Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Kajian Pengolahan Eceng Gondok (Eichornia crassipes SOLMS) untuk Industri Bahan Baku Kerajinan Anyaman Rufaida, Evi Yuliati; Pristiwati, Endang
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v22i1.967

Abstract

Di Indonesia banyak perairan yang ditumbuhi eceng gondok. Dengan kemajuan pengetahuan, eceng gondok dapat diolah menjadi bahan baku kerajinan, sehingga diperlukan pengkajian untuk penyempurnaan tumbuhnya industri kecil penyediaan bahan baku kerajinan anyaman eceng gondok.Pada kajian ini disajikan seluruh kebutuhan waktu, hasil pengolahan eceng gondok dari sejak pemanenan sampai bahan baku siap digunakan dan diperhitungkan kapasitas produksi sebagai gambaran untuk usaha pendirian industri bahan baku anyaman eceng gondok (simpul pertama).Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa eceng gondok dapat dimanfaatkan dan dialih fungsikan sebagai sumber bahan baku industri kerajinan anyaman. Berat tangkai eceng gondok basah sebesar 33,33% dari eceng gondok asalan. Berat tangkai eceng gondok pertangkai rata-rata 30 gram, panjang tangkai 40 cm, diameter tangkai 1,2 cm. Berat tangkai kering 8,33% dari tangkai basah. Kapasitas produksi pengolahan eceng gondok asalan menjadi bahan baku kasar dengan tenaga kerja 2 orang, waktu kerja 7 jam per hari sebanyak 280 kg tangkai eceng gondok basah atau 8 kg eceng gondok kering/hari. Keuntungan yang diperoleh dengan kapasitas produksi tersebut sebesar Rp 16.400,- (sekitar 50%) perhari.
Pembuatan Kerajinan Perak Menggunakan Logam Campuran Tembaga dengan Teknik Kombinasi Manual dan Masinal Rufaida, Evi Yuliati; Indriastuti, Surti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v23i1.988

Abstract

Ada dua cara dalam membuat kerajinan perak yaitu cara manual dan cara masinal/casting. Salah satu teknik cara manual adalah teknik trap-trapan/filigri yaitu teknik penyusunan kawat/benang perak dalam bentuk tertutup sebagai kerangka produk, kemudian menngisiinya dengan kawat benang yang lebih kecil sebagai ornament hiasnya.Penelitian pembuatan kawat perak dilakukan dengan memvariasikan komposisi perak dan campurannya yang berupa tembaga. Produk berupa bros dibuat dengan teknik kombinasi masinal dan manual., kerangka bros dengan casting kemudian mengisi ornamen hiasnya dengan cara manual.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa komposisi pembuatan kawat perak sebagai ornament hias, paling optimal adalah 100:1 yaitu setiap 100 gram perak dicampur dengan 1 gram tembaga, pada suhu 950°C. Waktu yang diperlukan untuk pembuatan bros dengan teknik kombinasi manual dan masinal lebih cepat jika dibandingkan dengan cara manual saja. Kata kunci : kerajinan perak, teknik trap-trapan , casting
Pengaruh Tetal Benang dan Jumlah Stich terhadap Kualitas Bulu pada Bahan Baku Kerajinan Wave (Kain Bulu) Pujiati, Sri Endah; Rufaida, Evi Yuliati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v23i1.990

Abstract

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh tetal benang dan jumlah stich terhadap kualitas bulu pada bahan baku kerajinan wave (kain bulu). Penelitian difokuskankan pada pengaruh jumlah lapisan kain terhadap kualitas penampilan bahan baku kerajinan wave, dan pengaruh tetal benang dan jumlah stick terhadap kualitas kekuatan jahitan.Hasil dari penelitan menyatakan bahwa jumlah lapisan kain tidak berpengaruh terhadap kualitas penampilan bahan baku kerajinan wave, tapi berpengaruh terhadap kualitas kehalusan bulu dengan kepadatan paling baik dengan mengunakan kain 7 lapis. Tetal benang yang rendah (16,8-28,8 helai/cm) dengan jumlah stich tinggi (24 stich/inch) maupun tetal benang yang tinggi (26-47,6 helai/cm) dengan jumlah stich rendah (12,4 stich/inci) menunjukkan kualitas kekuatan jahitan dan bulu yang optimal. Kain dengan tetal rendah dan jumlah stich tinggi dari hasil uji ketahanan kain terhadap pilling dan perubahan kenampakannya menunjukkan kualitas kain kurang baik dengan nilai pilling sebesar 2. Sedangkan kain dengan tetal tinggi dan jumlah stich rendah menunjukkan kain dengan kualitas lebih baik dengan nilai pilling sebesar 1. Kata kunci: tetal, jumlah stich, kualitas bulu
Kajian Pengelolaan Limbah Uji Pada Laboratorium Uji Tekstil Hastuti, Kusreni; Rufaida, Evi Yuliati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 28 No. 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v28i1.1000

Abstract

AbstrakDalam kajian ini akan dibahas mengenai jenis limbah yang dihasilkan oleh Laboratorium Uji Tekstil, pemanfaatan dan cara pengelolaan limbah. Pada pengujian tekstil digunakan contoh uji (tekstil) dan bahan kimia. Pada kegiatan pengujian ini dihasilkan limbah contoh uji yang berupa limbah serat, benang, potongan kain dan limbah uji tekstil berupa air limbah. Alternatif pemanfaatan limbah dari sisa contoh uji dan bekas uji digunakan sebagai bahan untuk membuat berbagai macam dan jenis produk kerajinan yang berbahan baku tekstil. Limbah serat, benang digunakan untuk pengisi bantal, boneka sebagai pengganti dakron. Limbah potongan kain yang berukuran 50 cm x 50 cm dan 10 cm x 10 cm bisa digunakan untuk taplak meja, korden, tas, sarung bantal dan sebagainya, limbah kain yang berukuran kecil digunakan untuk pengisi bantal. Air limbah bekas pengujian tekstil mengandung zat kimia seperti larutan pencuci, larutan keringat asam & basa. Air limbah bekas pengujian tidak dapat digunakan kembali namun dilakukan pengelolaan sebelum dibuang ke lingkungan.Kata kunci: pengujian tekstil, pengelolaan limbah AbstractThis study will discuss the types of waste produced by the Textile Testing Laboratory, utilization and management of waste.  Textile testing use samples (textiles) and chemicals. In this testing activity generated waste test sample in the form of waste fibers, yarns, fabrics and waste pieces of test textile wastewater. Waste from the rest of the test sample and the former test are  used as material for making various kinds and types of handicraft products. Waste of  fiber, yarn are used to fill pillows, dolls instead of dacron. Waste pieces of fabric measuring 50 cm x 50 cm and 10 cm x 10 cm can be used for tablecloths, curtains, bags, pillowcases and so on, small-sized waste fabric is used for stuffing. Former textile testing containe chemicals such as wash solution, a solution of acid & alkaline perspiration. Wastewater former test is not reusable but is managed before being discharged into the environment.Key words: textile testing, waste management
Kajian Tentang SNI Barang-Barang Emas Rufaida, Evi Yuliati; Indriastuti, Surti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v25i1.1027

Abstract

Standar adalah merupakan spesifikasi teknis atau dokumen setara yang berlaku di masyarakat. Tujuan diterbitkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) memberikan persyaratan minimum yang akan menjamin kesesuaian produk dengan persyaratan dan kebutuhan konsumen. Dalam penggunaannya SNI dapat bersifat wajib dan sukarela. Bersifat wajib apabila berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan terhadap lingkungan. SNI barang-barang emas saat ini masih bersifat sukarela.SNI barang - barang emas yang telah tersusun saat ini adalah SNI tahun 1995, SNI tahun 2005 dan SNI barang barang ernas rnuda tahun 1995 perlu disesuaikan dengan situasi, kondisi masyarakat saat ini dan perkembangan yang ada baik dalam hal kompetensi teknis maupun kesesuain dengan Pedoman 08-2007 mengenai Penulisan Standar Nasional Indonesia. Tiga SNI tersebut perlu dikaji dengan membandingkan Standar dari negara lain dan perkembangan metode uji mutakhir dari lembaga pemerintah maupun dari asosiasi emas. Analisis dilakukan terhadap persyaratan mutu, metode uji dan syarat penandaan.Dari hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa SNI barang-barang emas perlu direvisi yang mencakup persyaratan mutu, metode uji yang dapat dipertanggung jawabkan keakuralannya dan pencantuman tanda kadar dan logo atau merk dari perusahaan atau perusahaan penjamin pada barang emas atau pada nota jual terhadap barang - barang emas yang beredar. Kata kunci : barang-barang emas, Standard Nasional Indonesia (SNI).
Pewter untuk Kerajinan Perhiasan Rufaida, Evi Yuliati; Indriastuti, Surti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v26i1.1031

Abstract

Ekspor timah Indonesia tahun 2007 mengalami penurunan, sedang kerajinan pewter dari logam timah tersebut semakin berkurang karena harga jual yang tidak sesuai dengan biaya produksi. Oleh karena itu disusun penelitian pewter untuk kerjainan perhiasan agar memberikan nilai tmabah bagi perajin logam pewter.Pelaksanaan penelitian ini adalah dengan memanfaatkan pewter yang ada dibuat kerajinan perhiasan dengan menggunakan teknik produksi perhiasan logam perak. Pewter dengan menggunakan teknik pembuatan plat, kawat cetak tempa, tempa, cetak tuang dan filigri/trap-trapan yang merupakan teknik produksi perhiasan logam perak, hasil dari kerajinan perhiasan diuji secara visual atas esttetika dan warna bekas patri. Pengujian fisika kimia dengan uji tahan keringat dan tahan H2s, kekuatan tarik kawat dan hasil patri secara fisika dan kimia, uji estetika. Keyword: pewter, perhiasan
Analisis Kesesuaian Kursi Pembatik Terhadap Kondisi Antropometri Pekerja Batik Tulis Setiawan, Joni; Mandegani, Guring Briegel; Rufaida, Evi Yuliati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 31 No. 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i2.1077

Abstract

ABSTRAKSejak diakuinya Batik sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, perkembangan industri batik mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan permintaan pasar. Pada saat ini peralatan utama untuk membatik (kursi, gawangan, canting, kompor, meja cap, canting cap, wajan cap, dan lain-lain) masih menggunakan peralatan batik yang lama, yang belum diteliti mengenai usability dan safety-nya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji ukuran kursi dan gawangan pembatikan yang beredar di pasaran apakah telah sesuai dengan kebutuhan pembatik dan sesuai dengan konsep ergonomi. Pengumpulan data kursi dan gawangan dari berbagai tempat industri batik. Data yang diperlukan diwakili oleh N = 30 buah. Data-data ini kemudian dilakukan analisis statistik dengan metode histogram. Penggunaan kursi pembatikan di industri batik masih sangat jauh dari kondisi ideal (minimum tinggi 370 mm, lebar 380 mm dan kedalaman 380 mm). Ukuran tinggi kursi pembatik yang ada, rata-rata hanya berketinggian alas duduk 263,7 mm, lebar alas duduk 353 mm, kedalaman alas duduk 305 mm, dan tanpa menggunakan sandaran punggung.Kata kunci: kursi pembatikan, ergonomi, antropometriABSTRACTSince the approval of batik as an intangible cultural heritage by UNESCO, the improvement of batik industry have evolved along with the increase in market demand. At this time the main equipment for batik processes are still using the old batik equipment that has not been studied regarding its usability and safety. The purpose of this study was to assess the size of the seat and gawangan batik on the market whether in accordance with the requirements in accordance with the concept of batik and ergonomics. The data collected from several places batik industry. The data required to make is represented by N = 30 pieces. These data are then performed statistical analysis with the histogram method. The use of seat batik batik industry is still very far from ideal conditions. The size of the existing seat are: average high seat is 263.7 (Indonesian women knee high to sit: average 339,2 mm), average width of seat is 353 mm (Indonesian women hips size: average 366,8 mm), average depth of seat is 305 mm (Indonesian women knee to buttocks length: average 470,7 mm) and without using the backrest.Keywords: batik chair, ergonomy, anthropometry
Tekno Ekonomi Uji Coba Alat Pembuat Kancing Tempurung Pristiwati, Endang; Rufaida, Evi Yuliati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No. 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1094

Abstract

Tempurung kelapa mempunyai sifat fisik yang menarik dan cocok dimanfaatkan menjadi produk kerajinan khususnya kerajinan perhiasan atau perabot busana. Salah satu barang kerajinan yang dapat dibuat dari tempurung kelapa adalah kancing baju untuk busana ataupun kancing untuk asesoris tas. Pembuatan kancing tempurung dengan menggunakan alat hasil rekayasa Balai Besar Industri Kerajinan dan Batik yang terdiri dari 3 unit alat, yaitu alat pengeplong, alat pelubang dan alat bubut. Untuk mengetahui kelayakan operasional dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba dan analisa secara tekno ekonominya.Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa 1 jam dapat membuat kancing tempurung sebanyak 12,43 set. Kapasitas produksi perhari sebanyak 87 set kancing tempurung rangkap dengan tenaga kerja 5 orang. Alat hasil rekayasa tersebut akan mencapai efektifitas dan efisiensi dengan spesialisasi dalam proses produksinya, yaitu 1 orang spesialisasi dalam proses plong dan bur dan 4 orang spesialisasi dalam pembubutan. Perhitungan ekonomi uji coba a/at tersebut sebagai berikut : - Total modal Rp. 4.752.150,- - Biaya produksi Rp. 6.426.050,-- Jumlah produksi 6.525 set per 3 bulan - Harga jual perset sekitar Rp. 1.350 .-- Hasil penjualan per 3 bulan Rp. 8.808. 750,- - Keuntungan sebelum pajak Rp. 2.382. 700,- - Prosentase keuntungan 50,14 % - Waktu pengembalian modal 5,6 bulan - Prosentase batas rugi laba 65,2 %- Harga jual perset sekitar Rp.1.350 ,-Tempurung kelapa mempunyai sifat fisik yang menarik dan cocok dimanfaatkan menjadi produk kerajinan khususnya kerajinan perhiasan atau perabot busana. Salah satu barang kerajinan yang dapat dibuat dari tempurung kelapa adalah kancing baju untuk busana ataupun kancing untuk asesoris tas. Pembuatan kancing tempurung dengan menggunakan alat hasil rekayasa Balai Besar Industri Kerajinan dan Batik yang terdiri dari 3 unit alat, yaitu alat pengeplong, alat pelubang dan alat bubut. Untuk mengetahui kelayakan operasional dari alat tersebut maka perlu dilakukan uji coba dan analisa secara tekno ekonominya.Hasil pengujian alat menunjukkan bahwa 1 jam dapat membuat kancing tempurung sebanyak 12,43 set. Kapasitas produksi perhari sebanyak 87 set kancing tempurung rangkap dengan tenaga kerja 5 orang. Alat hasil rekayasa tersebut akan mencapai efektifitas dan efisiensi dengan spesialisasi dalam proses produksinya, yaitu 1 orang spesialisasi dalam proses plong dan bur dan 4 orang spesialisasi dalam pembubutan. Perhitungan ekonomi uji coba a/at tersebut sebagai berikut : - Total modal Rp. 4.752.150,- - Biaya produksi Rp. 6.426.050,-- Jumlah produksi 6.525 set per 3 bulan - Harga jual perset sekitar Rp. 1.350 .-- Hasil penjualan per 3 bulan Rp. 8.808. 750,- - Keuntungan sebelum pajak Rp. 2.382. 700,- - Prosentase keuntungan 50,14 % - Waktu pengembalian modal 5,6 bulan - Prosentase batas rugi laba 65,2 %- Harga jual perset sekitar Rp.1.350 ,-
Pengaruh Jenis Lead Dan Tenol Pada Pembuatan Kerajinan Kaca Patri Rufaida, Evi Yuliati; Pristiwati, Endang
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No. 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i19.1105

Abstract

Bahan utama untuk pembuatan kerajinan kaca patri adalah kaca, lead dan tenol. Bahan-bahan tersebut terdapat di pasaran dengan bermacam-macam jenis, sehingga dlbutuhkun bahan untuk mendapatkan yang terbaik. Semakin tinggi kandungan Pb maka waktu pematrian semakin cepat. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pembuatan produk kaca patri dengan menggunakan variasi 3 jenis lead (X, Y, Z) dan 3 jenis tenol (A, P, C) dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap waktu pematrian dan pemasangan lead pada kaca serta pengujian komposisi jenis lead dan tenol.Hasil uji coba menunjukkan bahwa semua tenol (A, P, C) mempunyai komposisi Pb, Sb dan semua lead (X Y. Z) mengandung unsur Pb, Sb, kecualt lead X mempunyai komposisi Ph, Sb, dan Sn serta mempunyai sifat paling kaku. Jenis tenol tidak mempengaruhi waktu pematrian pada ketiga jenis lead, tetapi jenis lead berpengaruh terhadap waktu pemasangan dan waktu pematrian. Penggunaan lead pada pembuatan kerajinan kaca patri paling baik menggunakan lead X.Bahan utama untuk pembuatan kerajinan kaca patri adalah kaca, lead dan tenol. Bahan-bahan tersebut terdapat di pasaran dengan bermacam-macam jenis, sehingga dlbutuhkun bahan untuk mendapatkan yang terbaik. Semakin tinggi kandungan Pb maka waktu pematrian semakin cepat. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pembuatan produk kaca patri dengan menggunakan variasi 3 jenis lead (X, Y, Z) dan 3 jenis tenol (A, P, C) dan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap waktu pematrian dan pemasangan lead pada kaca serta pengujian komposisi jenis lead dan tenol.Hasil uji coba menunjukkan bahwa semua tenol (A, P, C) mempunyai komposisi Pb, Sb dan semua lead (X Y. Z) mengandung unsur Pb, Sb, kecualt lead X mempunyai komposisi Ph, Sb, dan Sn serta mempunyai sifat paling kaku. Jenis tenol tidak mempengaruhi waktu pematrian pada ketiga jenis lead, tetapi jenis lead berpengaruh terhadap waktu pemasangan dan waktu pematrian. Penggunaan lead pada pembuatan kerajinan kaca patri paling baik menggunakan lead X.
Teknologi Pembengkokan Kayu Rufaida, Evi Yuliati; Jakfar, Mahdi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No. 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i21.1106

Abstract

Kerajinan kayu merupakan kerajinan yang membutuhkan komponen dengan bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk bengkok/lengkung. Pada waktu memotong menjadi bentuk lengkung akan mengakibatkan banyak kayu yang terbuang dan pengerjaannyapun relatif lebih sulit. Untuk itu diperlukan teknologi pembengkokan kayu yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dan pengerjaan yang lebih cepat dan mudah.Pada penelitian int dilakukan pembengkokan 5 jenis kayu, yaitu Jati, Kruing, Kamper, Mahoni, Meranti dengan sistem steaming, dan variasi perlakuan waktu perendaman, waktu steaming, tebal kayu. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada hasil pembengkokan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kayu mahoni dapat dibengkokkan dengan baik (tidak pecah) sampai ketebalan 3 cm hampir pada semua variasi rendaman dan steaming. Kayu meranti dapat dibengkokkan dengan baik pada ketebalan 2 cm dan 3 cm untuk perlakuan dengan rendaman kostik 48 jam maupun air 7 hari dengan pemberian tekanan 2 atmosfir. Kayu kamper dan jati dapat dibengkokkan cukup baik pada tebal 2 cm dengan perendaman air J mi11ggu, steaming dengan a tau tanpa tekanan. Kayu kruing tidak dapat dibengkokkan dengan baik pada semua ukuran teba/ maupun semua perlakuan.Kerajinan kayu merupakan kerajinan yang membutuhkan komponen dengan bentuk yang bermacam-macam, antara lain bentuk bengkok/lengkung. Pada waktu memotong menjadi bentuk lengkung akan mengakibatkan banyak kayu yang terbuang dan pengerjaannyapun relatif lebih sulit. Untuk itu diperlukan teknologi pembengkokan kayu yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan kayu dan pengerjaan yang lebih cepat dan mudah.Pada penelitian int dilakukan pembengkokan 5 jenis kayu, yaitu Jati, Kruing, Kamper, Mahoni, Meranti dengan sistem steaming, dan variasi perlakuan waktu perendaman, waktu steaming, tebal kayu. Evaluasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada hasil pembengkokan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kayu mahoni dapat dibengkokkan dengan baik (tidak pecah) sampai ketebalan 3 cm hampir pada semua variasi rendaman dan steaming. Kayu meranti dapat dibengkokkan dengan baik pada ketebalan 2 cm dan 3 cm untuk perlakuan dengan rendaman kostik 48 jam maupun air 7 hari dengan pemberian tekanan 2 atmosfir. Kayu kamper dan jati dapat dibengkokkan cukup baik pada tebal 2 cm dengan perendaman air J mi11ggu, steaming dengan a tau tanpa tekanan. Kayu kruing tidak dapat dibengkokkan dengan baik pada semua ukuran teba/ maupun semua perlakuan.