada pengeringan suhu 70°C dengan berat 500 g. Rendemen hasil penelitian yang paling tinggi terdapat pada suhu 50°C dengan berat 500 g yaitu 70% dan yang paling rendah diperoleh pada proses pengeringan suhu 70°C dengan berat 300 g yaitu 36%.
Proporsi Penggunaan Kulit pisang (Musa paradisiaca L) dan Daging ikan Bandeng (Chanos chanos) pada Pembuatan Abon Ahmad Akbar; Sitti Nurmiah; Gusni Sushanti
Lutjanus Vol 26 No 1 (2021): Lutjanus Edisi Juni
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/jlpp.v26i1.415

Abstract

Kulit pisang termasuk bahan hasil samping yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Kulit pisang yang dianggap sebagai limbah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena masih mengandung nilai gizi seperti karbohidrat. Selain itu kulit pisang juga memiliki kandungan serat yang tinggi. Dengan demikian kulit pisang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan abon yang dikombinasikan dengan daging ikan bandeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi terbaik penggunaan kulit pisang dan daging ikan bandeng pada pembuatan abon ikan. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan proporsi kulit pisang dan daging ikan bandeng yaitu K = 100% kulit pisang, S1 = 75% kulit pisang : 25% daging ikan bandeng, S2 = 50% kulit pisang : 50% daging ikan bandeng, dan S3 = 25% kulit pisang : 75% daging ikan bandeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi penggunaan kulit pisang dan daging ikan bandeng yang terbaik pada pembuatan abon adalah 25% kulit pisang dan 75% daging ikan bandeng. Abon yang dihasilkan dengan perlakuan tersebut cenderung lebih disukai oleh panelis dan memiliki komposisi kimia yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya yaitu kadar air 6.23%, serat 3.46% dan protein 18.66%.
Village Development of Patchouli Oil Production Business Partners through the Application of Refining Process Technology: Pengembangan Desa Mitra Usaha Produksi Minyak Nilam melalui Penerapan Teknologi Proses Penyulingan Ilham Ahmad; Andi Ridwan Makkulawu; Gusni Sushanti; Andryanto Aman
Mattawang: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2023)
Publisher : Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35877/454RI.mattawang1397

Abstract

Masyarakat di desa Harapan Kabupaten Barru telah menyuling hasil budidaya tanaman nilam menjadi minyak nilam dengan menggunakan peralatan yang masih sederhana dan belum diproduksi secara higienis sehingga produksinya masih terbatas dalam hal kapasitas produksi, dan kualitas minyak nilam serta proses penyulingannya tidak efektif dan efissien. Hal ini merupakan salah satu permasalahan yang dialami mitra Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pengolah minyak nilam di desa Harapan kabupaten Barru, sehingga mereka belum mampu memproduksi minyak nilam sesuai kualitas ekspor atau permintaan pasar karena masih menggunakan peralatan penyulingan yang sangat sederhana yang terbuat dari drum bekas dengan sistem kondensasi yang dibuat sendiri sehingga rendemen minyak nilam yang dihasilkan sangat rendah yakni di bawah 1% dari bahan baku. Tujuan dari kegiatan pengabdian pada program pengembangan desa mitra usaha produksi minyak nilam ini yakni; (1) mengembangkan usaha penyulingan minyak nilam mitra UKM dengan kegiatan pemasangan alat dan mesin penyuling yang profitable dalam meningkatkan kualitas minyak nilam; (2) mitra UKM mampu mengelolah kelembagaan dan finansial yang baik dan dapat berkelanjutan yang pada akhirnya bisa memberi manfaat yang besar bagi masyarakat; (3) mitra bisa memperoleh bahan baku berupa bibit tanaman nilam dengan model budidaya yang terorganisir. Tim pengabdi berasal dari institusi Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang terdiri dari Dosen dari program studi Agroindustri, sementara mitra UKM adalah kelompok masyarakat pembudidaya tanaman nilam dan kelompok masyarakat peyulingan minyak nilam Buriko sebagai operator yang bertugas dalam penyulingan minyak nilam melalui alat dan mesin penyulingan minyak nilam dari hasil penelitian tim pengabdi dan Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPPM) Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan. Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya sentra produksi minyak nilam yang terintegrasi dengan budidaya tanaman nilam di kabupaten Barru Sulawesi Selatan.
AROMATHERAPY CANDLE FORMULATION USING GRAPEFRUIT ESSENTIAL OIL WITH PATCHOULI ESSENTIAL OIL FIXATIVE Ilham Ahmad; Nur Asisah Ayu; Gusni Sushanti; Imran Muhtar
Journal of Agriculture Vol. 1 No. 03 (2022): Research Articles, November 2022
Publisher : ITScience (Information Technology and Science)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47709/joa.v1i03.2471

Abstract

The aim of this study was to obtain the best color formulation of aromatherapy candles using grapefruit oil with patchouli essential oil fixative and to analyze the business feasibility of grapefruit aromatherapy candles. This research was conducted from June to August 2021 in the quality testing laboratory for the Agroindustry study program, Pangkep State Agricultural Polytechnic. This research was conducted using an experimental method with two stages, namely; first, making aromatherapy candles which aims to get the best color concentration in aromatherapy candles with a hedonic test, after the hedonic test with the best color will proceed to further research, namely the stage of selecting the aromatherapy candle aroma of grapefruit essential oil as a binder added with patchouli oil. Business continuity analysis is carried out by looking for investment costs, variable costs, profits, production Break Even Point (BEP), price Break Even Point (BEP), Benefit Cost Ratio (BCR), and pay back period. The results showed that the best color formulation of aromatherapy candles was in the A3 treatment with a color concentration of 1.5% with an average of 3.6. The best aromatherapy candle formulation was in treatment B3 with a concentration of 2.5% grapefruit oil and 0.25% patchouli oil fixative with an average hedonic test result of 4.36. The best formulation of the effect of aromatherapy candles was in treatment B3 with a concentration of 2.5% grapefruit oil and 0.25% patchouli oil fixative with an average organoleptic test result of 6.52 and 80% of the panelists felt relaxed, comfortable, fresh and somewhat refreshed. The results of the Benefit Cost Ratio (BCR) calculation analysis in the aromatherapy business with a BCR value of 1.11 indicate that this business is feasible to develop.
Diversifikasi glukomanan umbi porang (Amorphophallus muelerri) pada produk edible film dari kitosan Muh. Imran; Alan Farrel Herryanto; Mutmainnah Selpiana; Istiqamah Istiqamah; Sela Nehayani; Gusni Sushanti
Agrokompleks Vol 23 No 2 (2023): Agrokompleks Edisi Juli
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51978/japp.v23i2.536

Abstract

Umbi porang merupakan salah satu jenis tanaman yang mengandung glukomanan yang cukup tinggi (15-16% basis kering). Glukomanan pada porang ini yang dapat menghasilkan film yang baik, biocompatibility yang baik, biodegradable serta memiliki kemampuan membentuk gel. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji konsentrasi kitosan cangkang rajungan dan glukomanan umbi porang yang baik dalam pembuatan edible film. Proses pembuatan edible film dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya: pembuatan tepung glukomanan, ekstraksi kitosan yang terdiri dari proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Hasil dari ekstraksi kitosan dan tepung glukomanan kemudian dibuat menjadi edible film dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Yang dimana menggunakan perbandingan konsentrasi antara glukomanan dan kitosan antara lain 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, dan 3:1. Edible film yang dihasilkan memiliki warna kecoklatan dan ketahanan air yang baik. Formulasi edible film terbaik dari hasil uji Duncan adalah konsentrasi 1:2 dengan hasil uji rata-rata ketebalan 0,09 mm, ketahanan air 55,4%, biodegradasi 43,89%, kuat tarik 4,35 MPa dan daya hambat mikrobiologi 0,215 mm.