Endang Saptiningsih
Program Studi Biologi, Fakultas Sains Dan Matematika, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang, Semarang 50275, Indonesia

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

Pola Pertumbuhan Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Dengan Perlakuan Monosodium Glutamat Indah Tri Intan Setiyaningrom; Sri Damanti; Endang Saptiningsih
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 7, Nomor 1, Tahun 2022
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.7.1.2022.60-65

Abstract

Sorgum merupakan bahan pangan alternatif yang berpotensi besar dikembangkan di Indonesia. Monosodium glutamat merupakan bahan penguat rasa dengan komposisi berupa natrium dan glutamat, yang bermanfaat pada proses pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dosis efektif monosodium glutamat terhadap pola pertumbuhan tanaman sorgum. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal berupa dosis MSG dengan 4 taraf perlakuan, yaitu 0 g/tanaman, 3 g/tanaman, 6 g/tanaman dan 9 g/tanaman. Perlakuan diberikan dengan cara menaburkan MSG di sekitar daerah perakaran sorgum setiap satu minggu sekali. Parameter yang diukur adalah jumlah daun, luas daun dan tinggi tanaman yang didata setiap minggu sekali, dari minggu kedua sampai minggu kedelapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman sorgum dengan perlakuan MSG berpengaruh meningkatkan pertumbuhan dan mengubah pola pertumbuhan sorgum. Dosis 3 g/tanaman menunjukkan peningkatan pola pertumbuhan lebih cepat. Sorghum is an alternative crop with great potential to develop in Indonesia. Monosodium glutamate is a flavor enhancer with a composition of sodium and glutamate, which is beneficial for plant growth processes. This research aims to examine the effective dose of monosodium glutamate on the growth pattern of sorghum plants. This research used a single factor Completely Randomized Design (CRD) in the form of MSG dose with 4 treatment levels, namely 0 g/plant, 3 g/plant, 6 g/plant, and 9 g/plant. The treatment was given by sprinkling MSG around the sorghum root area once a week. The parameters measured were the number of leaves, leaf area, and plant height, which were recorded once a week, from the second week to the eighth week. The results showed that sorghum with MSG treatment affected increasing growth and changed the growth pattern of sorghum. The dose of 3 g/plant showed an increased growth pattern. 
Respon Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Varietas Pelita F1 terhadap Penggenangan RR Pascalina Raras; Endang Saptiningsih; Sri Haryanti
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 1, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.1.2021.56-65

Abstract

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya adaptasi yang cukup luas. Curah hujan tinggi di Indonesia mengakibatkan lahan tergenang sehingga mengancam produktivitas tanaman, salah satunya cabai rawit. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon dan toleransi tanaman cabai rawit (C. frutescens L.) varietas Pelita F1 terhadap penggenangan. Perlakuan terdiri dari kontrol (kapasitas lapang) dan perlakuan penggenangan selama 24 jam. Perlakuan menggunakan 2 atau 3 ulangan. Desain penelitian menggunakan RAL dan analisis data menggunakan ANOVA dan uji lanjut LSD taraf signifikan 5%. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan persentase layu, kerusakan ujung akar, penurunan kandungan klorofil a, klorofil b, klorofil total dan karotenoid setelah penggenangan. Tanaman terlihat segar, jumlah daun dipertahankan, terjadi pertumbuhan akar, peningkatan kandungan pigmen fotosintesis, tinggi tanaman dan berat kering pada akhir fase pemulihan. Terjadinya pertumbuhan diakhir fase pemulihan menunjukkan cabai varietas Pelita F1 toleran terhadap penggenangan 24 jam. Kemampuan tanaman dalam memperbaiki sistem perakaran, mempertahankan jumlah daun dan meningkatkan kandungan pigmen fotosintesis merupakan faktor penting dalam toleransi tanaman terhadap penggenangan.
Naungan dan Tipe Substrat Berbeda pada Periode Aklimatisasi Ex-vitro Phalaenopsis Hibrid Ade Arisma Fauziah; Nurullita Prahasti; Nintya Setiari; Endang Saptiningsih
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 5, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.5.1.2020.60-66

Abstract

Produksi bibit Phalaenopsis Hibrid umumnya dilakukan melalui teknik kultur jaringan. Tahap selanjutnya adalah aklimatisasi plantlet di lingkungan ex-vitro. Penggunaan naungan dan tipe substrat berperan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup plantlet selama periode awal aklimatisasi. Penelitian ini mengkaji peran naungan dan tipe substrat yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup plantlet Phalaenopsis Hibrid selama periode awal aklimatisasi di greenhouse. Penelitian menggunakan plantlet Phalaenopsis Hibrid dalam botol dan naungan paranet. Plantlet diberi 3 tipe substrat yaitu serabut kelapa, akar paku kadaka, sphagnum serta semua perlakuan dinaungi paranet secara bertahap. Parameter penelitian yang diukur meliputi: jumlah akar, total panjang akar, panjang daun, berat segar dan persentase kematian plantlet. Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor dan 3 ulangan digunakan dalam penelitian ini. Data dianalisis menggunakan ANOVA dan uji LSD pada taraf signifikansi 95% (P < 0,05). Penelitian dilakukan selama 5 minggu di greenhouse Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matemetika, UNDIP. Plantlet tumbuh dan mampu bertahan hidup pada semua substrat dan naungan paranet secara bertahap. Pembentukan pori besar pada substrat serabut kelapa dan akar kadaka meningkatkan jumlah dan panjang akar. Kemampuan menjerap air tinggi pada spagnum meningkatkan berat segar plantlet. Penutupan paranet secara bertahap dan penggunaan substrat serabut kelapa, akar kadaka serta spagnum mempertahankan kelangsungan hidup plantlet selama periode awal aklimatisasi ex-vitro.   Kata kunci:aklimatisasi, Phalaenopsis Hibrid, serabut kelapa, akar kadaka, sphagnum
Pengaruh Durasi Penggenangan terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Waktu Berbunga Cabai Merah Keriting Capsicum annum (L.) Varietas Jacko Nia Nur Insani; Sri Darmanti; Endang Saptiningsih
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 6, Nomor 2, Tahun 2021
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.6.2.2021.104-114

Abstract

Cabai merah keriting (C. annum L.) merupakan salah satu komoditas holtikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Musim penghujan di Indonesia menyebabkan lahan pertanian tergenang sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan hasil panen cabai. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh durasi penggenangan terhadap pertumbuhan vegetatif dan waktu berbunga cabai merah keriting (C. annum L.) varietas Jacko. Perlakuan terdiri dari kontrol, penggenangan durasi 1 hari, 3 hari, dan 10 hari. Masing-masing perlakuan menggunakan 5 ulangan. Desain penelitian menggunakan RAL satu faktor yaitu durasi penggenangan. Analisis data setelah perlakuan penggenangan menggunakan uji T taraf signifikansi 5% dan analisis data setelah periode pemulihan 30 hari menggunakan one-way ANOVA yang dilanjutkan ke uji LSD taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan panjang akar, jumlah daun, ukuran daun, perubahan warna daun, tinggi tanaman, bobot segar akar, dan bobot segar tajuk tanaman setelah perlakuan penggenangan. Diakhir periode pemulihan terjadi peningkatan pertumbuhan vegetatif pada semua perlakuan. Peningkatan durasi penggenangan menurunkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan menunda waktu pembentukan tunas bunga. Pertumbuhan akar dan jumlah daun selama periode pemulihan merupakan faktor penting dalam adaptasi tanaman terhadap penggenangan. Capsicum annum L. is a horticultural commodity that has high economic value. The rainy season in Indonesia caused agricultural land to be flooded, which affected chili pepper's growth and yield. The purpose of this study was to examine the effect of flooding duration on vegetative growth and flowering time of C. annum L. var. Jacko. The treatments consisted of control, flooding duration of 1 day, three days, and ten days. Each treatment used five replications. The research design used one-factor RAL, namely the duration of flooding. Data analysis after flooding treatment used the T-test with a significance level of 5%, and data analysis after the recovery period used one-way ANOVA followed by the LSD test with a significance level of 5%. The results showed a decrease in root length, leaf number, leaf size, leaf color change, plant height, root fresh weight, and shoot fresh weight after flooding treatment. At the end of the recovery period, there was an increase in vegetative growth in all treatments. Increasing the duration of flooding reduces the vegetative growth of plants and delays the time of flower bud formation. Root growth and number of leaves during the recovery period are important factors in plant adaptation to flooding. 
Perkecambahan Biji, Kandungan Pigmen Fotosintesis dan Pertumbuhan Tanaman Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L. Walp.) pada Kondisi Naungan Nadya Aulia Azhari; Munifatul Izzati; Endang Saptiningsih
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 5, Nomor 2, Tahun 2020
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.5.2.2020.166-173

Abstract

Kacang tunggak merupakan salah satu jenis kacang yang memiliki kandungan protein tertinggi kedua setelah kedelai. Pemanfaatan yang belum optimal menyebabkan kurangnya pengembangan intensif dalam produksi kacang tunggak, termasuk dalam budidayanya. Budidaya yang dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman lainnya menyebabkan kacang tunggak ternaungi. Naungan pada tanaman dapat menyebabkan perubahan lingkungan mikro yang berdampak pada pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh naungan terhadap perkecambahan benih, kandungan pigmen fotosintesis dan pertumbuhan kacang tunggak. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal berupa naungan. Perlakuan terdiri dari kontrol (tanpa naungan) dan perlakuan naungan (40%). Masing-masing perlakuan dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati berupa daya perkecambahan biji, tinggi batang, jumlah daun, waktu munculnya bunga pertama, jumlah polong, berat basah, berat kering, klorofil a, klorofil b, total klorofil dan karotenoid. Data dianalisis dengan uji T pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan tidak berpengaruh terhadap kandungan klorofil a, klorofil b, klorofil total dan karotenoid, namun menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap persentase perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah daun, durasi kemunculan bunga pertama, jumlah polong, berat basah serta berat kering tanaman. Kata kunci : kacang tunggak, naungan pigmen fotosintesis, menghindar, polong
Pengaruh Pematahan Dominansi Apikal terhadap Produktivitas Tanaman Kacang-Kacangan Endah Dwi Hastuti; Endang Saptiningsih; Munifatul Izzati
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 4, Nomor 2, Tahun 2019
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.489 KB) | DOI: 10.14710/baf.4.2.2019.97-106

Abstract

Peningkatan konsumsi berbagai jenis kacang-kacangan di Indonesia saat ini mendorong adanya upaya peningkatan produktivitas tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pematahan dominansi apikal terhadap produktivitas tanaman kacang-kacangan, meliputi waktu pembungaan, jumlah polong, jumlah biji dan berat basah dan berat kering polong, mengkaji sifat polong yang dihasilkan. Penelitian dilakukan pada Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro antara April hingga Desember 2018. Materi percobaan meliputi jenis kacang, yaitu kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan kacang tolok, sedangkan perlakuan berupa pematahan dominansi apikal dengan pemotongan pucuk tanaman. Analisis data dilakukan dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi pada waktu pembungaan, jumlah polong, jumlah biji, berat basah dan berat kering polong yang dihasilkan. Perbedaan yang signifikan hanya teramati pada jumlah biji yang dihasilkan berdasarkan jenis kacang. Secara umum, produktivitas kacang merah merupakan yang paling tinggi dengan 7,8 polong/tanaman, namun berdasarkan jumlah biji yang dihasilkan kacang hijau memiliki produktivitas yang paling tinggi dengan 29 biji/tanaman. Sifat polong yang dihasilkan dari masing-masing jenis kacang menunjukkan adanya variasi terhadap rasio berat kering:berat basah yang dihasilkan. Rasio berat kacang yang dihasilkan berturut-turut 87,2%; 72,3%; 33,0%; dan 23,3% masing-masing untuk kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai dan kacang tanah. Kata kunci: berat, kacang-kacangan, polong, produktivitas, rasio
Analysis effect of shade level on the physiological and anatomical characteristics of hybrid Phalaenopsis orchid at the acclimatization stage Ade Arisma Fauziah; Nintya Setiari; Endang Saptiningsih
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.38554

Abstract

AbstractProduction of hybrid Phalaenopsis seedlings is generally applied by in vitro culture techniques. The final stage of in vitro culture is acclimatization. The acclimatization stage is crucial because the plantlets must adapt to the ex-vitro environment. Shade supports plantlet growth during the early stages of acclimatization. This study aims to determine the effect of shade level on the physiological and anatomical characteristics of the Phalaenopsis hybrid orchid at the acclimatization stage. The research used Phalaenopsis plantlet hybrid and shading level. Plantlets were shaded at 40%, 55%, and 70%. Parameters measured included: photosynthetic pigment content, number and area of leaves, number and length of roots, stomata density, size of stomata and fresh weight. This study used a completely randomized design with one factor and ten replications. Data were analyzed using the ANOVA test and LSD test at a significance level of 5% (p<0.05). The results showed the highest photosynthetic pigment content in the 55% shade, and there was a difference in the size of the stomatal guard cells between ex vitro and in vitro leaves at 40% shade. Shade level did not affect leaf growth, roots, fresh weight and stomata density. However, it affected photosynthetic pigment content and size of guard cells in the ex vitro leaves of Phalaenopsis hybrid orchids. The most optimal growth of the Phalaenopsis hybrid was at 55% shade.Keywords: acclimatization, ex vitro leaves, shade AbstrakProduksi bibit Phalaenopsis hibrid umumnya dilakukan dengan teknik kultur in vitro. Tahap akhir dari kultur in vitro adalah aklimatisasi. Aklimatisasi merupakan tahap paling penting karena planlet harus beradaptasi di lingkungan ex vitro. Naungan menunjang pertumbuhan planlet selama tahap awal aklimatisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat naungan terhadap karakteristik fisiologis dan anatomis anggrek Phalaenopsis hibrid pada tahap aklimatisasi. Penelitian menggunakan planlet Phalaenopsis hibrid dan tingkat naungan. Planlet diberi paranet 40%, 55%, dan 70%. Parameter yang diukur meliputi: kandungan pigmen fotosintesis, jumlah dan luas daun, jumlah dan panjang akar, densitas stomata, ukuran stomata dan berat segar. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan satu faktor dan 10 ulangan. Data dianalisis menggunakan Uji ANOVA dan Uji LSD pada taraf signifikasi 5% (p< 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan pigmen fotosintesis tertinggi terdapat pada naungan 55% danterdapat perbedaan ukuran sel penutup stomata antara daun ex vitro dan in vitro pada naungan 40%. Tingkat naungan tidak mempengaruhi pertumbuhan daun, akar, berat segar serta densitas stomata, namun mempengaruhi kandungan pigmen fotosintesis serta ukuran sel penutup stomata daun ex vitro pada anggrek Phalaenopsis hibrid. Pertumbuhan Phalaenopsis hibrid yang paling optimal berada pada naungan 55%. Kata Kunci: aklimatisasi, daun ex vitro, naungan 
Respon Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Semai Bakau Rhizophora mucronata Lamk. Pada Komposisi Media Tanam yang Berbeda Yuniantika, Sri Endah; Hastuti, Endah Dwi; Saptiningsih, Endang
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 8, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.8.2.2023.138-145

Abstract

Pembibitan mangrove di luar habitat aslinya dibutuhkan dalam mendukung konservasi mangrove, khususnya Rhizophora mucronata. Media tanam merupakan faktor penting dalam pembibitan atau pertumbuhan semai R. mucronata. Komposisi media tanam yang sesuai akan menghasilkan struktur, porositas, drainase dan aerasi tanah terbaik untuk optimasi pertumbuhan semai mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan semai R. mucronata pada media tanam pasir, lumpur dan arang organik dengan komposisi yang berbeda dan mengetahui komposisi media tanam yang menghasilkan pertumbuhan semai tertinggi. Propagul R. mucronata ditanam pada campuran media pasir, lumpur dan arang organik dengan komposisi masing-masing adalah 3:3:1 (K1), 3:1:3 (K2), 1:3:3 (K3). Pertumbuhan semai R. mucronata yaitu: persentase kelangsungan hidup, peningkatan tinggi tanaman, peningkatan berat segar semai, jumlah akar, panjang akar, pola pertumbuhan plumula, waktu pembukaan daun pertama, jumlah daun dan diameter batang semai diamati setelah 9 minggu penanaman propagul. Semai dapat hidup dan bertahan pada semua campuran media semai. Pertumbuhan semai tertinggi yaitu: panjang akar, panjang plumula, pembukaan daun pertama, jumlah daun, persentase peningkatan tinggi batang dan diameter batang terjadi pada campuran media K2. Pertumbuhan semai terendah secara signifikan terdapat pada campuran media K1 dan K3. Campuran media dengan pembentukan struktur tanah yang baik mampu meningkatkan pertumbuhan semai R. mucronata.  Mangrove nurseries outside their natural habitat were needed to support mangrove conservation, especially Rhizophora mucronata. The planting medium was essential in the nursery or growth of R. mucronata seedlings. The composition of the appropriate planting medium would produce the best soil structure, porosity, drainage and aeration to optimize the growth of mangrove seedlings. This study aims to determine the growth response of R. mucronata seedlings on sand, mud, and organic charcoal planting media with different compositions and to determine the composition of the planting medium that produces the highest seedling growth. Propagules of R. mucronata were planted in a mixture of sand, mud, and organic charcoal media with compositions of 3:3:1 (K1), 3:1:3 (K2), and 1:3:3 (K3), respectively. The growth of R. mucronata seedlings was: percentage of survival, increase in plant height, increase in seedling fresh weight, number of roots, root length, plumula growth pattern, time of first leaf opening, number of leaves and stem diameter of seedlings observed after nine weeks of propagules planting. Seedlings could live and survive in all seedling media mixes. The highest growth of seedlings, namely: root length, plumula length, first leaf opening, number of leaves, and the percentage increase in stem height and diameter, occurred in the K2 media mixture. The lowest seedling growth significantly was found in the K1 and K3 media mixture. Mixed media with the formation of good soil structure could increase the growth of R. mucronata seedlings.
Pengaruh Aplikasi Kompos dan Asam Humat Terhadap Produktivitas Tanah Pasir dan Pertumbuhan Sawi Hijau (Brassica juncea L.) Saptiningsih, Endang; Kurnianto, Ikhwan Zain; Suedy, Sri Widodo Agung
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 9, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.9.1.2024.102-110

Abstract

Tanah pasir adalah tanah tidak subur dengan retensi air dan hara rendah. Tujuan penelitian untuk mengkaji pengaruh aplikasi kompos dan asam humat terhadap produktivitas tanah pasir serta pertumbuhan dan produktivitas sawi hijau. Penelitian dilakukan secara eksperimental di greenhouse dengan menumbuhkan semai sawi hijau pada tanah pasir yang diberi perlakuan aplikasi pembenah tanah. Terdapat tiga perlakuan yaitu kontrol (P0), aplikasi kompos (P1), dan aplikasi asam humat (P2). Parameter produktivitas pasir yang diukur meliputi: deskripsi konsistensi struktur tanah dan kandungan air kapasitas lapang. Dilakukan pengukuran terhadap persentase peningkatan jumlah akar, panjang akar lateral, bobot kering akar, jumlah daun, luas daun, bobot kering daun dan kandungan pigmen fotosintesis (klorofil a, klorofil b dan karotenoid) untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan struktur tanah pasir dari struktur lepas menjadi gembur dan lekat setelah aplikasi kompos, dan teguh setelah aplikasi asam humat. Aplikasi kompos dan asam humat menyebabkan peningkatan persentase kadar air kapasitas lapang. Persentase kadar air tanah P1 (52,6%) lebih tinggi dibanding P2 (10,7%) dan P0 (6,4%). Persentase pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawi tertinggi terdapat pada P1 diikuti P2 dan P0 yaitu: 3,2%, 2,3%, 1,8% (panjang akar lateral), 59,4%, 47,2%, 33% (bobot kering akar), 21%, 19,6%, 14,5% (luas daun), 28,4%, 24,9%, 24% (bobot kering daun). Penurunan luas daun pada P2 dan P0 diimbangi dengan peningkatan kandungan pigmen fotosintesis untuk optimalisasi penyerapan cahaya. Secara umum aplikasi kompos dan asam humat dapat memperbaiki struktur tanah pasir. Aplikasi kompos lebih efektif meningkatkan retensi air dan pertumbuhan serta produktivitas tanaman herbaceous sawi hijau pada tanah pasir. Sandy soil is inherently infertile and has low water and nutrient retention capabilities. This study aims to evaluate the impact of compost and humic acid application on the productivity of sandy soil and the growth and productivity of mustard plants. The research was conducted experimentally in a greenhouse, where mustard seedlings were grown in sandy soil treated with soil amendments. Three treatments were employed: control (P0), compost application (P1), and humic acid application (P2). Soil productivity parameters measured included soil structure consistency and field capacity water content. Growth and productivity responses of the plants were assessed by measuring the percentage increase in root mass, lateral root length, root dry weight, number of leaves, leaf area, leaf dry weight, and photosynthetic pigment content (chlorophyll a, chlorophyll b, and carotenoids). Results indicated that the soil structure of sandy soil changed from loose to crumbly and cohesive after compost application and to firm after humic acid application. Both compost and humic acid applications led to increased field capacity water content, with P1 showing a higher moisture percentage (52.6%) compared to P2 (10.7%) and P0 (6.4%). The highest growth and productivity percentages in mustard plants were observed in P1, followed by P2 and P0, respectively: 3.2%, 2.3%, 1.8% (lateral root length), 59.4%, 47.2%, 33% (root dry weight), 21%, 19.6%, 14.5% (leaf area), and 28.4%, 24.9%, 24% (leaf dry weight). It increased photosynthetic pigment content to optimize light absorption and compensated for decreased leaf area in P2 and P0. Overall, applying compost and humic acid improved the structure of sandy soil, with compost being more effective in enhancing water retention and the growth and productivity of mustard plants on sandy soil.
Kandungan Pigmen Fotosintetik dan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr.) var. Grobogan Pada Tingkat Ketersediaan Air yang Berbeda Fachrezi, Muhammad Luthfi; Darmanti, Sri; Saptiningsih, Endang; Prihastanti, Erma
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 8, Nomor 2, Tahun 2023
Publisher : Departemen Biologi Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/baf.8.2.2023.154-160

Abstract

Kedelai merupakan sumber protein yang murah sehingga permintaan tinggi, tetapi produksi kedelai di Indonesia rendah. Tanaman kedelai umumnya ditanam di sawah tadah hujan sehingga rawan cekaman kekeringan dan menyebabkan produksi rendah. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental,  bertujuan mengkaji pengaruh tingkat ketersediaan air terhadap kandungan pigmen fotosintetik daun dan pertumbuhan vegetatif tanaman kedelai [Glycine max (l.) Merr.] varietas Grobogan. Penelitian dilakukan di kebun percobaan dan laboratorium Struktur dan fungsi tumbuhan  Departemen biologi FSM UNDIP, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor berupa tingkat ketersediaan air yang berbeda yaitu 100%, 75%, 50%, dan 25% kapasitas lapang.  Data dianalisis dengan analisis sidik ragam One Way ANOVA, dilanjutkan dengan Uji DMRT dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan persentase ketersediaan air tidak memengaruhi kandungan pigmen fotosintetik daun kedelai. Penurunan persentase ketersediaan air menurunkan pertumbuhan tajuk, untuk jumlah daun mulai turun pada ketersediaan air 25%, tinggi tanaman pada 75%, bobot tajuk pada 50%. Ketersediaan air paling optimal bagi panjang akar dan bobot akar adalah 75%.  Soybeans are a cheap source of protein, so demand is high, but soybean production in Indonesia is low. Soybean crops are generally planted in rainfed rice fields, so they are prone to drought stress and cause low production. This study used an experimental method, aimed to examine the effect of water availability on the photosynthetic pigment content of leaves and vegetative growth of soybean plants [Glycine max (l.) Merr.] Grobogan variety. The research was conducted in the experimental garden and laboratory Plant structure and function of the Department of Biology FSM UNDIP, using a one-factor Complete Randomized Design (RAL) in the form of different levels of water availability, namely 100%, 75%, 50%, and 25% field capacity.  The data was analyzed by One Way ANOVA fingerprint analysis, followed by DMRT Test with a confidence level of 95%. The results showed that the decrease in the percentage of water availability did not affect the photosynthetic pigment content of soybean leaves. A decrease in the percentage of water availability decreases the growth of the header, for the number of leaves begins to fall at water availability 25%, plant height at 75%, header weight at 50%. The most optimal water availability for root length and root weight is 75%.