Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA SISWA SLB DARMA PRAJA BANJARMASIN TENTANG GEJALA DAN PENULARAN INFEKSI CACING KREMI (ENTEROBIUS VERMICULARIS) Lisda Hayati; Roselina Panghiyangani; Lena Rosida
Jurnal Berkala Kesehatan Vol 3, No 2 (2017): JURNAL BERKALA KESEHATAN
Publisher : Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.651 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v3i2.5074

Abstract

Enterobiasis adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh parasit cacing Enterobius vermicularis. Cacing kremi (Enterobius vermicularis) adalah salah satu jenis parasit cacing usus yang juga masih tinggi infeksinya di Indonesia. Kondisi sanitasi lingkungan, kebersihan pribadi yang buruk dan kesadaran akan kebersihan yang masih rendah merupakan faktor risiko enterobiasis. Prevalensi entrobiasis yang cukup tinggi pada anak berhubungan dengan higiene pribadi yang buruk. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuhan ibu tentang kebersihan dan kesehatan yang merupakan salah satu cara merintangi enterobiasis. Siswa SLB secara umum memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan menjaga kesehatan dan kebersihan pribadi hal ini dapat berakibat terhadap higiene pribadi yang buruk. Pada siswa SLB beberapa masalah yang terjadi adalah kelemahan atau ketidakmampuan pada anak usia sebelum 18 tahun yang disertai keterbatasan dalam kemampuan kemandirian misalnya dalam hal, mengurus diri (oral hygiene, mandi, berpakaian), dan kemandirian dalam hal toileting. Penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orangtua siswa SLB Darma Praja Banjarmasin tentang gejala dan penularan infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis) sehingga lebih lanjut dapat diupayakan suatu kegiatan atau intervensi terhadap pola asuh siswa SLB Darma Praja Banjarmasin. Subjek penelitian adalah 41orang tua siswa SLB Dharma Praja Banjarmasin diambil dengan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian adalah lembar kuesioner dan, buku register siswa SLB. Hasil penelitian menmperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan orang tua yang baik sebesar 9,76%, pengetahuan sedang sebesar 90,24% dan tidak ada yang memiliki pengetahuan buruk.
KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN PERAN LINTAS SEKTOR TERKAIT Ratna Sari Dewi; Ruslan Muhyi; Lena Rosida
Jurnal Berkala Kesehatan Vol 1, No 2 (2016): JURNAL BERKALA KESEHATAN
Publisher : Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.214 KB) | DOI: 10.20527/jbk.v1i2.3145

Abstract

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang utama dan wajib diberikan pada semua bayi yang baru dilahirkan. Kementerian kesehatan menetapkan salah satu indikator pelaksanaan surveilans gizi adalah program pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan dengan pencapaian target sebesar 80%.  Kabupaten Barito Kuala mempunyai pencapaian target yang cenderung meningkat,  namun   masih dibawah target yang ditetapkan (80%). Puskesmas Lepasan mencapai target kinerja terendah (14,49%), Puskesmas Semangat Dalam mencapai target kinerja (86,15%) dan Puskesmas Belawang mampu melebihi target kinerja (99,15%). Masalah penelitian adalah berbagai aspek faktor perilaku diyakini mempunyai peran yang kuat terhadap pemberian ASI Eksklusif demikian pula peran lintas sektor terkait, sehingga dirasa perlu dilakukan pengkajian kualitatif masalah pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif khususnya di 3 wilayah puskesmas tersebut. Mengkaji pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif dan peran lintas sektor terkait. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pengambilan data wawancara dan observasi pada beberapa partisipan yang terlibat dalam penelitian ini. Pengkajian yang dilakukan pada 11 partisipan menunjukkan tidak semua ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ASI Eksklusif, semua partisipan setuju bahwa ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi yang baru lahir, namun dalam penerapannya tidak selalu berhasil. Peran lintas sector terkait dengan pemberian ASI Eksklusif belum diterapkan pada bidang kerja yang bersangkutan sehingga belum mampu mendukung program dari pemerintah tersebut. Pengetahuan, sikap dan keyakinan saja tidak cukup menjamin seorang ibu dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, penerapan kebijakan dan ketrampilan petugas yang didukung oleh lintas sector terkait diharapkan dapat mendorong ibu untuk memberikan makanan yang terbaik bagi bayi yang baru lahir hingga usia enam bulan yaitu ASI Eksklusif. Dengan mempertimbangkan hasil penelitian maka pengelola program yang terkait dengan Pemberian ASI Eksklusif perlu sosialisasi secara intensif tentang kebijakan pemberian ASI Eksklusif di masyarakat dan lintas sector terkait.
Peningkatan Pengetahuan Guru Dan Siswa Sekolah Dasar Di Sungai Kuin Selatan Banjarmasin Tentang Sediaan Tanaman Obat Untuk Mencegah Penyakit Yang Ditularkan Lewat Tangan Dan Air Sungai Isnaini Isnaini; Lia Yulia Budiarti; Lena Rosida
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.642 KB)

Abstract

Kebiasaan masyarakat menggunakan air sungai untuk mandi dan aktivitas rutin dalam tumah tangga, secara tidak langsung dapat menimbulkan penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang ditularkan melalui air sungai dan tangan. Risiko penyakit infeksi yang ditularkan dari tangan dan air lebih banyak dialami anak-anak usia sekolah dasar. Ada beberapa cara sediaan tanaman obat yang dapat dibuat secara sederhana oleh masyarakat mencegah dan mengatasi suatu infeksi. Penerapan pengetahuan pada usia sekolah dasar yang merupakan masa pembentukan karakter dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan terbentuknya perilaku mitra/sasaran tuntuk memahami cara pembuatan dan penyediaan sediaan obat pencegah infeksi dan sediaan antiseptik tangan secara sederhana dengan menggunakan perlatan sederhana. Mitra sasaran pada kegiatan ini adalah para guru dan siswa-siswa sekolah dasar Kuin Selatan 5 dan 6 yang mayoritas bertempat tinggal di sekitar bantaran sungai Kuin Banjarmasin. Metode yang digunakan adalah penyuluhan tentang penyakit infeksi yang ditularkan lewat tangan dan air sungai serta penyuluhan dan demonstrasi tentang cara membuat sediaan tanaman obat dan antiseptik tangan secara sederhana. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2018. Evaluasi kegiatan didapat dari hasil pre dan post tes kuisioner. Hasil dari kegiatan pengabdian ini adanya peningkatan pengetahuan dan perilaku mitra/ sasaran lebih dari target pencapai 75% yaitu: mengenal jenis infeksi yang ditularkan lewat tangan dan air sungai, mengenal jenis tanaman obat dilingkungan, mengenal jenis sediaan tanaman obat pencegah infeksi dan antiseptik tangan, memahami cara pembuatan sediaan tanaman secara sederhana.
Hubungan Faktor Ibu dan Neonatus dengan LDH Serum pada Asfiksia Neonatorum Farah Rullyta Rizkina; Pudji Andayani; Lena Rosida
Homeostasis Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.034 KB)

Abstract

Abstract: Neonatal asphyxia is a condition in neonates which failed to breath spontaneously and regularly, leads to high mortality and morbidity because of multiorgan dysfunction. Serum lactate dehydrogenase (LDH) is an enzyme which can be used as an acurate predictor of neonatal asphyxia outcome.The purpose of this study is to analyze the correlation of maternal (maternal age, parity, hypertension in pregnancy) and neonatal factors (gestational age, birth weight) with serum LDH in neonatal asphyxia at Ulin General Hospital Banjarmasin. This research is an analytic observational with cross sectional approach. Total 20 samples were obtained by total purposive sampling according to inclusion criteria (Apgar score ≤ 5). Data analysis of this study used Spearman correlation and simple linear regression test. The results are maternal age (p = 0,384), parity (p = 0,568), hypertension in pregnancy (p = 0,840), and gestational age (p = 0,590) don’t have significant correlation with serum LDH. Birth weight has a significant and negative correlation with serum LDH (p = 0,042). It can be concluded that there are no significant correlation between maternal age, parity, hypertension in pregnancy, and gestational age with serum LDH, but there is a significant correlation between birth weight with serum LDH in neonatal asphyxia at Ulin General Hospital Banjarmasin. Keywords: Neonatal asphyxia, serum LDH, maternal risk factors, neonatal risk factors Abstrak: Asfiksia neonatorum merupakan kondisi kegagalan bernapas yang memiliki angka mortalitas dan morbiditas tinggi karena dapat menimbulkan disfungsi multi organ. Laktat dehidrogenase (LDH) serum merupakan enzim yang dapat dijadikan prediktor akurat luaran asfiksia neonatorum. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor ibu (usia ibu, paritas, hipertensi kehamilan) dan neonatus (usia gestasi, berat badan lahir) dengan LDH serum pada asfiksia neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan studi potong lintang. Sebanyak 20 sampel didapatkan secara total purposive sampling sesuai kriteria inklusi yaitu skor Apgar ≤ 5. Analisis data penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman dan regresi linear sederhana. Hasil uji analisis statistik menghasilkan faktor usia ibu (p = 0,384), paritas (p = 0,568), hipertensi kehamilan (p = 0,840), dan usia gestasi (p = 0,590) tidak memiliki hubungan signifikan dengan LDH serum pada asfiksia neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin. Faktor risiko berat badan lahir memiliki hubungan signifikan dan tidak searah dengan kenaikan LDH serum (p = 0,042). Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor usia ibu, paritas, hipertensi kehamilan, dan usia gestasi dengan LDH serum, namun terdapat hubungan signifikan antara berat badan lahir dengan LDH serum pada asfiksia neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin. Kata-kata kunci: Asfiksia neonatorum, faktor risiko ibu, faktor risiko neonatus, LDH serum.
Literature Review: Hubungan Usia, Keparahan Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dan Kejadian Disfungsi Ereksi Winda Wati; Eka Yudha Rahman; Lena Rosida; Hendra Sutapa; Roselina Panghiyangani
Homeostasis Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.236 KB)

Abstract

Abstract: Benign prostate hyperplasia (BPH) is considered a degenerative disease. A problem that often occurs in men as they get older, BPH can cause erectile dysfunction in patients. This literature review generally aims to see the relationship between age and severity of BPH and the incidence of erectile dysfunction. The search was carried out on articles in English and Indonesian published between 2011-2020 in the Pubmed, Science Direct and Google Scholar databases. The articles used in this literature review are 22 articles. The results of literature review show that there is a relationship between age and BPH, with increasing age the incidence of BPH is also higher, besides that there is also a relationship between the severity of BPH and the incidence of erectile dysfunction. The incidence of erectile dysfunction increases significantly with the severity of BPH and the higher the IPSS score, the lower the IIEF 5 score will be. Keywords: Benign Prostate Hyperplasia (BPH), Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS), erectile dysfunction. Abstrak: Benign Prostate Hyperplasia (BPH) dianggap sebagai penyakit degeneratif. Permasalahan yang sering terjadi pada pria seiring dengan pertambahan usia, BPH dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi pada pasien. Tinjauan literatur ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan keparahan BPH dengan kejadian disfungsi ereksi. Penelusuran dilakukan pada artikel berbahasa Inggris dan Indonesia yang diterbitkan antara tahun 2011-2020 pada database Pubmed, Science Direct dan Google Scholar. Artikel yang digunakan dalam tinjauan literatur ini sebanyak 22 artikel. Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan terjadinya BPH, semakin bertambahnya usia maka insidensi menderita BPH juga semakin tinggi, selain itu terdapat pula hubungan antara keparahan BPH dengan kejadian disfungsi ereksi. Insidensi disfungsi ereksi meningkat secara signifikan sejalan dengan keparahan BPH dan semakin tinggi skor IPSS maka skor IIEF 5 akan semakin menurun. Kata-kata kunci: Benign Prostate Hyperplasia (BPH), Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS), disfungsi ereksi.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kepatuhan Kontrol pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Cemapaka Banjarmasin Mida Ridayanti; Syamsul Arifin; Lena Rosida
Homeostasis Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.667 KB)

Abstract

Abstract: According to the World Health Organization, adherence behavior is influenced by self-efficacy, complexity of treatment, and long suffering. The purpose of the study is to analyze the factors related to adherence behavior of control in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Observational analytic research method with cross sectional approach. A sample of 50 people was obtained by systematic random sampling technique. The research instrument used was a questionnaire and analyzed with chi-square test (α<0,05). The results of the study showed respondents high self-efficacy (82%) had obedient control behavior (ρ = 0.027, PR = 2.91). Respondents who received monotherapy (81%) and combinations (58) had obedient control behavior (ρ = 0.155). Respondents who had the frequency of taking drug frequently (72%) had obedient control behavior (ρ = 0.211). Respondents who had a short long suffering (82%) had obedient control behavior (ρ = 0.027, PR = 2.91). The conclusion of this study is there is a relationship between self-efficacy and long suffering with adherence behavior of control, but there is no relationship between the complexity of drug type and the complexity of taking drug frequency with adherence behavior of control in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Keywords: self-efficacy, complexity of treatment, long suffering, adherence behavior of control. Abstrak: Menurut World Health Organization, perilaku kepatuhan dipengaruhi oleh efikasi diri, kompleksitas pengobatan, dan lama menderita. Tujuan penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan kontrol pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.  Metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 50 orang diperoleh dengan teknik systematic random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan dianalisis dengan uji chi-square (α<0,05). Hasil penelitian menunjukkan responden efikasi diri tinggi (82%) memiliki perilaku patuh kontrol (ρ=0,027, PR=2,91). Responden yang mendapatkan pengobatan monoterapi (81%) dan kombinasi (58) memiliki perilaku patuh kontrol (ρ=0,155). Responden yang memiliki frekuensi minum obat sering (72%) memiliki perilaku patuh kontrol (ρ=0,211). Responden yang memiliki lama menderita pendek (82%) memiliki perilaku patuh kontrol (ρ=0,027, PR=2,91). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan efikasi diri dan lama menderita dengan perilaku kepatuhan kontrol, namun tidak terdapat hubungan kompleksitas jenis obat dan kompleksitas frekuensi minum obat dengan perilaku kepatuhan kontrol pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Kata-kata kunci:         efikasi diri, kompleksitas pengobatan, lama menderita, perilaku kepatuhan kontrol
Literature Review: Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia dengan Osteoporosis dan Non Osteoporosis Dwi Putri Rahayu; Meldy Muzada Elfa; Lena Rosida
Homeostasis Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.709 KB)

Abstract

Abstract: Osteoporosis is the bodys inability to regulate minerals, causes bones to become brittle so that microarchitecture changes occur in tissues. Osteoporosis is influenced by factors related to the characteristics of the elderly, such as gender, body mass index, smoking, and history of systemic diseases. Writing is done by means of literature reviews obtained from databases of medical journals, PubMed-MEDLINE, Science direct, and Google scholar. Articles using Indonesian and language support English and published in the years 2010-2020, a total of 21 articles were included. The characteristics of the elderly who have more sex differences in osteoporosis and non-osteoporosis, the function of estrogen, testosterone will decrease with age, so that bone density also decreases, and there are some results there are no differences in the characteristics of the elderly such as smoking, body mass index, diabetes mellitus and hyperthyroidism in osteoporosis and non-osteoporosis, because the results of statistical tests are not significant..Keywords: osteoporosis, body mass index, smoking, diabetes, hyperthyroidism Abstrak: Osteoporosis merupakan ketidakmampuan tubuh dalam mengatur mineral yang menyebabkan tulang menjadi mudah rapuh sehingga terjadi perubahan mikroarsitektur pada jaringan. Osteoporosis dipengaruhi oleh faktor yang berkaitan dengan karakteristik lansia seperti, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh, merokok, dan riwayat penyakit sistemik. Penulisan dilakukan dengan literature review yang didapatkan dari databse jurnal kedokteran, PubMed-MEDLINE, Science direct, dan Google scholar. Artikel menggunakan Bahasa Indonesia dan bahsa Inggris serta di publikasikan pada tahun 2010-2020, sebanyak 21 artikel yang disertakan. Karakteristik lansia jenis kelamin lebih mengalami perbedaan pada osteoporosis dan non osteoporosis, fungsi dari estrogen, testosteron akan menurun dengan bertambahnya usia, sehingga kepadatan tulang juga menurun, dan terdapat beberapa hasil tidak ada perbedaan karakteristik lanjut usia seperti merokok, Indeks massa tubuh, diabetes melitus dan hipertiroid pada osteoporosis dan non osteoporosis, dikarenakan hasil uji statistik yang dilakukan tidak signifikan. Kata-kata kunci: osteoporosis, indeks massa tubuh, merokok, diabetes, hipertiroid
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Kepatuhan Minum Obat Anti Diabetes pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Cici Chairunisa; Syamsul Arifin; Lena Rosida
Homeostasis Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.287 KB)

Abstract

Abstract: The adherence behavior of taking anti-diabetes drugs has an important role to patients with type 2 diabetes mellitus (type 2 DM) because it is long-term treatment. Perceived threats, perceived benefits, and perceived barriers influence the adherence behavior based on health belief model theory. This research aimed to analyze the factors that related to the adherence behavior of taking anti-diabetes drugs in patients with type 2 DM. This is analytic observational research with a cross sectional design. The samples are 50 people chosen by systematic random sampling technique. Instrument is questionnaire. Data were analyzed by chi square test with a significant level of α <0.05. The result is 84% respondents with positive perceived threats have high adherence behavior of taking anti-diabetes drugs (ρ=0.006, PR=3.26), 83% respondents with positive perceived benefits have high adherence behavior of taking anti-diabetes drugs (ρ=0.006, PR=3.5), 82% respondents with negative perceived barriers have high adherence behavior of taking anti-diabetes drugs (ρ=0.009, PR=3.18). In conclusion, there is a correlation between perceived threats, perceived benefits, and perceived barriers to the adherence behavior of taking anti-diabetes drugs in patients with type 2 DM at Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Keywords: type 2 diabetes mellitus, perceived threats, perceived benefits, perceived barriers, the adherence behavior of taking drugs. Abstrak: Perilaku kepatuhan minum obat anti diabetes (OAD) mempunyai peran penting bagi penderita diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) karena memerlukan pengobatan jangka lama. Persepsi ancaman, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan mempengaruhi perilaku kepatuhan berdasarkan teori health belief model. Penelitian bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kepatuhan minum OAD pada penderita DM tipe 2. Metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 50 orang diperoleh dengan teknik systematic random sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Data dianalisis dengan uji chi square tingkat signifikansi α 0,05. Hasil penelitian 84% responden dengan persepsi ancaman positif memiliki perilaku kepatuhan minum OAD tinggi (ρ=0,016, PR=3,26), 83% responden dengan persepsi manfaat positif memiliki perilaku kepatuhan minum OAD tinggi (ρ=0,006, PR=3,5), 82% responden dengan persepsi hambatan negatif memiliki perilaku kepatuhan minum OAD tinggi (ρ=0,009, PR=3,18). Kesimpulan penelitian terdapat hubungan antara persepsi ancaman, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan dengan perilaku kepatuhan minum OAD pada penderita DM tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Kata-kata kunci:         diabetes melitus tipe 2, persepsi ancaman, persepsi manfaat, persepsi   hambatan, perilaku kepatuhan minum obat.
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA PGRI 4 Banjarmasin Khalilah Adiyani; Farida Heriyani; Lena Rosida
Homeostasis Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.398 KB)

Abstract

Abstract:Young women are said to be anemic if Hb levels <12 g/dl.World Health Organization >30% or 2 billion people in the world are having anemia status. Lack of micronutrients such as: iodine, vitamin A and iron in the diet can cause anemia. This study aims to determine the relationship of nutritional status with the incidence of anemia in female adolescents in PGRI 4 High School Banjarmasin in 2017. This research is analytic observational with cross sectional approach. Samples were taken with proportional stratified random sampling technique, consisted of 67 research subjects. Data analysis used chi square test. The results showed that 62.7% had anemia, 37.3% had no anemia, 9% nutritional status was poor, and 91% of nutritional status was normal overweight. The results showsed p value= 1.000 (p> 0.005). Conclusion of this research is there is no significant relationship between nutritional status with the incidence of anemia in female adolescents in PGRI 4 high school Banjarmasin. Keywords: nutritional status, anemia, female adolescent. Abstrak: Remaja putri dikatakan anemia jika Hb <12 g/dl. World Health Organization melaporkan >30% atau 2 miliar orang di dunia berstatus anemia. Kekurangan zat gizi mikro seperti: yodium, vitamin A dan zat besi dalam makanan dapat menyebabkan anemia. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA PGRI 4 Banjarmasin tahun 2017. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik proportional stratifiedrandom sampling, terdiri dari 67 subjek penelitian. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan distribusi subjek penelitian 62,7% mengalami anemia, 37,3% tidak mengalami anemia, 9% status gizi kurus, dan 91% status gizi normal gemuk. Hasil analisis data menunjukkan nilai p= 1,000 (p> 0,005). Simpulan, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA PGRI 4 Banjarmasin. Kata-kata kunci: status gizi, anemia, remaja putri
Hubungan Faktor Ibu dan Neonatus dengan Jumlah Eritrosit Berinti pada Asfiksia Neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin Awaliya Nur Ramadhana; Pudji Andayani; Lena Rosida
Homeostasis Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Homeostasis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.643 KB)

Abstract

Abstract: Asphyxia neonatorum can cause multiorgan system disorders because of severe or chronic hypoxia. Chronic hypoxia can triggered by maternal factor like maternal age and hypertension gestational, also type of labour which cause acute hypoxia, meanwhile neonatal factor like birth weight and small for gestational age can show degree of hypoxia intrauterine. Hypoxic event can trigger erythropoetic so that nucleated erythrocytes release to the circulation. The aim of the study was to determine the relationship of maternal and neonatal risk factors with nucleated erythrocytes in neonatal asphyxia at RSUD Ulin Banjarmasin. This type of research is analytic observational with prospective crossectional method. A total of 16 samples were obtained by purposive sampling technique. Data collection uses a research form. Data were analyzed univariately, then bivariately with Fisher’s exact test with a significance level of p < 0,05. The results obtained by the value of p = 0.304 for maternal age, p = 0.489 for the type of labor, p = 0,654 for hypertension gestational, p = 0.092 for birth weight, and p = 0,511 for small for gestational age. Conclusion there is no significant relationship between the maternal age, type of labor, hypertension gestational, birth weight, and small for gestational age with nucleated erythrocyes in asphyxia neonatorum at RSUD Ulin Banjarmasin. Keywords: asphyxia neonatorum, maternal factor, neonatal factor, nucleated erythrocytes, risk factor.  Abstrak: Asfiksia neonatorum dapat menyebabkan kerusakan multiorgan karena adanya hipoksia berat atau kronik. Hipoksia kronik dapat dipicu oleh faktor ibu berupa usia ibu dan hipertensi selama kehamilan, serta jenis persalinan yang memicu hipoksia akut, sementara faktor neonatus yaitu berat badan lahir dan kecil masa kehamilan dapat mencerminkan hipoksia intrauterin. Kondisi hipoksia akan meningkatkan eritropoiesis sehingga eritosit berinti akan lepas ke sirkulasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan faktor risiko ibu dan neonatus dengan jumlah eritrosit berinti pada asfiksia neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin. Jenis penelitian ini observasional analitik dengan metode prospective crossectional. Sebanyak 16 sampel didapatkan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan formulir penelitian. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Fisher’s exact dengan tingkat kebermaknaan p < 0,05. Hasil penelitian diperoleh nilai p = 0,304 untuk usia ibu, p = 0,489 untuk jenis persalinan, p = 0,654 untuk hipetensi selama kehamilan, p = 0,092 untuk berat badan lahir, dan p = 0,511 untuk kecil masa kehamilan. Kesimpulan tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara usia ibu, jenis persalinan, hipertensi selama kehamilan, berat badan lahir, dan kecil masa kehamilan dengan jumlah eritrosit berinti pada asfiksia neonatorum di RSUD Ulin Banjarmasin. Kata-kata kunci: asfiksia neonatorum, eritrosit berinti, faktor ibu, faktor neonatus, faktor risiko.