Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGARUH BAHAN BAKAR PERTALITE MURNI DENGAN CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX TERHADAP PERFORMANCE EMISI GAS BUANG PADA MOTOR HONDA BEAT 2017 Setiawan, Joni; Ghofur, Abdul
JTAM ROTARY Vol 4, No 1 (2022): JTAM ROTARY
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jtam_rotary.v4i1.5540

Abstract

Performance and exhaust emissions in 2017 Honda Beat vehicles, namely: 1. The best exhaust emissions are produced in a mixture of 50% premium fuel and 50% first with HC value of 23 ppm, CO 0.31%, CO2 5.88% and O2 11.30%. So the more mixture of pertamax at the premium, the better the exhaust emissions produced. 2. The best performance is produced in a mixture of 50% premium fuel and pertamax 50% with a torque value of 11.01 in Rp. 3655 and a power of 7,537 HP at Rp. 6994. So the more mixture of pertamax at the premium, the better exhaust emissions produced. 3. Performance and exhaust emissions, pure pertalite produces the best performance and exhaust emissions compared to the mixture of premium and pertamax fuel with a torque value of 11.57 Nm at rpm 3680, power 7,555 HP at rpm 7136, HC 11 ppm, CO 0.27%, CO2 is 5.36% and O2 is 11.48%.
PENGARUH BAHAN BAKAR PERTALITE MURNI DENGAN CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX TERHADAP PERFORMANCE EMISI GAS BUANG PADA MOTOR HONDA BEAT 2017 Setiawan, Joni; Ghofur, Abdul
JTAM ROTARY Vol 3, No 2 (2021): JTAM ROTARY
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jtam_rotary.v3i2.4251

Abstract

Performance and exhaust emissions in 2017 Honda Beat vehicles, namely: 1. The best exhaust emissions are produced in a mixture of 50% premium fuel and 50% first with HC value of 23 ppm, CO 0.31%, CO2 5.88% and O2 11.30%. So the more mixture of pertamax at the premium, the better the exhaust emissions produced. 2. The best performance is produced in a mixture of 50% premium fuel and pertamax 50% with a torque value of 11.01 in Rp. 3655 and a power of 7,537 HP at Rp. 6994. So the more mixture of pertamax at the premium, the better exhaust emissions produced. 3. Performance and exhaust emissions, pure pertalite produces the best performance and exhaust emissions compared to the mixture of premium and pertamax fuel with a torque value of 11.57 Nm at rpm 3680, power 7,555 HP at rpm 7136, HC 11 ppm, CO 0.27%, CO2 is 5.36% and O2 is 11.48%.
EFEKTIVITAS PERSILANGAN IKAN MOLLY BALON SUNKIST (Poecilia sphenops) DENGAN MOLLY MARBLE (Poecilia sphenops) TERHADAP VARIASI WARNA Setiawan, Joni; Hartono, Dwi Puji; Marlina, Eulis
Jurnal Perikanan Terapan Vol 5 No 1 (2024): Jurnal Perikanan Terapan
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Marble Molly fish (Poecilia sphenops) and the Sunkist Balloon Molly (Poecilia sphenops) are one of the fish that are popular in Indonesia. It is hoped that crossing sunkist mollies and marble mollies will produce unique colors and new patterns, with diverse and unique colors so that public interest will once again be high in keeping ornamental fish, especially mollies. The methods used start from preparing tools and materials, preparing spawning tanks and larval rearing tanks, selecting mature gonad male and female parents with the characteristics of the male having a gonopodium on his stomach while the female does not have it with the age of the male and female being at least 4 months before they can be spawned. The cross is carried out with a ratio of males and females, namely 5 males and 10 females in each spawning tank, there are 6 spawning tanks with 3 tanks representing the cross between a marbled male and a Sunkis female and another 3 tanks with a Sunkist male and a marbled female, then the best data is taken from the 2nd following treatment. The results obtained were the emergence of 3 color variations and 5 pattern variations with unique and varied colors and patterns.
Pengaruh Organisasi, Sumber Daya Manusia, dan Teknologi Terhadap Operasional Information System Setiawan, Joni
Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi Vol. 5 No. 1 (2023): Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi (September-Oktober 2023)
Publisher : Dinasti Review

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31933/jemsi.v5i1.1675

Abstract

Pengaruh Organisasi, Sumber Daya Manusia dan Tekhnologi terhadap Operasional Information System adalah artikel ilmiah studi pustaka dalam ruang lingkup bidang ilmu. Tujuan artikel ini membangun hipotesis pengaruh antar variabel yang akan digunakan pada riset selanjutnya. Objek riset pada pustaka online, Google Scholar, Mendeley dan media online akademik lainnya. Metode riset dengan library risearch bersumber dari e-book dan open access e-journal. Analisis deskriftif kualitatif. Hasil artikel ini: 1) Organisasi berpengaruh terhadap Operasional Information System; 2) Sumber Daya Manusia berpengaruh terhadap Operasional Information System; dan 3) Tekhnologi berpengaruh terhadap Operasional Information System.
Pengaruh Waktu Pemutihan dengan Kaporit terhadap Kekuatan Kertas Seni Berbahan Limbah Serat Abaca Setiawan, Joni
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v24i1.1021

Abstract

Penelitian tentang pengaruh lama pemutihan dengan kaporit pada kekuatan dan  derajat putih kertas berbahan baku limbah serat abaca teah dilakukan di Laboratorim Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta tahun 2007. Percobaan menggunakan tiga kondisi yaitu tanpa pemutihan, satu dan dua jam pemutihan dengan kaporit. Kekuatan tarik, kekuatan sobek dan derajat putih kertas diukur dan dibandingkan. Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan Analisa Varian dan Duncan. Setelah diamati temyata kaporit menurunkan kekuatan tarik dan sobeknya tetapi tidak cukup waktu untuk memutihkan kertas. Kata kunci : serat abaca, pemutihan, kekuatan tarik dan sobek, derajat putih kertas
Kajian Proses Pembuatan Perhiasan Perak Cara Manual dan Masinal Setiawan, Joni; Indriastuti, Surti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v25i1.1022

Abstract

Perhiasan dapat dibuat dengan 2 cara yaitu manual dan masinal. Masing-masing cara mempunyai kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu perlu adanya kajian dari dua cara tersebut sehingga bisa mengetahui cara apa yang lebih optimal dalam memproduksi perhiasan. Dalam kajian ini perhiasan yang dibuat adalah cincin dengan bahan perak 100 gram dan dicampur dengan tembaga 5 gram dengan 2 (dua) model yaitu model A (cincin motif polos) dan model B (cincin motif parang).Metode yang dipakai adalah dengan membandingkan hasil produk dari dua cara tersebut. Parameter yang dibandingkan adalah kualitas, waktu dan biaya dari produk tersebut.Hasil kajian menunjukkan bahwa kadar produk rata-rata dengan cara masinal lebih tlnggi 1,25%dibanding cara manual, dimensi produk rata-rata dengan cara masinal lebih presisi dibanding cara manual. Waktu proses rata-rata dengan cara masinal lebih cepat 97% dibanding cara manual dan biaya produksi cara masinal lebih rendah 63% dibanding cara manual.Dengan melihat hasil kajian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa cara masinal lebih efisien dan efektif dibanding cara manual.
Analisis Kesesuaian Kursi Pembatik Terhadap Kondisi Antropometri Pekerja Batik Tulis Setiawan, Joni; Mandegani, Guring Briegel; Rufaida, Evi Yuliati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 31 No. 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i2.1077

Abstract

ABSTRAKSejak diakuinya Batik sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, perkembangan industri batik mengalami perkembangan seiring dengan peningkatan permintaan pasar. Pada saat ini peralatan utama untuk membatik (kursi, gawangan, canting, kompor, meja cap, canting cap, wajan cap, dan lain-lain) masih menggunakan peralatan batik yang lama, yang belum diteliti mengenai usability dan safety-nya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji ukuran kursi dan gawangan pembatikan yang beredar di pasaran apakah telah sesuai dengan kebutuhan pembatik dan sesuai dengan konsep ergonomi. Pengumpulan data kursi dan gawangan dari berbagai tempat industri batik. Data yang diperlukan diwakili oleh N = 30 buah. Data-data ini kemudian dilakukan analisis statistik dengan metode histogram. Penggunaan kursi pembatikan di industri batik masih sangat jauh dari kondisi ideal (minimum tinggi 370 mm, lebar 380 mm dan kedalaman 380 mm). Ukuran tinggi kursi pembatik yang ada, rata-rata hanya berketinggian alas duduk 263,7 mm, lebar alas duduk 353 mm, kedalaman alas duduk 305 mm, dan tanpa menggunakan sandaran punggung.Kata kunci: kursi pembatikan, ergonomi, antropometriABSTRACTSince the approval of batik as an intangible cultural heritage by UNESCO, the improvement of batik industry have evolved along with the increase in market demand. At this time the main equipment for batik processes are still using the old batik equipment that has not been studied regarding its usability and safety. The purpose of this study was to assess the size of the seat and gawangan batik on the market whether in accordance with the requirements in accordance with the concept of batik and ergonomics. The data collected from several places batik industry. The data required to make is represented by N = 30 pieces. These data are then performed statistical analysis with the histogram method. The use of seat batik batik industry is still very far from ideal conditions. The size of the existing seat are: average high seat is 263.7 (Indonesian women knee high to sit: average 339,2 mm), average width of seat is 353 mm (Indonesian women hips size: average 366,8 mm), average depth of seat is 305 mm (Indonesian women knee to buttocks length: average 470,7 mm) and without using the backrest.Keywords: batik chair, ergonomy, anthropometry
Penelitian Waktu Optimal Pengeluaran Gas pada Pembuatan Cetakan Karet dengan RTV Silicone Rubber Setiawan, Joni
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v28i1.1150

Abstract

Penelitian tentang waktu optimal untuk proses pengeluaran gas (degassing) pada cetakan karet silicon telah dilakukan di Laboratorium Perhiasan Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta pada tahun 2009. Untuk mendapatkan cetakan karet yang sempurna dibutuhkan kondisi karet yang terbebas dari rongga udara di dalamnya. Sehingga membutuhkan proses pengeluaran gas (degassing) dengan bantuan mesin vakum. Degassing ini diperlukan agar produk yang dicetak dengan proses pengecoran tidak cacat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu optimum untuk proses pengeluaran gas adalah antara 45-60 detik dengan kekuatan vakum -0,8 sampai dengan -1 bar. Kata kunci: RTV Silicone Rubber, degassing, cetakan karet
Kesiapan Teknologi, Kelayakan Ekonomi dan Administrasi IKM Mainan di Yogyakarta Setiawan, Joni; Tontowi, Alva Edy; Sri Asih, Anna Maria
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 32 No. 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1363

Abstract

ABSTRAKMainan anak mempunyai pangsa pasar yang besar, dengan populasi anak usia  sampai 14 tahun sebesar 28,7 % dari proyeksi penduduk Indonesia tahun 2015 mencapai 73,2 juta jiwa. Dalam berbagai penelitian menunjukkan baik mainan lokal maupun impor terdapat hal-hal yang mengancam kesehatan dan keselamatan anak. Sehingga pemerintah menerbitkan Permenperin No 24 Tahun 2013 tentang pemberlakuan wajib SNI Mainan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil IKM mainan di Yogyakarta. Penilaian melalui 3 pendekatan yaitu kesiapan teknologi dianalisis menggunakan metode teknometrik, kelayakan ekonomi diperhitungkan dengan analisis benefit to cost ratio dan kesiapan adminsitrasi. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa jumlah  IKM di Yogyakarta yang memenuhi persyaratan ijin industri sebesar 44,4%, persyaratan merek sebesar 22,2% dan kombinasi keduanya sebesar 16,7% dari total IKM. Untuk kesiapan teknologi 16,7% IKM mempunyai TCC kurang dari 0,3 (teknologi tradisional), 77,8% IKM mempunyai TCC antara 0,3 hingga 0,7 (teknologi semi modern) dan 5,5% IKM mempunyai TCC lebih dari 0,7 (teknologi modern). Kelayakan ekonomi persentase IKM yang memenuhi kelayakan ekonomi sebesar 61%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IKM di DIY siap secara teknologi dan ekonomi, namun belum siap secara administrasi. Kata Kunci: SNI, mainan, IKM, sertifikasi, teknometrik ABSTRACTThe toys have a large market share, with a population of children aged up to 14 years 28.7% of the projected population of Indonesia in 2015 reached 73.2 million people. On various studies indicate both local and imported toys are threatening the health and safety of children. So the government published Permenperin No. 24/2013 concerning the implementation of mandatory Indonesian National Standard (SNI) for Toys. This study aims to assess the readiness of SMIs toys in Yogyakarta. Readiness assessment through three approaches are, readiness of technology using technometric, the calculated economic feasibility analysis of benefit to cost ratio and administration assessed. The results obtained showed that the number of SMIs in Yogyakarta which meet the requirements of industry license by 50 %, brand requirements by 22,2% and the combination of 16.7% of the total SMI. For technology readiness 16.7% of SMIs have TCC less than 0.3 (traditional technologies), 77.8% of SMIs have a TCC between 0.3 to 0.7 (semi modern technology) and 5.5% of SMIs have TCC is more than 0.7 (modern technology). Economic feasibility percentage of SMIs that meet the economic feasibility of 61%. It can be concluded that SMIs in DIY are technologically and economically ready, but not administratively.  Keywords: SNI, toys, SMIs, technometric, sertification
PENGARUH PENAMBAHAN TALC TERHADAP PENINGKATAN NILAI KEKERASAN CETAKAN RTV SILICONE RUBBER PADA PROSES SPIN CASTING Setiawan, Joni; Prasetyo, Ady; Risdiyono, Risdiyono
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol. 34 No. 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.2586

Abstract

Proses pembuatan kerajinan pewter dengan teknologi spin casting membutuhkan cetakan berbahan karet silikon. Jenis karet silikon yang tersedia adalah karet silikon dengan sistem vulkanisasi pemanasan dan vulkanisasi pada suhu kamar atau room temperature vulcanized (RTV) silicone rubber. RTV silicone rubber memiliki harga yang lebih murah dibandingkan karet silikon dengan sistem vulkanisasi pemanasan, namun nilai kekerasannya lebih rendah.  Nilai kekerasan menggunakan skala durometer shore-A pada RTV silicone rubber sebesar 16,8 sedangkan karet silikon dengan vulkanisasi pemanasan sebesar 50,6.  Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kekerasan cetakan RTV silicone rubber dengan penambahan talc. Variasi sampel cetakan karet adalah komposisi RTV silicone rubber : katalis (dalam gram) yaitu 50:1 dan 50:2 serta penambahan talc (dalam gram) sebesar 0, 2, 6, 8, 10, 20, 30, 40 dan 50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi RTV Silicone rubber : katalis : talc sebesar 50:1:40 dapat meningkatkan kekerasan cetakan karet menjadi 41,6 dan komposisi 50:2:4 dapat meningkatkan kekerasan menjadi 47,6. Hasil evaluasi produk menunjukkan cetakan berbahan karet dengan penambahan talc menghasilkan produk yang lebih presisi jika dibandingkan dengan cetakan karet tanpa penambahan talc.