Ruslan Muhyi
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan, Indonesia, 70714

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP PERSEPSI KEPUASAN PASIEN DI LABORATORIUM PUSKESMAS KOTA BANJARBARU TAHUN 2016 Lisa Setia; Ruslan Muhyi; Husaini Husaini
Jurnal Berkala Kesehatan Vol 3, No 1 (2017): JURNAL BERKALA KESEHATAN
Publisher : Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.169 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v3i1.4847

Abstract

Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu masyarakat membutuhkan pelayanan yang bermutu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Mutu pelayanan kesehatan merupakan suatu persepsi atau pandangan pasien tehadap apa yang mereka terima dibandingkan dengan harapan mereka sebelumnya terhadap mutu pelayanan itu sendiri. Puskesmas dalam upaya meningkatkan pelayanan dan meningkatkan kepuasan pasien perlu mengadakan sistem pengukuran kepuasan pelanggan untuk dapat mengetahui kebutuhan dan harapan pasien mengingat bahwa harapan merupakan standar perbandingan untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan terhadap persepsi kepuasan pasien di laboratorium puskesmas Kota Banjarbaru tahun 2016. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta BPJS yang mendapatkan pelayanan kesehatan di Laboratorium Puskesmas Kota Banjarbaru. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2016. Uji fisher exact test menunjukan tidak ada pengaruh antara kehandalan terhadap persepsi kepuasan pasien, tidak ada pengaruh antara ketanggapan terhadap persepsi kepuasan pasien, tidak ada pengaruh antara jaminan terhadap persepsi kepuasan pasien, tidak ada pengaruh antara empati terhadap persepsi kepuasan pasien, ada pengaruh antara bukti langsung terhadap persepsi kepuasan pasien, ada pengaruh antara biaya terhadap persepsi kepuasan pasien, ada pengaruh antara mutu pelayanan bukti langsung dan biaya terhadap persepsi kepuasan pasien di laboratorium Kota Banjarbaru tahun 2016. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan ada pengaruh antara mutu pelayanan bukti langsung dan biaya terhadap persepsi kepuasan pasien di laboratorium Kota Banjarbaru tahun 2016.
PENGARUH LAMA PAPARAN ASAP TERHADAP RISIKO ATEROSKLEROSIS MELALUI PENGUKURAN MALONILDEALDEHYDE DAN ADVANCED OXIDATION PROTEIN PRODUCT SECARA INVIVO Dian Mutiasari; Ruslan Muhyi; Husaini Husaini
Jurnal Berkala Kesehatan Vol 1, No 2 (2016): JURNAL BERKALA KESEHATAN
Publisher : Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.898 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v1i2.3154

Abstract

Penyakit kardiovaskuler menjadi masalah kesehatan di dunia dan di Indonesia. Aterosklerosis diramalkan tahun 2020 merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di masyarakat. Radikal bebas mampu secara langsung dan tidak langsung menginduksi stress oksidatif didalam tubuh. Radikal bebas dapat menyerang asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), yang akan terputus menjadi sederhana sala satunya malonyldealdehide (MDA). AOPP (Advanced Oxidation Protein Product) berasal sebagai akibat dari tindakan radikal bebas pada protein dan sebagai mediator inflamasi. Masalah penelitian adalah apakah ada pengaruh lama paparan asap terhadap risiko aterosklerosismelalui pengukuran MDA dan AOPP secara invivo. Mengetahui pengaruh lama paparan asap terhadap risiko aterosklerosis melalui pengukuran MDA dan AOPP secara invivo. Jenis penelitian ini yakni penelitian true experimental dengan menggunakan post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah tikus Rattus Novergicus jantan, strain wistar dengan umur 11-12 minggu dengan berat badan ±200-210 gram, sedangkan pengambilan sampel ditetapkan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel penelitian adalah lama paparan 7 jam, lama paparan 9 jam, MDA, dan AOPP. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemeriksaan laboratorium pada MDA dan AOPP. Pada analisis deskriptif, variabel MDA didapatkan rerata kelompok kontrol (0,239±0,003), kelompok paparan 7 jam (0,241±0,005), dan kelompok paparan 9 jam (0,258±0,000). Pada variabel AOPP didapatkan rerata kelompok kontrol (15,207±3,222), kelompok paparan 7 jam (37,546±10,528), dan kelompok paparan 9 jam (59,573±14,929). Uji normalitas data menunjukkan data berdistribusi normal (p-value MDA (0,076) dan AOPP (0,346)), uji homogenitas menunjukkan data tidak homogen (p-value MDA (0,001) dan AOPP (0,004)). Tidak ada pengaruh kadar MDA antara kelompok kontrol (p-value= 0,292) dengan kelompok paparan 7 jam, ada pengaruh kadar MDA antara kelompok kontrol (p-value= 0,0001) dengan kelompok paparan 9 jam, ada pengaruh kadar MDA antara kelompok paparan 7 jam  (p-value= 0,0001) dengan kelompok paparan 9 jam, ada pengaruh kadar AOPP antara kelompok kontrol (p-value= 0,0001) dengan kelompok paparan 7 jam, ada pengaruh kadar AOPP antara kelompok kontrol (p-value= 0,0001) dengan kelompok paparan 9 jam, ada pengaruh kadar AOPP antara kelompok paparan 7 jam  (p-value= 0,0001) dengan kelompok paparan 9 jam. Tidak ada pengaruh kadar MDA kelompok kontrol dengan kelompok paparan 7 jam. ada pengaruh kadar MDA kelompok kontrol dengan kelopok paparan 9 jam, antara kelompok paparan 7 jam dan 9 jam, kadar AOPP kelompok kontrol dengan paparan 7 jam, kelompok kontrol dengan paparan 9 jam, dan antara kelompok paparan 7 jam dan 9 jam. Mempertimbangkan hasil penelitian, MDA merupakan senyawa yang dapat menggambarkan aktivitas radikal bebas di dalam sel, dan AOPP merupakan produk kerusakan oksidatif pada protein, sebagai salah satu petunjuk terjadinya stress oksidatif radikal bebas.
KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PERAN LINTAS SEKTOR TERKAIT Ratna Sari Dewi; Ruslan Muhyi; Lena Rosida
Jurnal Berkala Kesehatan Vol 1, No 2 (2016): JURNAL BERKALA KESEHATAN
Publisher : Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.214 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v1i2.3145

Abstract

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang utama dan wajib diberikan pada semua bayi yang baru dilahirkan. Kementerian kesehatan menetapkan salah satu indikator pelaksanaan surveilans gizi adalah program pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan dengan pencapaian target sebesar 80%.  Kabupaten Barito Kuala mempunyai pencapaian target yang cenderung meningkat,  namun   masih dibawah target yang ditetapkan (80%). Puskesmas Lepasan mencapai target kinerja terendah (14,49%), Puskesmas Semangat Dalam mencapai target kinerja (86,15%) dan Puskesmas Belawang mampu melebihi target kinerja (99,15%). Masalah penelitian adalah berbagai aspek faktor perilaku diyakini mempunyai peran yang kuat terhadap pemberian ASI Eksklusif demikian pula peran lintas sektor terkait, sehingga dirasa perlu dilakukan pengkajian kualitatif masalah pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif khususnya di 3 wilayah puskesmas tersebut. Mengkaji pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif dan peran lintas sektor terkait. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara dan observasi pada beberapa partisipan yang terlibat dalam penelitian ini. Pengkajian yang dilakukan pada 11 partisipan menunjukkan tidak semua ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI Eksklusif, semua partisipan setuju bahwa ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi yang baru lahir, namun dalam penerapannya tidak selalu berhasil. Peran lintas sector terkait dengan pemberian ASI Eksklusif belum diterapkan pada bidang kerja yang bersangkutan sehingga belum mampu mendukung program dari pemerintah tersebut. Pengetahuan, sikap dan keyakinan saja tidak cukup menjamin seorang ibu dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, penerapan kebijakan dan ketrampilan petugas yang didukung oleh lintas sector terkait diharapkan dapat mendorong ibu untuk memberikan makanan yang terbaik bagi bayi yang baru lahir hingga usia enam bulan yaitu ASI Eksklusif. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian maka pengelola program yang terkait dengan Pemberian ASI Eksklusif perlu sosialisasi secara intensif tentang kebijakan pemberian ASI Eksklusif di masyarakat dan lintas sector terkait.