Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Validasi Metode Analisis Bahan Pembanding Sekunder Anhidrotetrasiklin Hasil Transformasi In Situ Tetrasiklin Hidroklorida dengan Asam Hidroklorida Kurniyati, Fajar; Saefumillah, Asep
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam Vol 3, No 1 (2014): Maret
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.597 KB) | DOI: 10.35580/sainsmat3110142014

Abstract

Parameter mutu dan keamanan obat seringkali dikaitkan dengan kandungan cemaran di dalamnya terutama terkait dengan cemaran yang bersifat racun atau karsinogenik. Dalam konteks pengawasan obat di Indonesia, analisis yang akurat dalam mendeteksi dan mengkuantisasi cemaran pada senyawa obat maupun produk obat perlu dilakukan. Namun demikian, ketersedian bahan pembanding cemaran yang merupakan salah satu faktor penentu jaminan mutu hasil pengujian laboratorium, seringkali menjadi kendala karena sukar diperoleh dan cukup mahal harganya. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuat bahan pembanding sekunder cemaran secara in situ dengan cara mengubah senyawa aktifnya dalam hal ini anhidrotetrasiklin hidroklorida yang dibuat melalui transformasi tetrasiklin hidroklorida dengan asam hidroklorida. Analisis kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan HPLC yang dilengkapi detektor dioda array, sementara analisis kuantitatifnya dilakukan menggunakan HPLC UV-vis pada panjang gelombang 280 nm. Anhidrotetrasiklin hasil transformasi diuji stabilitasnya dengan microwave dan paparan sinar matahari dan hasilnya menunjukkan bahwa senyawa yang terbentuk bukan produk intermediet. Semua parameter validasi metode seperti spesifisitas/selektivitas, rentang, linearitas, presisi dan akurasinya telah terpenuhi dengan nilai sangat baik. Uji homogenitas juga dilakukan dan tetrasiklin hidroklorida yang diuji dapat dinyatakan homogen dalam hal pembentukan anhidrotetrasiklin hidroklorida. Nilai yang ditetapkan terhadap baku pembanding primer anhydrotetracycline hydrochloride EPRS adalah 102,05%, n=10, SD=0,64%, RSD=0,63% tanpa data outlier. Nilai estimasi ketidakpastian pengukuran diperluas yaitu 3,19%.Kata kunci: bahan pembanding sekunder in situ, anhidrotetrasiklin hidroklorida, transformasi, tetrasiklin hidroklorida, validasi metode, homogenitas
Studi Pemanfaatan Limbah Biomassa sebagai Raw Material Adsorben SiC dalam Penurunan Konsentrasi Amonia sebagai Parameter Bau dalam Air Limbah Agustiani, Tia; Saefumillah, Asep; Ambarsari, Hanies
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 22 No. 2 (2021)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1466.663 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v22i2.4838

Abstract

ABSTRACT Biomass as raw material is one solution that can be developed in the management of agricultural, plantation, and industrial waste. The utilization of biomass-derived from waste can help reduce pollution and environmental pollution. This research was conducted to make Silicon Carbide (SiC) adsorbent from wood biomass using Sengon sawdust as a source of carbon and non-wood biomass, namely coconut husk, as a source of silica. SiC adsorbent is applied for ammonium adsorption, which has implications on reducing ammonia gas from wastewater, reducing odor. The research methods included isolation of silica and carbon, the production of SiC adsorbent by magnesiothermic reduction, and the characterization of SiC adsorbents with XRD and SEM-EDX. Adsorption capacities of SiC to ammonium were determined according to SiO2:C adsorbent ratios (1:3 and 5:3), adsorbent mass variations, and ammonium concentrations in simulated wastewater using the spectrophotometric method. The results showed that SiC could be used as an adsorbent because there are pores on the surface structure. The optimum SiO2:C adsorbent ratio in adsorbing ammonium was 1:3 (SiC 136) with 45% adsorbed ammonium and an adsorption capacity of 0.47 mg/g. The optimum adsorbent mass in adsorbing ammonium was 0.1 g with 41.77% adsorbed ammonium. The optimum concentration of ammonium in simulated wastewater for ammonium adsorption was 20 mg/L with 46.25% adsorbed ammonium. The adsorption isotherm pattern during the ammonium adsorption process follows the Freundlich isotherm, which means that the adsorption process occurs physically. Keywords: adsorbent, adsorption, ammonia, biomass, coconut husk, SiC   ABSTRAK Biomassa sebagai raw material merupakan salah satu solusi yang dapat dikembangkan dalam pengelolaan limbah hasil pertanian, perkebunan, dan industri. Pemanfaatan biomassa yang berasal dari limbah dapat membantu mengurangi tingkat polusi dan pencemaran lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk membuat adsorben Silikon Carbida (SiC) dari biomassa kayu yaitu memanfaatkan serbuk gergaji kayu Sengon sebagai sumber karbon dan biomassa non kayu yaitu sabut kelapa sebagai sumber silika. Adsorben SiC diaplikasikan dalam penjerapan amonium yang berimplikasi pada potensi penurunan gas amonia dari air limbah sehingga adsorben SiC berpotensi mengurangi bau dalam air limbah. Metode penelitian meliputi isolasi silika, isolasi karbon, pembuatan adsorben SiC secara reduksi magnesiotermik dan karakterisasi adsorben SiC dengan XRD dan SEM-EDX. Penentuan daya adsorpsi SiC sebagai adsorben terhadap variasi rasio adsorben SiO2:C (1:3 dan 5:3), variasi massa adsorben, variasi konsentrasi limbah simulasi menggunakan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SiC dapat digunakan sebagai adsorben karena terdapat pori-pori pada struktur permukaan. Variasi rasio adsorben SiO2:C optimum dalam mengadsorpsi amonium ialah SiC 136 dengan amonium teradsorpsi sebanyak 45% dan kapasitas adsorpsi sebesar 0,47 mg/g. Massa adsorben optimum dalam mengadsorpsi amonium ialah 0,1 g dengan amonium teradsorpsi 41,77%. Konsentrasi optimum limbah simulasi dalam adsorpsi amonium 20 mg/L dengan amonium teradsorpsi 46,25%. Pola isoterm adsorpsi selama proses adsorpsi amonium mengikuti isoterm Freundlich, yang berarti proses adsorpsi cenderung terjadi secara fisika. Kata kunci: adsorben, adsorpsi, amonia, biomassa, sabut kelapa, SiC
SINTESIS KOPOLIMER CANGKOK SELULOSA DAN GLYCIDYL METHACRYLATE DENGAN METODE PRA IRADIASI DAN MENGGUNAKAN ETILENDIAMIN SEBAGAI GUGUS FUNGSI Meri Suhartini; Asep Saefumilah; Janrizka Betta C. Elisunarko
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol 18, No 1: OKTOBER 2016
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jsmi.2016.18.1.4183

Abstract

SINTESIS KOPOLIMER CANGKOK SELULOSA DAN GLYCIDYL METHACRYLATE DENGAN METODE PRA IRADIASI DAN MENGGUNAKAN ETILENDIAMIN SEBAGAI GUGUS FUNGSI. Adsorben telah dikembangkan untuk mengatasi pencemaran logam berat. Dalam penelitian ini, adsorben merupakan selulosa yang dimodifikasi dengan metode pencangkokan dan penambahan gugus fungsi. Monomer Glycidiyl Methacrylate (GMA) dicangkokkan melalui proses pra iradiasi pada selulosa yang diiradiasi menggunakan berkas elektron dengan dosis radiasi 40 kGy. Sampel selanjutnya dimodifikasi dengan etilendiamin (selulosa glisidil metakrilat - etilendiamin atau SG-E). Keberhasilan dalam mensintesis kopolimer SG-E dapat dilihat dari perubahan gugus fungsi pada spektrum Fourier Transform-Infra Red (FT-IR), pengujian Thermo Gravimetry Analysis (TGA) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil tertinggi prosentase pencangkokan adalah 266% dengan konsentrasi GMA 20%. Kondisi optimum sintesis SG-E berada pada 80 oC selama 5 jam dengan konsentrasi etilendiamin 2 N memiliki konversi 12,41%. Hasil sintesis SG-E pada kondisi optimum adalah 2,05 mmol EDA/g. Kondisi proses penjerapan optimum dicapai pada pH 4 dan waktu kontak 150 menit. Proses adsorpsi isoterm Langmuir memiliki nilai regresi sebesar 0,98. Adsorpsi kinetik mengikuti laju reaksi orde 1. Modifikasi selulosa melalui pencangkokkan dengan GMA dengan gugus etilendiamin dapat memicu penjerapan ion logam.
MODIFIKASI SELULOSA MENGGUNAKAN ASAMAKRILAT DAN TRIMETHALLYL ISOCIANURATE DENGAN METODE PRA IRADIASI PEROKSIDA Meri Suhartini; Asep Saefumillah; Ikfa Nur Fadilla
Jurnal Sains Materi Indonesia Vol 19, No 4: JULI 2018
Publisher : Center for Science & Technology of Advanced Materials - National Nuclear Energy Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/jsmi.2018.19.4.4964

Abstract

MODIFIKASI SELULOSA MENGGUNAKAN ASAM AKRILAT DAN TRIMETHALLYL ISOCIANURATE DENGAN METODE PRA IRADIASI PEROKSIDA. Modifikasi selulosa dengan asam akrilat menggunakan pengikat silang Trimethallyl Isocianurate (TMAIC) dengan teknik kopolimerisasi cangkok pra-iradiasi-peroksida telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untukmendapatkan adsorben ion logam berbasis selulosa. Pengikat silang TMAIC digunakan untuk meningkatkan ketahanan asam dan termal dari selulosa-g-AA. Kondisi optimum reaksi pencangkokan diperoleh pada dosis radiasi 40 kGy, konsentrasi TMAIC 0,5 %(w/v), konsentrasi monomer 10 %(v/v), suhu pencangkokan 90 °C dan waktu pencangkokan 6 jam,dengan persen pencangkokan rata-rata sebesar 42,37 %. Pengembangan dalam air turun sebesar 36 % setelah penambahan TMAIC. Hasil sintesis kopolimer selulosa-TMAIC-g-AA telah berhasil dikarakterisasi dengan FT-IR, TGA dan SEM. Selulosa terikat silang dapat digunakan sebagai adsorben ion logam Pb2+, dengan kapasitas  adsorpsi sebesar 2,60 mg/g pada waktu kontak 2 jam dan pH 5 (konsentrasi awal Pb2+ 10 mg/L). Isoterm adsorpsi yang sesuai dengan adsorpsi Pb(II) dengan kopolimer adalah isoterm adsorpsi Langmuir yang berarti energi adsorpsi konstan di semua sisi kopolimer tersebut.
Studi Metode Diffusive Gradient In Thin Film dengan Binding Gel Titanium Dioksida-Chelex untuk Penyerapan Logam Besi(II) dan Fosfat Secara Simultan Asep Saefumillah; Amalia Ekaputri Hidayat
Jurnal Kimia Valensi Jurnal Kimia VALENSI Volume 3, No. 2, November 2017
Publisher : Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (795.242 KB) | DOI: 10.15408/jkv.v0i0.6078

Abstract

Tingginya konsentrasi fosfor sebagai fosfat ke dalam sistem akuatik mengakibatkan eutrofikasi yang berujung pada terjadinya algae blooming. Input fosfat dalam sistem akuatik ini dicurigai dipengaruhi oleh pelepasan fosfat yang terikat pada besi(III) hidroksida ketika tereduksi menjadi besi(II) di sedimen, sehingga diperlukan pengukuran fosfat dan besi(II) secara simultan. Teknik diffusive gradient in thin film (DGT) merupakan salah satu metode pengukuran in-situ yang dikembangkan untuk pengukuran fosfat dan logam.Teknik DGT diteliti menggunakan binding gel campuran TiO2-Chelex. Metode baru ini memperkenalkan penggunakan TiO2 hasil sintesis melalui metode sol-gel sebagai agen pengikat fosfat dan resin Chelex-100 sebagai agen pengikat logam Fe(II). DGT yang terdiri dari diffusive layer dan binding layer diuji kemampuannya dalam menyerap logam labil besi(II) dan fosfat secara terpisah, kemudian diuji homogenitasnya. DGT dengan binding gel TiO2-Chelex diuji pada sejumlah variasi waktu pengukuran, konsentrasi larutan, dan pH.Hasil analisis menggunakan spektrofotometer AAS untuk logam besi dan spektrofotometer UV-Vis untuk fosfat menunjukkan bahwa waktu optimum untuk pengukuran DGT adalah 24 jam. DGT dengan binding gel TiO2-Chelex optimum mengukur fosfat pada larutan dengan pH 5.2 dan pH 6 dan optimum mengukur besi(II) pada pH netral (pH 7). DGT TiO2-Chelex memiliki kapasitas pengukuran 5.86 mg/L untuk fosfat dan 53.41 mg/L untuk logam besi(II). Sehingga dapat disimpulkan bahwa, binding gel campuran TiO2-Chelex yang telah dibuat dalam sistem DGT dapat menyerap logam Fe(II) dan fosfat secara simultan dengan baik. The high phosphorus as phosphate input into aquatic systems causes eutrophication which leads to the occurrence of algae blooming. Phosphate input in aquatic systems is influenced by the release of suspected phosphate bound to iron(III) when reduced to iron(II) in the sediment. Diffusive gradients in thin films (DGT) technique is one of the in-situ measurement methods developed for the measurement of phosphate and metals. DGT technique was studied using gel bindings mixture of TiO2-Chelex. This new method introduces the use synthesis of TiO2 via sol-gel method and resin Chelex-100 as phosphate and iron(II) binding agents, respectively. DGT composed of diffusive and binding layer was tested for their ability to absorb iron(II) and phosphate separately, and homogeneity. DGT with bindings TiO2-Chelex gel was tested at various measurement time, solution concentration, and pH. The results of the analysis using AAS for iron and UV - Vis spectrophotometer for phosphate showed that the optimum time for DGT measurement is 24 hours. Optimum measurement of DGT with bindings gel TiO2-Chelex was reached at pH around pH 5.2 and 6 for phosphate, and neutral (pH 7) for iron(II). TiO2-Chelex DGT measurement capacity was 5.86mg/L and 53.41 mg/L for phosphate and iron (II), respectively. In conclusion, the TiO2-Chelex mixed binding gel that was made can absorb iron (II) and phosphate simultaneously.
BIOSORPSI TIMBAL OLEH BIOMASSA DAUN KETAPANG Reza Mulyawan; Asep Saefumillah; Foliatini Foliatini
Molekul Vol 10, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.676 KB) | DOI: 10.20884/1.jm.2015.10.1.173

Abstract

Limbah yang mengandung logam berat timbal (Pb)  sangat berbahaya bagi lingkungan. Proses pengolahan telah diperkenalkan untuk mengolah limbah, dari proses pengendapan, hingga menggunakan resin penukar ion. Daun ketapang telah di gunakan sebagai media pengolahan air yang digunakan untuk akuarium. Para peneliti telah menunjukkan daun ketapang berpotensi sebagai pengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi biosorpsi daun ketapang pada limbah yang tercemar logam berbahaya, dengan mempelajari karakteristik biosorpsi, kesetimbangan, kinetika dan termodinamika. Kondisi optimum seperti pH, dosis daun ketapang, waktu kontak dan suhu akan diamati pada penelitian ini. Hasil Penelitian biomassa daun ketapang berpotensi sebagai biosorben, dengan perlakuan asam atau basa daun ketapang ini masih berpotensi sebagai biosorben. Penyerapan sangat dipengaruhi oleh pH, konsentrasi ion Pb, massa adsorben, waktu kontak dan suhu, yang berurutan nilai maksimum nya adalah pH 3, konsentrasi ion Pb 5 mg/L, massa adsorben 0,5 gram, waktu kontak 4 jam, dan suhu 40 ºC. Laju reaksi  berjalan pada orde satu dan memenuhi kaidah isotermal Langmuir. Daun ketapang memiliki energi aktivasi yang rendah sehingga cocok untuk dijadikan adsorben alternatif penyerapan logam Pb dari limbah yang mengandung logam Pb.
Karakteristik Kimia dan Morfologi dari Total Suspended Particulate (TSP) di Jakarta dan Puncak-Bogor pada Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar Muharam Syam Nugraha; Asep Saefumillah; Ardhasena Sopaheluwakan
Jurnal Ecolab Vol 15, No 2 (2021): ECOLAB
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2021.15.2.121-132

Abstract

Karakteristik Kimia dan Morfologi dari Total Suspended Particulate (TSP) di Jakarta dan Puncak-Bogor pada Masa Pembatasan Sosial Berskala Besar. Penggunaan transportasi umum di DKI Jakarta selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) periode April – Mei 2020 meningkatkan kualitas udara secara signifikan, dibandingkan dengan tahun 2019. Salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas udara adalah Total Suspended Particulate (TSP). Sampel TSP dikumpulkan dari lokasi Jaringan Pemantau Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Stasiun Meteorologi Kemayoran-Jakarta dan Pos Polusi Udara Cibeureum, Puncak-Bogor menggunakan alat High Volume Air Sampler (HVAS) selama 24 jam. Periode pengambilan sampel setiap enam hari sekali mulai 14 Maret hingga 19 Mei 2020. Konsentrasi TSP ditentukan menggunakan metode gravimetri. Rata-rata konsentrasi TSP pada tiga periode sampling pertama April 2020 (menjelang dan awal berlakunya PSBB) memiliki nilai terendah di Jakarta dan Puncak-Bogor berturut-turut sebesar 80,08 mg/m3 dan 40,51 mg/m3. Tingkat potensi toksisitas ditentukan untuk mengetahui efeknya terhadap kesehatan manusia. Potensi toksisitas dihitung dengan membagi konsentrasi TSP dengan nilai baku mutu nasional sebesar 230 ug/m3.  Nilai potensial toksisitas rata-rata di Jakarta dan Puncak-Bogor masing-masing sebesar 0,527 dan 0,220. Sumber asal materi partikulat diketahui dengan digunakan model pollution-rose. Sampel TSP dikarakterisasi menggunakan instrumen Scanning Electron Microscopy (SEM). Unsur yang melimpah pada permukaan partikel, secara berurutan terdiri dari O, Si, C, Na, Al, K dan Ca. Rasio komponen (Ca, C, O, Na, Al, Si, dan K) yang terdapat pada sampel TSP dari Jakarta dan Puncak-Bogor masing-masing sebesar 1,303; 1,060; 1,026; 0,995; 0,969; 0,898; dan 0,882. TSP dari Puncak-Bogor memiliki morfologi dengan bentuk cenderung tidak beraturan, sedangkan TSP dari Jakarta cenderung berbentuk bulat yang bertumpuk. Berdasarkan morfologi dan analisis kimianya, sebagian besar sumber TSP di Puncak-Bogor berasal dari alam, sedangkan TSP di Jakarta berasal dari campuran partikulat sumber antropogenik.
Effect of Salinity and Oxygen Condition on Phosphate Release from Marine Sediment Measured Using Diffusive Gradient in Thin Film (DGT) Technique Askal Maimulyanti; Budiawan Budiawan; Asep Saefumillah; Heny Suseno
Indonesian Journal of Chemistry Vol 19, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.922 KB) | DOI: 10.22146/ijc.35233

Abstract

The diffusive gradient in thin film (DGT) is an analytical technique to determine phosphate in the environment. This technique uses a thin film diffusive hydrogel in contact with a binding phase (ferrihydrite) to binding of phosphate. The released phosphate from marine sediment of Jakarta Bay was studied by DGT technique for effect of salinity and oxygen condition. Effect of salinity was observed by NaCl concentration from 0-35 g/L. The maximum phosphate release from sediment was occurred at the concentration of NaCl 30 g/L with incubation for 15 days with phosphate released at 113.99 μg/L, MDGT of 4.7723 μg and CDGT of 17.56 μg/L. The experiment showed the increase of MgCl2 and CaCl2 concentration reduced phosphate release from sediment. The condition of oxygen indicating the release of phosphate under anaerobic conditions is greater than the aerobic condition. The aerobic conditions with incubation for 21 days showed the release of phosphate from sediment to overlying water of 124.72 μg/L, MDGT of 2.4492 μg and CDGT of 6.4380 μg/L. Anaerobic conditions with incubation for 21 days showed phosphate release from sediment to overlying water of 208.62 μg/L, MDGT of 6.1081 μg and CDGT of 16.06 μg/L. The experiment shows that salinity and oxygen concentration influences phosphate release from marine sediment of Jakarta Bay.
The Study of Phosphate Release from Artificial Sediment into Water Body Using Diffusive Gradient in Thin Film (DGT) Device in Oxic Condition Ardina Purnama Tirta; Asep Saefumillah; Foliatini Foliatini; Herawati Herawati
Indonesian Journal of Chemistry Vol 20, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.481 KB) | DOI: 10.22146/ijc.43482

Abstract

The phenomenon of phosphate release in sediments into water bodies under oxic environment has been investigated using the Diffusive Gradient in Thin Film (DGT) technique. This research consists of several stages: polymer synthesis and DGT probe assembly, sediment sampling, DGT deployment in oxic conditions, and phosphate analysis from DGT adsorption results. Acrylamide polymer was successfully synthesized with a composition 15% acrylamide; N-N'-methylenebisacrylamide 0.1% and ferrihydrite as binding gels. DGT probes were assembly by placing a 16 x 3.2 cm polyacrylamide gel, binding gels and filter membranes on the DGT probes. The sediment sample was taken from the Bogor Botanical Gardens at the coordinates 6°36’00.6” S; 106°47’51.0” E. The DGT probe was placed in sediment samples for 1, 3 and 7 days in oxic conditions. After the prescribed time, the binding gel was removed and cut every 1 cm depth, then eluted using 0.25 M H2SO4 and the phosphate concentration was measured using spectrophotometry method. The results showed that the phosphate concentration tends to be higher with the increasing incubation time and depth. Maximum CDGT phosphate released on day 1, day 3 and day 7 were 1.00 µg/L at a depth of 14 cm, 6.61 µg/L at a depth of 14 cm, and 20.92 µg/L at a depth of 11 cm respectively. This ensures that the phosphate in water bodies comes from biogeochemical processes that occur in sediments and is successfully measured through DGT techniques.
Modifikasi Lapisan Difusi dengan Pengikat Silang N,N’Metilenbisakrilamida (MBA) pada Sistem DGT Berbasis Gel dengan Adsorben TiO2 untuk Penentuan Konsentrasi Fosfat di Lingkungan Akuatik Asep Saefumillah; Dhania Dwi Aprianti; Iman Abdullah; Inna Husna
Sainsmat : Jurnal Ilmiah Ilmu Pengetahuan Alam Vol 2, No 2 (2013): September
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/sainsmat228562013

Abstract

Konsentrasi fosfat yang tinggi di lingkungan akuatik dapat menyebabkan terjadinya ledakan alga yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem air. Oleh karena itu, penentuan ketersediaanbiologi (bioavailabilitas) fosfat perlu dilakukan untuk mengetahui konsentrasinya dalam air. Salah satu metode efektif yang saat ini digunakan dalam penentuan bioavailabilitas fosfat di lingkungan akuatik adalah menggunakan perangkat Diffusive Gradient in Thin Films (DGT) dengan gel berpengikat TiO2. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pengikat silang pada gel poliakrilamida yang digunakan sebagai diffusive gel pada sistem DGT untuk meningkatkan selektivitasnya terhadap anion ortofosfat. Pengikat silang yang digunakan untuk modifikasi adalah N,N’-Metilenbisakrilamida (MBA). Pengaruh variasi konsentrasi pengikat silang MBA terhadap koefisien difusi menghasilkan nilai koefisien difusi berbanding terbalik dengan konsentrasi pengikat silangnya. Pembandingan selektivitas diffusive gel DGT dengan pengikat silang MBA dilakukan melalui perhitungan kadar fosfat total pada kedua sistem tersebut dengan adanya anion pengganggu berupa asam fitat dan asam humat. Perhitungan dilakukan menggunakan sistem deployment dalam waktu 24 jam dan variasi konsentrasi pengikat silang MBA (0,05%; 0,2%; dan 0,3%). Melalui perhitungan ini diketahui bahwa gel pendifusi (diffusive gel) dengan konsentrasi pengikat silang MBA sebesar 0,3% menunjukkan selektivitas terbaik terhadap anion ortofosfat. Hal ini dibuktikan melalui percobaan dengan suatu gangguan fosfat organik. Konsentrasi asam fitat dan asam humat yang teradsorpsi pada sistem ini cenderung tetap meski konsentrasinya bertambah. Hal ini membuktikan bahwa diffusive gel MBA 0,3% memiliki batas tertentu dalam melewatkan kedua asam organik tersebut, yaitu hanya sebesar 28,753 μg untuk asam fitat dan untuk asam humat sebesar 33,177 μg. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa MBA dapat digunakan sebagai pengikat silang pada diffusive gel poliakrilamida dalam sistem DGT. Penggunaan pengikat silang MBA juga dapat menghasilkan pengukuran kadar ketersediaan biologi fosfat yang lebih akurat karena lebih selektif terhadap ortofosfat dan bersifat membatasi jumlah fosfat organik yang terdifusi yang dapat mengganggu analisis kadar ortofosfat.Kata Kunci: DGT, Ortofosfat, (MBA), Koefisien Difusi, Gel Pendifusi