Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

Budidaya maggot: solusi alternatif pengolahan limbah organik di kota Kupang, provinsi Nusa Tenggara Timur Wanta, Kevin Cleary; Hartanto, Yansen; Miryanti, Y.I.P. Arry; Santoso, Herry; Witono, Judy Retti B.
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 8, No 1 (2024): March
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v8i1.22242

Abstract

Abstrak Permasalahan limbah organik merupakan hal yang kompleks untuk diselesaikan. Kondisi serupa juga dialami di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana volume limbah organiknya sangat tinggi. Selama ini, pengolahan limbah organik yang dilakukan masih belum memberikan hasil yang optimal. Kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengolahan limbah organik masih perlu ditingkatkan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, partisipasi, dan wawasan masyarakat dalam pengolahan limbah organik melalui budidaya maggot. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan ada dua, yaitu seminar dan pelatihan. Kegiatan ini melibatkan berbagai komunitas atau instansi terkait di Kota Kupang, seperti Dinas Lingkungan Hidup, biara, sekolah, restoran, hotel, pelajar, dan lain-lain. Keberhasilan kegiatan ini diukur melalui tahapan pre- dan post-test di mana proses evaluasi memberikan hasil yang positif. Pemahaman peserta terhadap materi meningkat tajam dari 0,98 menjadi 3,15 (dari skala 4). Lebih jauh, 80% responden juga menyatakan kesediaannya untuk menerapkan ilmu yang diberikan. Meskipun target kegiatan telah tercapai, tantangan untuk membudidayakan maggot sebagai solusi alternatif pengolahan limbah organik masih banyak. Oleh karena itu, kerja sama dan partisipasi pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat harus ditingkatkan ke depannya. Kata kunci: limbah organik; budidaya; maggot; kupang Abstract The problem of organic waste is a complex matter to solve. This condition is also experienced in Kupang City, East Nusa Tenggara (NTT) Province, where the volume of organic waste is very high. So far, the processing of organic waste that has been carried out has yet to provide optimal results. Community awareness and participation in processing organic waste still need to improve. This service activity aims to increase community awareness, participation, and insight into processing organic waste through maggot cultivation. There are two forms of activities carried out, namely seminars and training. This activity involves various communities or related institutions in Kupang City, such as the Environmental Service, monasteries, schools, restaurants, hotels, students, etc. The success of this activity is measured through the pre- and post-test stages, where the evaluation process shows positive results. The participants' understanding of the material increased sharply from 0.98 to 3.15 (on a scale of 4). Furthermore, 80% of respondents also expressed willingness to apply the knowledge provided. Even though the activity target has been achieved, there are still many challenges in cultivating maggots as an alternative solution for processing organic waste. Thus, cooperation and participation from government, industry, academics, and society must be increased in the future. Keywords: organic waste; cultivation; maggot; kupang
PENDAMPINGAN KELOMPOK PETANI GARAM PULAU SABU, NTT DALAM PEMBUATAN TAMBAK GARAM Wanta, Kevin Cleary; Santoso, Herry; Witono, Judy Retti B.
Abdimas Galuh Vol 5, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v5i2.10382

Abstract

Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu wilayah yang cocok digunakan untuk memproduksi garam. Hal ini tidak terlepas dari kondisi iklim dan geografis yang dimilikinya. Metode produksi garam yang dapat diaplikasikan adalah metode penguapan air laut dengan bantuan sinar matahari. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk membantu komunitas petani garam di Pulau Sabu dalam merancang, membangun, dan melakukan uji coba tambak garam. Hal ini dilakukan supaya petani garam dapat meningkatkan jumlah produksi garam di wilayah tersebut. Kegiatan ini berjalan melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan (survei dan diskusi), tahap desain tambak, tahap pembangunan tambak, dan tahap tindak lanjut (pendampingan, uji coba, dan evaluasi). Secara umum, kegiatan ini berlangsung dengan baik meskipun terhalang dengan pandemi COVID-19. Komunitas petani garam di Pulau Sabu berhasil membangun tambak garam tersebut sesuai dengan desain yang telah dibuat. Namun, kegiatan pengabdian ini belum selesai karena apa yang dilakukan saat ini baru tahap awal. Ke depannya, kegiatan pengabdian dilanjutkan dengan fokus lain, seperti peningkatan kualitas garam, pengenalan teknologi tepat guna lainnya, hingga diversifikasi produk garam.