Hananto Kurnio
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KARAKTERISTIK SEDIMEN PERMUKAAN DASAR SUNGAI DAN LAUT DI DAERAH SUNGAI KUARO DAN TELUK ADANG KALIMANTAN TIMUR Hananto Kurnio; Udaya Kamiludin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 1 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.926 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.1.2005.119

Abstract

Fenomena menarik sedimen permukaan sungai dan laut dalam kajian alur transportasi batubara di daerah Teluk Adang Kabupaten Kuaro Kalimantan Timur menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan tekstur, sebaran dan komposisi fraksi. Perbedaan-perbedaan tersebut dicoba diidentifikasi melalui tampilan-tampilan diagram histogram; posisi geografis dari contoh-contoh juga dapat membantu identifikasi perbedaan-perbedaan tersebut. Dari tampilan histogram tampak bahwa fraksi lanau dominan tersebar ke arah lepas pantai sedangkan fraksi pasir cenderung dominan ke arah sungai. Contoh sedimen dari tengah sungai cenderung berpola unimodal sedangkan sedimen tepi sungai lebih berpola bimodal dan polimodal. Kandungan material organik yang terlalu tinggi merupakan kendala untuk identifikasi rejim pengendapan karena pola histogramnya tidak menunjukkan keadaan yang sesungguhnya. Sedangkan sedimen hasil perangkap sedimen menunjukkan sistem pengendapan suspensi dari dominannya fraksi halus lanau. An interesting phenomenon of river and marine surficial sedimens in coal transportation channel studies in the area of Adang Bay, Kuaro Regency showed differences of texture, distribution and fraction compositions. The differences were tried to be identified through features of histogram diagrams; while geographical positions can also assist in identification of the differences. From histogram features revealed that silt fraction dominant to offshore while sand fraction distribute more to the direction of the river. Middle river samples tend to unimodal pattern compared to the riverside which show bimodal and polymodal. The very high contents of organic material is a constraint for identification of sedimenation regime due to improper histogram patterns. On the other hand, sedimen trap sedimens demonstrate suspension depositional system through recognition of silt dominances.
TEKSTUR SEDIMEN PERMUKAAN DASAR LAUT DI PERAIRAN TANJUNG DATU, SAMBAS-KALIMANTAN BARAT Udaya Kamiludin; Hananto Kurnio; Noor C.D. Aryanto
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 10, No 1 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (905.952 KB) | DOI: 10.32693/jgk.10.1.2012.211

Abstract

Dasar laut perairan Tanjung Datu ditempati oleh tekstur sedimen dengan jenis lanau pasiran (sZ), pasir lanauan (zS), pasir (S) dan pasir sedikit kerikilan [(g)S]. Parameter statistik berupa modus jatuh antara lanau kasar (4,5 Ø)-pasir menengah (1,5 Ø), kepencongan negatif-positif dengan kurtosis berbentuk monomodal-bimodal. Distribusi partikel tegak lurus pantai menunjukan frekuensi modus pasir halus dan menengah yang bertambah ke arah lepas pantai; dan untuk yang sejajar pantai, pasir halusnya cenderung bertambah ke bagian tengah daerah penelitian. Klasifikasi pasir terhadap kelas pemilahan berdasarkan nilai deviasi standar, dan plot skater memperlihatkan bahwa satuan pasir dan pasir sedikit kerikilan mempunyai kesesuaian dengan lingkungan marin disertai adanya kelebihan partikel kasar dan halus. Kata Kunci : Sedimen permukaan, parameter statistik, lingkungan marin, Perairan Tanjung Datu. Tanjung Datu waters occupied by sandy silt (sZ), silty sand (zS), sand (S), and slightly gravellly sand sediment texture. The above unit has the statistical parameter values, comprising: mode falls between coarse silt (4.5 Ø)-medium sand (1.5 Ø), negative-positive skewness with kurtosis monomodal-bimodal shape. The distribution of particles perpendicular to the coast showing modes frequencies of fine to medium sand increases towards offshore. The parallel distribution contains modes of fine sand tends to increase to the central part of the study area. Classification of sand to a class of sorting based on the value of standard deviation, and the scatter plot shows that the sand and slightly gravellly sand units have compatibility with the marine environment with excess coarse and fine particles. Key words: Surface sediment, statistical parameters, marine environment, Tanjung Datu Waters.
KANDUNGAN EMAS LEBIH TINGGI DALAM SEDIMEN FRAKSI KASAR DARIPADA FRAKSI HALUS DI PERAIRAN BAYAH - PROPINSI BANTEN AKIBAT KONDISI PENGENDAPAN TERBUKA SAMUDERA HINDIA Hananto Kurnio; Catur Purwanto
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 3 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1111.776 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.3.2008.161

Abstract

Emas letakan dasar laut maupun pantai Perairan Bayah terdapat dalam pasir, pasir sedikit kerikilan, pasir kerikilan, pasir lumpuran, lumpur pasiran, pasir lumpuran sedikit kerikilan dan lumpur pasiran sedikit kerikilan. Akibat lingkungan pengendapan terbuka Samudera Hindia; sedimen fraksi kasar pasir, pasir sedikit kerikilan dan pasir kerikilan cenderung berkadar Au lebih tinggi daripada sedimen fraksi halus di daerah ini. Berdasarkan pendekatan diagram Total Alkali Silika, batuan beku asal emas sekunder adalah dasit bagian dari Granodiorit Cihara sekitar 10 kilometer sebelah barat Bayah. Kemudian karena densitas emas yang besar (19,3), logam mulia ini cenderung terakumulasi di sedimen bawah permukaan daripada permukaan terutama di daerah pantai. Arus sejajar pantai dari barat yang melalui kompleks batuan beku Granodiorit Cihara kemungkinan membawa emas ke timur serta terjebak oleh morfologi teluk yang dibatasi tanjung Ujung Karangtaraje di sekitar muara Sungai Madur. Emas kadar tinggi banyak terdapat disini. Kata kunci : emas letakan, karakteristik sedimen, dasar laut, pantai Bayah Gold placer of seabottom and coastal zone of Bayah Waters occurred in sand, slightly gravelly sand, gravelly sand, muddy sand, sandy mud, slightly gravelly muddy sand and slightly gravelly sandy mud. Due to open Indian Ocean deposition environment; coarse sediments of sand, slightly gravelly sand and gravelly sand tend to have higher Au contents than fine sediments. Based on Total Alkali Silica diagram, igneous rock as the source of secondary gold is dacite which belongs to Granodiorite Cihara approximately 10 kilometers west of Bayah. Furthermore, due to its high density (19,3) gold tends to accumulate in subsurface sediments than surficial deposits especially in the coastal area. Longshore current from the west passing through igneous rock complex Granodiorite Cihara possibly brought along gold to the east which is trapped by bay morphology formed by Ujung Karangtaraje headland located surround Madur River mouth. High content gold was much accumulated in this area. Key words : gold placer, sediment characteristics, seabottom, Bayah coast
SEBARAN DUGAAN GAS BIOGENIK BERDASARKAN HASIL PENAFSIRAN REKAMAN STRATA BOX DI PERAIRAN TANJUNG PONTANG-BANTEN Nyoman Astawa; Hananto Kurnio
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 9, No 3 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2266.9 KB) | DOI: 10.32693/jgk.9.3.2011.207

Abstract

Penelitian gas biogenik di perairan Tanjung Pontang dan sekitarnya menerapkan metode geofisika menggunakan alat akustik (strata box). Keberadaan gas biogenik dalam rekaman akustik, dicirikan oleh tidak adanya gambaran pantul dalam (free reflector), dan menampakan warna hitam. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya energi alternatif, berupa gas biogenik untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar daerah penelitian. Hasil penafsiran rekaman strata box, kemudian runtunan yang diperkirakan mengandung gas biogenik diplot dalam peta lintasan. Hasil penafsiran menunjukkan bahwa akumulasi gas biogenik terdapat di kedalaman 2.5 meter pada lintasan 3 (L-3), di kedalaman 10.0 meter pada lintasan 7 (L-7), dan di kedalaman 5.0 meter pada lintasan 3 (L-3). Kata kunci : rekaman strata box, penafsiran, peta pola sebaran gas biogenik. Biogenic gas research in Tanjung Pontang and its surrounding waters applied geophysic method of acoustic equipment (strata box). Occurrences of biogenic gas in the acoustic records were characterized by no internal reflection patterns (free reflector), and black colour appearance. The research was meant to utilize alternative energy resources, biogenic gas for local community surround the gas deposits. Results on strata box interpretation, then plotted on ship track map of its possible biogenic gas bearing sequences. It indicates that biogenic gas is accumulated in 2.5 meter depth on the 3 (L-3) track, in 10.0 meter depth on the 7 (L-7) track, and in 5.0 meter depth on the 3 (L-3) track. Key words : strata box records, interpretation, biogenic gas distribution pattern map.
PROSPEKSI EMAS LETAKAN DI PERAIRAN BAYAH, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN Hananto Kurnio; Catur Purwanto
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 5, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1972.853 KB) | DOI: 10.32693/jgk.5.2.2007.134

Abstract

Mineral emas letakan di perairan Bayah dijumpai dalam sedimen dasar laut perairan, pantai dan sungai. Emas letakan Bayah dari hasil analisis mineral butir terakumulasi pada sedimen pasir berukuran sangat halus (0,125 hingga 0,0625 mm). Hasil analisis mineral bijih, kandungan tinggi Au dan Ag berasosiasi dengan kandungan tinggi mineral magnetik. Dari kurva energi fluks gelombang sebagian pantai perairan Bayah memiliki kecenderungan akresi akibat proses sedimentasi aktif yang membawa emas letakan. Hasil penelitian diketahui kadar Au 0,4-1,8 ppm, Ag 6,8-7,8 ppm, Fe 38,54-48,64 % dan Cu 17-18 ppm. Sedangkan data bor dalam prospek emas letakan pada kedalaman bor 9-14 meter, mempunyai kadar antara 0,4-1,8 ppm. Pendulangan yang dilakukan pada 13 lokasi sepanjang pantai Bayah mendapatkan hanya 3 lokasi nihil sehingga persentase keterdapatan emas letakan di daerah ini sementara adalah 76,9 %. Kata kunci: emas letakan, sedimen dasar laut, mineral bijih, mineral magnetit, energi fluks gelombang Gold placer mineral indications in Bayah waters are occurred in the seafloor, coastal and river sediments. Bayah gold placer is accumulated in a very fine sand sediment (0.125 up to 0.0625 mm). Results of ore mineral analyses, the high content of Au and Ag samples are associated with high content of magnetic minerals. The observation of wave flux energy curve, parts of Bayah Coast tends to accretion due to active sedimentation process that carrying gold placer. Research results, it is known that Au 0,4-1,8 ppm, Ag 6,8-7,8 ppm, Fe 38,54-48,64 % and Cu 17-18 ppm . While from deep borehole, gold placer prospects are between depths of 9-14 meters with the range of the contents between 0,4-1,8 ppm. Gold panning carried out in 13 locations along Bayah beach found out only 3 empty gold locations; thus percentage of gold placer existences in this area temporarily 76.9 %. Key words: gold placer, seafloor sediments, ore minerals, magnetite minerals, wave flux energy
PENGARUH PENGANGKATAN DAN PERUBAHAN POLA SEDIMENTASI TERHADAP SEBARAN PASIR BESI DI PESISIR DAN PERAIRAN PANTAI BAGIAN BARAT PULAU TALAUD SULAWESI UTARA Hananto Kurnio; Moch. Akrom Mustafa; Udaya Kamiludin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 13, No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10005.343 KB) | DOI: 10.32693/jgk.13.2.2015.262

Abstract

Hasil penelitian sumber daya pasir besi di pesisir barat Pulau Talaud, menyimpulkan bahwa sebarannya sebagian dikontrol oleh proses tektonik aktif yang berlangsung sekarang berupa pengangkatan yang mengakibatkan perubahan pola sedimentasi. Proses tektonik ini mengakibatkan terangkatnya bagian barat Pulau Talaud, yang ditunjukkan oleh terdapatnya terumbu-terumbu karang yang mati. Peristiwa ini berhubungan dengan gempabumi di laut sebelah barat pulau yang terjadi pada tahun 2009 dengan magnitude 7,2 sekala Richter, kedalaman episenter kurang dari 35 kilometer. Proses pengangkatan ini, sekitar 1 meter berdasarkan informasi penduduk setempat, mengakibatkan terjadinya fenomena re-distribusi endapan pasir besi. Pasir besi di pesisir tersebar ke arah laut membentuk dangkalan-dangkalan (shoals), yang tampak jelas pada saat air laut surut. Kata kunci pengangkatan, perubahan pola sedimentasi, pasir besi, Perairan Pulau Talaud Results of research on iron sand resource in coastal zone of Talaud Island concluded that its distribution is partly controlled by active tectonic process which took the form of uplifting and changing of sedimentation pattern. This tectonic process was causing uplifting of western side of Talaud Island, which is shown by mortality of coral reefs. This event was related to a 2009's earthquake of 7.2 Richter scale which was located at the sea west of the island, epicenter depth less than 35 kilometers. The uplifting process, approximately 1 meter based on local residence information, generates phenomenon of redistribution of iron sand deposit. The iron sand is distributed toward sea forming shoals, which is clearly could be seen during low tide. Keywords: uplift, sedimentation pattern change, iron sand, Talaud Island Waters
INDIKASI GAS BIOGENIK DI DELTA MUSI, KABUPATEN BANYUASIN, SUMATERA SELATAN Purnomo Raharjo; Hananto Kurnio; Ediar Usman
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.909 KB) | DOI: 10.32693/jgk.12.1.2014.244

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indikasi keterdapatan gas biogenik di Delta Musi, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Analisis contoh sedimen menunjukkan jumlah bakteri metanogenik dari jenis Methanobacterium bryantii, Methanoplanus endosimbiosus dan Methanobacterium ivanovii berkisar antara 3,2 x 104 - 1,0 x 105 (CFU/gram). Bakteri ini melimpah pada kedalaman pemboran 15-17 meter dalam sedimen yang terdiri dari lanau hingga lempung pasiran, pasir halus-sedang, fragmen kuarsa, mineral hitam, gambut dan material organik. Hasil analisis laboratorium dari dua titik bor memperlihatkan kandungan karbon organik berkisar 2,2-13,4 % berupa submaceral Detrovitrinite (Humodetrinite) yang menunjukkan bahwa sedimen di daerah penelitian berpotensi terbentuk gas biogenik pada kedalaman sedimen 6-17,5 meter. Kata Kunci : bakteri metanogenik, energi baru terbarukan, Delta Musi, Banyuasin Sumatera Selatan The aim of the study is to identify the indication of biogenic gas occurence in the Musi Delta, District of Banyuasin, South Sumatera. Sediment samples analysis indicate methanogenic bacteria Methanobacterium bryantii, Methanoplanus endosimbiosus and Methanobacterium ivanovii as much as 3.2 x 104 to 1.0 x 105 (CFU / g). These bacteria are abundant at the core depth of 15-17 meters which sediments consist of silt to sandy clay sediment, fine-medium sand, quartz fragments, dark minerals, peat and organic material. From the laboratory analysis of two cores indicates the organic carbon content of 2.2-13.4 % as Detrovitrinite (Humodetrinite) which indicate that the sediments in study area are potential to form biogenic gas at the depth between 6 to 17.5 meters. Keywords : metanogenic bacteria, renewable, Musi Delta, Banyuasin South Sumatera.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN SEDIMEN PERANGKAP GAS BIOGENIK DI DELTA SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Hananto Kurnio; Yudi Darlan
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 2 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.029 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.2.2009.173

Abstract

Lingkungan pengendapan delta Sungai Kapuas di Kalimantan Barat terdiri dari dataran delta atas, dataran delta bawah dan lingkungan marin. Pada wilayah pesisir, dataran delta bawah terdiri dari kanal cabang (distributary channels), rawa (swamp) pada pulau-pulau delta dan pantai. Lingkungan pengendapan marin terdiri muka delta (delta front) dan prodelta; dengan lingkungan muka delta sedimen bersifat pasiran karena mengendapkan muatan sedimen (bed load) dari sungai, sedangkan pada lingkungan prodelta, sedimen yang diendapkan bersifat suspensi pada paparan dengan pengaruh proses marin lemah. Reservoar pasir pada kanal cabang dan pantai purba delta Sungai Kapuas merupakan tempat akumulasi gas biogenik. Kata kunci: lingkungan pengendapan delta, gas biogenik, Sungai Kapuas Deltaic deposition environment of Kapuas River in Western Kalimantan is consisted of upper delta plain, lower delta plain and marine environment. Within coastal zone, lower delta plain can be classified into distributary channels, swamp, deltaic islands and coasts. Marine environment is composed of delta front and prodelta; with delta front environment characterized by sandy sediments derived from river bed load. While prodelta sediments are suspension materials deposited in shelf of weak marine influences. Sand reservoirs at paleo distributary channels and paleo coasts of Kapuas River delta is the media for biogenic gas accumulations. Key words: deltaic deposition environments, biogenic gas, Kapuas River
FENOMENA SEDIMENT CLOUD DI PERAIRAN TANJUNG PONTANG BANTEN Nyoman Astawa; Hananto Kurnio; Lukman Arifin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 9, No 1 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2881.447 KB) | DOI: 10.32693/jgk.9.1.2011.196

Abstract

Penafsiran data rekaman strata box dari daerah penelitian menunjukkan 2 (dua) runtunan akustik yaitu runtunan A, dan runtunan B. Kontak antara runtunan A dengan B berupa kontak toplap atau pepat erosi. Runtunan B adalah runtunan termuda yang proses pengendapannya masih berlangsung sampai sekarang. Dalam rekaman strata box banyak ditemukan pantulan dalam bersifat keruh di dalam kolom air. Hal tersebut diperkirakan berupa gambaran reflektor sediment cloud (awan sedimen). Munculnya sediment cloud diperkirakan ada kaitannya dengan aktivitas gunung api yang ada di daerah penelitian (Gunung Karang). Sediment cloud terjadi akibat adanya tekanan fluida yang berasal dari bawah permukaan dasar laut, yang menerobos ke permukaan dasar laut, disertai dengan muatan material sedimen. Sebaran sediment cloud di daerah penelitian cukup luas, sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Kata kunci : Rekaman strata box, penafsiran, sediment cloud, gunung api. Strata box records interpretation from the study area indicate two sequences, those are sequence A and sequence B. Sequence A is separated from sequence B by toplap contact. Sequence B is the youngest sequence in the study area is which its deposition still active until now. In the strata box records the chaotic reflection features are found in its water column. These features are assumed as sediment clouds. The appearance of these clouds in the study area is possibly related to volcano activities (Karang Volcano). This phenomenon is occurred due to fluid pressure derived from sub-seabottom, followed by sediment material blow out. The sediment clouds are widely distributed, thus it is interesting to be further studied. Key words : Strata box records, interpretation, sediment cloud, volcano.