Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Persepsi Mahasiswa terhadap E-Modul Pembelajaran Mata Kuliah Fisika Atom dan Inti Haerul Pathoni; Jufrida Jufrida; Ika Saputri; Wulan Sari
JURNAL EKSAKTA PENDIDIKAN (JEP) Vol 1 No 1 (2017): JEP : Jurnal Eksakta Pendidikan
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/jep/vol1-iss1/35

Abstract

Based on observations in atomic physics and nuclear learning, there are some problems see during two semester of the course such as less using of instructional materials and instructional media in the process of learning. In addition, content of book used are books published in the 1990s years and never have been updated. The quantity of books of atomic physics and nuclear in the library is still very little. Therefore developed electronic modul (E-modul). This research used descriptif research. E-module is made using 3D software pageflip professional. E-Module has been validated by experts for media and content of e-module. The result was perception of students on average 83.5% on core structure module and 89 % on radioactivity module with very good category.
KALOBORASI PT DAN UMKM DALAM USAHA HILIRISASI PRODUK UNGGULAN DAERAH DI KABUPATEN BIMA hajairin - hajairin; Ridwan Ridwan; Munir Munir; Gufran Gufran; Muhlis Muhlis; Efendi Efendi; Juniatih Juniatih; Ika Saputri
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 4 (2021): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mewujudkan Pemulihan dan Resiliensi Masya
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.879 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v4i0.1172

Abstract

Latar Belakang Kabupaten Bima merupakan salah satu daerah penghasil produk unggulan bawang merah, bahkan menjadi pemasok utama kebutuhan Bawang merah Nasional. Berdasarkan hitungan dinas pertanian, produksi bawang merah tidak kurang dari 153.297 (Ton) per-tahunya. Akan tetapi, produk unggul tersebut masih sebatas bahan mental. Padahal kalau dihilirisasi dalam bentuk berbagai aneka produk seperti bawang goreng misalnya, maka akan dapat bernilai ekonomis lebih, serta menyerap tenaga kerja sehingga dibutuhkan strategi kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bima seperti pembukaan lahan tanam dengan sarana irigasi secara bertahap, yang telah didukung oleh Kementerian Pertanian. Pembuatan gudang untuk penyimpanan produksi karena bawang merah mudah sekali rusak, guna meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu bawang merah tersebut, agar dapat dikelola menjadi produk-produk unggulan di Kabupaten Bima. Tujuan PkM ini bertujuan untuk mendorong kemampuan kelompok UMKM menghilisirasi produk unggulan bawang merah daerah Kabupaten Bima agar bernilai lebih secara ekonomis. Metode pelaksanaan adalah membangun komunikasi dengan UMKM untuk melakukan pengembangan teknologi produksi tentang varietas dan penyediaan benih unggul daerah dengan berbagai bentuk produk unggulan. Menerapkan manajemen pengelolaan bawang merah mentah menjadi berbagai makanan khas Bima. Hasil Kegiatan menunjukan bahwa Perguruan tinggi dalam hal ini STIH Muhammadiyah Bima, telah melakukan kolaborasi dengan salah satu UMKN yang bergerak di bidang usaha bawang goreng, dengan bahan dasar adalah bawang merah Bima yang ada di Desa Lido Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Namun Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Bima belum memberikan dampak yang signifikan guna meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu bawang merah sehingga bawang Goreng Bima menjadi produk unggulan di Kabupaten Bima, Sebab sampai saat ini UMKN usaha bawang goreng masih mengerjakan secara manual, dan alat bantu sealkadarnya, cara mengerjakanya dilakukan dengan Teknis pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng terdiri dari beberapa tahap yaitu penyediaan bahan baku, pemolenan bawang, sortir, pengirisan bawang, pembubuhan bawang dengan tepung, penggorengan, pengepresan dan pengemasan, selain itu juga belum memiliki perlindungan yang jelas tentang produk bawang goreng khas Bima.
Hak Kekayaan Intelektual Kolektif dan Indikasi Geografis: Tantangan dan Peluang Bagi Produk Khas Indonesia di Pasar Internasional: Collective Intellectual Property Rights and Geographical Indications: Challenges and Opportunities for Indonesian Unique Products in the International Market Ika Saputri; Tongat
Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum Vol. 13 No. 2 (2024): Fundamental: Jurnal Ilmiah Hukum
Publisher : Universitas Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34304/jf.v13i2.312

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yang mengkaji tentang hak kekayaan intelektual kolektif dan indikasi geografis: tantangn dan peluang bagi produk lokal khas indonesia di pasar internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaturan Hak Kekayaan Intelektual terhadap indikasi geografis serta tantangan dan peluang bagi produk lokal khas Indonesia di pasar internasional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada metode penelitian hukum Normatif menggunakan pendekatan analisis pada produk hukum undang-undang, prinsip hukum, dan interpretasi dari perspektif doktrinal, singkatnya bahan hukum promer dan sekunder. Adapun Temuan dalam penelitian ini bahwa meskipun Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 telah memberikan landasan hukum untuk melindungi produk Indikasi Geografis, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan. Tantangan utama meliputi rendahnya kesadaran produsen lokal terhadap manfaat Indikasi Geografis, kurangnya infrastruktur pengawasan yang memadai, serta keterbatasan pengakuan internasional terhadap Indikasi Geografis Indonesia. Di sisi lain, perlindungan Indikasi Geografis membuka peluang besar untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar internasional. Produk dengan Indikasi Geografis yang diakui dapat memperoleh nilai tambah ekonomi, membantu pelestarian budaya lokal, dan menciptakan potensi ekspor yang lebih tinggi. Untuk memaksimalkan manfaat ini, diperlukan kerja sama internasional, penguatan promosi, serta edukasi berkelanjutan bagi produsen lokal.