Moch. Akrom Mustafa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

POTENSI KEBENCANAAN GEOLOGI DI KAWASAN PESISIR SELATAN D.I. YOGYAKARTA Yudhicara Yudhicara; Ai Yuningsih; Moch. Akrom Mustafa; Nur Adi Kristanto
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 1, No 1 (2003)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.894 KB) | DOI: 10.32693/jgk.1.1.2003.92

Abstract

Hasil penyelidikan geologi dan geofisika kelautan di kawasan pesisir dan perairan selatan Yogyakarta, menunjukkan bahwa kawasan Pesisir Yogyakarta perlu diwaspadai terhadap bencana geologi seperti tsunami, abrasi, dan sedimentasi/pendangkalan. Adanya perbedaan parameter oseanografi, karakteristik pantai dan jenis litologi, menjadikan hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tata ruang pantai.Upaya pemeliharaan kelestarian pelindung alami dan buatan sangat membantu pengembangan wilayah, khususnya di kawasan pesisir Yogyakarta. The result of marine geological and geophysical investigation in southern coastal areaand waters of Yogyakarta indicates that this area has to be paid attention from the geological hazards, such as tsunami, abrasion and sedimentation. The differences of oceanographical parameters, coastal characteristics and lithologies, has to be mentioned in coastal development planning. The natural and artificial protection will support in coastal development especially in Yogyakarta coastal area.
INDIKASI KETERDAPATAN ENDAPAN PLASER PEMBAWA TIMAH DAN UNSUR TANAH JARANG (REE), DI PERAIRAN TODAK, SINGKEP, KEPULAUAN RIAU Udaya Kamiludin; I Nyoman Astawa; Moch. Akrom Mustafa
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 13, No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8550.991 KB) | DOI: 10.32693/jgk.13.2.2015.266

Abstract

Penelitian geofisika di Perairan Todak, Singkep, Kepulauan Riau menggunakan seperangkat peralatan seismik pantul dangkal saluran tunggal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjang penelitian keterdapatan endapan plaser pembawa timah dan unsur tanah jarang (REE). Hasil interpretasi rekaman seismik diperoleh terdapatnya lembah/mangkuk yang terbentuk secara alami akibat adanya terobosan batuan granit, di mana lembah/mangkuk-mangkuk ini merupakan tempat terjadinya sedimentasi dari hasil pelapukan batuan di sekitarnya. Hasil interpretasi rekaman seismik pantul saluran tunggal analog di perairan Todak, Singkep, dapat diklasifikasikan menjadi 3 runtunan yaitu runtunan A, B, dan runtunan C.Kata kunci Data seismik, endapan plaser, lembah/mangkuk, Perairan Todak. Geophysical research at Todak, Singkep, Riau Archipelago Province, by using single channel sahllow seismic refletion. The purpose of research is to support placer deposit bearing tin and rare earth element research at this area. From seismic interpretation can be recognized the distribution of valley/bowls which is naturally formed, caused by granite rock intrusion. Those valleys are sedimentation places of wheathered rock from the surrounding area. Beside that, the seismic research also for determining the placer deposit thickness. Interpratation of analog single channel seismic records in the Todak waters, Singkep, result 3 seismic sequences and intrusive feature, A sequences, B, and C. Keywords: Seismic data, placer deposit, valley/basin, Todak Watres.
KARAKTERISTIK PANTAI DAN RESIKO TSUNAMI DI KAWASAN PANTAI SELATAN YOGYAKARTA Moch. Akrom Mustafa; Yudhicara Yudhicara
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 5, No 3 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1037.97 KB) | DOI: 10.32693/jgk.5.3.2007.143

Abstract

Gempa besar yang terjadi di selatan Jawa yang menimbulkan tsunami pada tanggal 17 Juli 2006, telah menimbulkan dampak kerusakan yang dialami oleh kawasan pantai di selatan Jawa, diantaranya pantai Yogyakarta dengan tinggi maksimum sekitar 3,4 meter. Gempa ini mempunyai magnitude M7,7 (USGS, 2006), pada kedalaman 10 km di bawah dasar laut. USGS menyatakan bahwa gempa ini memiliki mekanisme sesar naik dan berasosiasi dengan zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan pada tahun 2002 memperlihatkan bahwa kondisi batimetri di perairan selatan Yogyakarta dari pantai hingga 12 mil ke arah laut lepas berkisar antara 5 hingga 350 meter, yang berangsur makin dalam ke arah laut dengan pola kontur batimetri yang sejajar dengan garis pantai. Berdasarkan karakteristik pantainya, kawasan pantai Yogyakarta dapat dibagi menjadi 2 zona resiko tsunami, yaitu: (1) Zona Resiko Tinggi terdapat pada lokasi dengan bentuk pantai berteluk dan pantai berkantong (pocket beach) di kawasan sepanjang pantai mulai dari Parangendog ke arah timur hingga pantai Sadeng, khususnya pada pantai-pantai yang dimanfaatkan sebagai kawasan wisata atau pemukiman nelayan yang dibangun relatif dekat dengan garis pantai; (2) Zona Resiko Rendah, diperlihatkan di kawasan sepanjang pantai mulai dari Parangtritis ke arah barat hingga pantai Pasir Congot, yang meskipun memiliki morfologi pantai relatif landai dengan garis pantai lurus, namun pemukiman dan bangunan wisat dibangun pada jarak yang relatif jauh dari garis pantai dan berada di belakang gumuk pasir (sand dune) yang berfungsi sebagai pelindung alami dari gelombang tsunami. Kata kunci : tsunami, karakteristik pantai, batimetri, zona resiko tsunami Great earthquake that has generated tsunami occurred offshore south of Java in July 17, 2006. The coast of Yogyakarta was one of the impacted areas by tsunami waves and the maximum tsunami height measured in this area about 3.4 meters. This earthquake has Magnitude M 7.7 (USGS, 2006) with depth of about 10 kms under the seafloor. USGS pointed out that this earthquake was thrust fault mechanism associated with subduction zone between Indo-Australia and Eurasian Plates. Study on marine and coastal geology at the coast of Yogyakarta has been carried out by Marine Geological Institute in 2002. Based on this study, it was known that bathymetry along the coast as far as 12 miles seaward are about 5 meters to 350 meter-depth which are gradually increase contour parallel to the shoreline. Coastal characteristic study along the coast of Yogyakarta indicate that this area can be divided into two zones of tsunami risk; (1) First zone is high tsunami risk, which is represented by coastal area along Parangendog to Sadeng, this area is bay-shape, settlement area generally close to the shoreline without sufficient protection; (2) Flat morphology, with sand dune along Parangtritis to the west, dominated by straight shoreline, and settlement area behind the sand dune, make this area has relatively low in tsunami risk. Keywords: tsunami, coastal characteristic, bathymetry, tsunami risk zone.
PENGARUH PENGANGKATAN DAN PERUBAHAN POLA SEDIMENTASI TERHADAP SEBARAN PASIR BESI DI PESISIR DAN PERAIRAN PANTAI BAGIAN BARAT PULAU TALAUD SULAWESI UTARA Hananto Kurnio; Moch. Akrom Mustafa; Udaya Kamiludin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 13, No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10005.343 KB) | DOI: 10.32693/jgk.13.2.2015.262

Abstract

Hasil penelitian sumber daya pasir besi di pesisir barat Pulau Talaud, menyimpulkan bahwa sebarannya sebagian dikontrol oleh proses tektonik aktif yang berlangsung sekarang berupa pengangkatan yang mengakibatkan perubahan pola sedimentasi. Proses tektonik ini mengakibatkan terangkatnya bagian barat Pulau Talaud, yang ditunjukkan oleh terdapatnya terumbu-terumbu karang yang mati. Peristiwa ini berhubungan dengan gempabumi di laut sebelah barat pulau yang terjadi pada tahun 2009 dengan magnitude 7,2 sekala Richter, kedalaman episenter kurang dari 35 kilometer. Proses pengangkatan ini, sekitar 1 meter berdasarkan informasi penduduk setempat, mengakibatkan terjadinya fenomena re-distribusi endapan pasir besi. Pasir besi di pesisir tersebar ke arah laut membentuk dangkalan-dangkalan (shoals), yang tampak jelas pada saat air laut surut. Kata kunci pengangkatan, perubahan pola sedimentasi, pasir besi, Perairan Pulau Talaud Results of research on iron sand resource in coastal zone of Talaud Island concluded that its distribution is partly controlled by active tectonic process which took the form of uplifting and changing of sedimentation pattern. This tectonic process was causing uplifting of western side of Talaud Island, which is shown by mortality of coral reefs. This event was related to a 2009's earthquake of 7.2 Richter scale which was located at the sea west of the island, epicenter depth less than 35 kilometers. The uplifting process, approximately 1 meter based on local residence information, generates phenomenon of redistribution of iron sand deposit. The iron sand is distributed toward sea forming shoals, which is clearly could be seen during low tide. Keywords: uplift, sedimentation pattern change, iron sand, Talaud Island Waters
ANALISIS PERBANDINGAN GEOKIMIA GRANIT DAN SEDIMEN DASAR LAUT DI PULAU SINGKEP BAGIAN TIMUR, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Moch. Akrom Mustafa; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 11, No 3 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (819.407 KB) | DOI: 10.32693/jgk.11.3.2013.237

Abstract

Hasil analisis kimia secara umum menunjukkan kesamaan antara granit dan sedimen permukaan dasar laut. Perbedaan hanya pada dua unsur, yaitu Al2O3 dan Fe2O3; kandungan Al2O3 pada granit antara 12,63 - 15,58% dan Fe2O3 antara 1,26 - 1,78%, sedangkan sedimen permukaan dasar laut Al2O3 berkisar antara 2,10 - 3,29% dan Fe2O3 antara 7,57 - 12,88%. Hasil analisis pada Diagram Harker menunjukkan penyebaran granit dan sedimen dasar laut membentuk pola searah, mengiindikasikan pola ko-magmatik. Selanjutnya, untuk menentukan tipe granit di P. Singkep dalam kaitannya dengan kandungan timah, dua diagram SiO2 vs FeOtot/MgO dan ACF telah digunakan. Hasilnya menunjukkan bahwa granit Singkep termasuk daerah transisi antara tipe A dan tipe I&S dan tipe S yang kaya ilmenit dan berassosiasi dengan konsentrat timah. Kata kunci: granit, sedimen dasar laut, kimia, tipe I&S, tipe S, timah, Pulau Singkep Results of chemical analyses generally show the similarities between the granites and the seafloor sediments. The difference is only in the two elements, namely Al2O3 and Fe2O3; Al2O3 contents. In the granite ranges between 12.63 to 15.58% and the Fe2O3 ranges between 1.26 to 1.78%; while the seafloor sediment shows Al2O3 between 2.10 to 3, 29% and Fe2O3 between 7.57 to 12.88%. Results of the analysis on the Harker Diagram shows the distribution of the granites and the seafloors sediments form the unidirectional pattern, indicates the co-magmatic pattern. Furthermore, to determine the type of granite in Singkep Island in relation with the tin content two diagram of SiO2 vs FeOtot/MgO and ACF are used. The result shows that the Singkep granite belong to the the transition area between the A and I&S and the S type which rich of ilmenite and associated with tin concentrate. Keywords: granite, sea floor sediments, chemicals, I&S type, S type, tin, Singkep Island