Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

STUDI POLA PERESEPAN ANTIDIARE ANAK DI PUSKESMAS KOTA BANDUNG Alfi Nurul Islamiyah; Linda Purnamawati Suherman; Ambarsundari Ambarsundari; Iis Rukmawati; Abdul Aziz Muslim Shahibul Wafa
Pharmacoscript Vol. 4 No. 1 (2021): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v4i1.619

Abstract

Prevalensi diare pada anak di Jawa Barat memiliki angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok usia lain yaitu sebesar 30,81%, dan prevalensi diare di Kota Bandung adalah 10,48%. UNICEF (2019) menyatakan bahwa hanya sekitar 44% anak-anak yang mengalami diare, menerima pengobatan yang direkomendasikan. Studi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pola peresepan dan rasionalitas peresepan obat antidiare pada pasien anak. Studi observasional dan deskriptif ini dilakukan secara retrospektif pada pasien anak di salah satu Puskesmas di Kota Bandung. Subjek penelitian yang diikutsertakan dalam studi ini adalah pasien anak laki-laki dan perempuan usia 1-12 tahun yang terdiagnosis diare dan mendapatkan obat antidiare pada periode kunjungan Januari – Maret 2020. Obat antidiare yang paling banyak diresepkan pada pasien anak di puskesmas tersebut adalah oralit (84%), selanjutnya zink (68%), kaolin pektin (4%) dan attapulgit (4%), serta terdapat 6 pasien (12%) yang menerima terapi antibiotik kotrimoksazol. Persentase peresepan antibiotik untuk diare non-spesifik pada pasien anak yaitu sebesar 4,35%. Sebagian besar pasien (46%) menerima terapi kombinasi oralit dan zink. Penilaian rasionalitas penggunaan obat mengacu pada pedoman Kementrian Kesehatan RI. Penggunaan obat antidiare pada pasien anak telah 100% tepat indikasi dan tepat interval waktu pemberian, 84% tepat pemilihan obat, 88% tepat dosis, dan 96% tepat lama pemberian. Ketidakrasionalan penggunaan obat antidiare ditemukan sebanyak 15 kasus pada peresepan obat zink dan 4 kasus pada peresepan antibiotik kotrimoksazol. Tidak ditemukan adanya interaksi obat. Peran apoteker dalam optimaliasi penggunaan obat yang rasional pada praktik klinik, khususnya dalam penanganan diare pada anak, masih perlu ditingkatkan
IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI KOMORBID ARTHRITIS DI SALAH SATU PUSKESMAS DI KOTA BANDUNG Vina Septiani; Linda P Suherman; Siti Susiani; Iis Rukmawati; Endah Wahyuni
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 14, No 1 (2023): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v14i1.1943

Abstract

Pasien dengan penyakit hipertensi sering disertai dengan penyakit lain, salah satunya arthritis. Pada pasien tersebut telah ditemukan masalah terkait obat seperti efek samping dan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Masalah Terkait Obat (MTO) pada pasien hipertensi komorbid arthritis di salah satu Puskesmas di Kota Bandung. Penelitian merupakan penelitian observasional dengan pengambilan data secara retrospektif dan analisis secara deskriptif. Data diambil dari resep pasien yang berobat pada periode Januari-Desember 2019. Kriteria inklusi sampel adalah pasien usia 30-75 tahun, pasien dengan diagnosis hipertensi komorbid arthritis, dan pasien yang berobat pada periode Januari - Desember 2019. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah 44 pasien. Ditemukan masalah terkait obat potensial sebanyak 26 kasus (59,09%) potensi interaksi obat, dengan jenis interaksi farmakodinamik dan tingkat keparahan moderate.
Dyspepsia Drug Use Pattern of Outpatients in a Public Health Center in Batununggal District Bandung Linda Purnamawati Suherman; Pudjiastuti Kartidjo; Iis Rukmawati; Vina Septiani; Fazrin Azzura
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 4 No. 4 (2021): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v4i4.1987

Abstract

Dyspepsia is a condition of pain in the epigastrium and a burning sensation that radiates to the chest. Dyspepsia occupies the 10th position in the 20 largest non-communicable diseases in a Public Health Center in Bandung. The heterogeneous symptoms and the absence of specific treatments can lead to irrational treatment. The research objective is to determine the pattern of drug use in patients with dyspepsia, including the right indication, the proper drug selection, the correct dose, and the proper interval of administration in a Public Health Center in Batununggal District Bandung. This study was an observational study using a cross-sectional study design that was descriptive in nature. The sampling technique employed the purposive sampling method retrospectively. The research was conducted on 104 patients diagnosed with dyspepsia with comorbidities and receiving drugs at an Outpatient Clinic in a Public Health Center in Batununggal District Bandung from January-March 2020. There were 38 male patients (36.538%) and 66 female patients (63.462%). The majority of patients were aged 56-65 years (28.846%). The most used drug class was antacids (60.448%), and the dosage form that was mostly used was tablets (40.299%). The most used single drug was antacids (51.923%), while the most used drug combination was antacids and omeprazole (23.077%). The accuracy of drug selection and the accuracy of indications were 100% correct, the accuracy of the dosage was 59.62% correct, the accuracy of the time interval for drug administration was 71% correct, and the accuracy of the duration of drug administration was 9.62% correct.
EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN MINDI (Melia azedarach Linn) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Linda P Suherman; Faizal Hermanto; Mochammad Luthfi Pramukti
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 1 No 1 (2013)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v1i1.24

Abstract

Mindi merupakan salah satu tumbuhan yang digunakan di masyarakat sebagai antidiare.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antidiare ekstrak etanol daun mindi terhadap mencit Swiss Webster jantan.  Ekstrak etanol dibuat dengan menggunakan seperangkat alat Soxhlet. Pengujian efek antidiare dilakukan dengan metode transit intestinal dan metode proteksi diare yang  diinduksi oleh Oleum ricini. Data dianalisis statistik menggunakan Uji-t dan Anova. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok uji ekstrak etanol daun mindi (DM) 295 mg/kg bb pada menit ke 120,  DM 442 mg/kg bb pada menit ke 150–180 dan DM 590 mg/kg bb pada menit ke 60-150 mengurangi frekuensi diare dan berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Bobot feses  DM 295 mg/kg bb lebih besar dan berbedabermakna dibandingkan kelompok kontrol pada menit ke 30 dan 150 (p<0,05). Sedangkan bobot feses  DM 442 mg/kg bb pada menit ke 60 dan 150 dan  DM 590 mg/kg bb pada menit ke 60 , 150 dan  180 lebih kecil dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). DM 590 mg/kg bb memperbaiki konsistensi feses dan berbedabermakna dibandingkan kelompok kontrol terutama pada menit ke 60-150 (p<0,05). DM 442dan 590 mg/kg bb menghambat waktu timbul diare dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05) dan waktu timbul diare DM 590 mg/kg bb lebih lama dan sebanding jikadibandingkan dengan loperamid 0,26 mg/kg bb (p>0,05). DM 442 mg/kg bb menurunkan durasi diare dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Rasio panjang usus yang ditempuh marker terhadap panjang usus keseluruhan menunjukan bahwa DM 295, 442 dan 590 mg/kg bb menghambat gerak peristaltik usus dan berbeda bermaknadibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Hasil pengujian menunjukkan ekstrak etanol daun mindi memiliki efek antidiare dan dosis 590 mg/kg bb menunjukkan efek terbaik pada pengujian antidiare dengan metode proteksi yang diinduksi oleh Oleum ricini dan metode transit intestinal.
EFEK HIPOGLIKEMIK EKSTRAK AIR DAUN BUNGUR (Lagerstroemia speciosa L. Pers.) PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DENGAN METODE TOLERANSI GLUKOSA Linda P. Suherman; Puspa Sari Dewi; Rosyifah Salsabila
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3 No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v3i1.97

Abstract

ABSTRAK Tumbuhan bungur (Lagerstroemia speciosa L. Pers.) adalah salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai antidiabetes, mengobati kencing batu dan tekanan darah tinggi.Penelitian sebelumnya menunjukkan ekstrak air  daun bungur mempunyai efek hipoglikemik dengan metode induksi aloksan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efek hipoglikemik ekstrak air daun bungur pada mencit Swiss Webster jantan dengan metode toleransi glukosa. Pembuatan ekstrak air daun bungur dilakukan dengan perebusan. Ekstrak air daun bungur dosis 75, 150 dan 300 mg/kg bb diberikan pada hewan uji, dan sebagai pembanding digunakan metformin dosis 65 mg/kg bb. Kadar glukosa darah ditentukan menggunakan alat tes glukosa Accu Chek®  pada menit ke 10, 20, 30, 45, 60, 90, 120 dan 180 setelah diinduksi dengan larutan glukosa 2 g/kg bb secara oral. Hasil uji hipoglikemik menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air daun bungur dosis 75, 150 dan 300 mg/kg bb dapat menurunkan kadar glukosa darah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ekstrak air daun bungur dosis 75 mg/kg bb menunjukan perbedaan secara bermakna pada menit ke- 180 dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa dosis terbaik ekstrak air daun bungur untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah 75 mg/kg bb. Kata kunci : Bungur, Lagerstroemia speciosa L. Pers., antidiabetes, hipoglikemik, ekstrak air ABSTRACT Bungur is one of the herbs used to treat diabetic, bladder stones and high blood pressure. Previous study stated that bungur leaves had hypoglycemic effect with aloksan induced methods. This study is done in order to test the effect of water extract of bungur leaves in male Swiss Webster mice with glucose tolerance methods. Water extract of bungur leaves is made by boiling. Test Animal were given water extract of bungur leaves at doses of 75, 150 and 300 mg/kg bw. Metformin 65 mg/kg bw was used as comparator. Blood glucose levels was measured with Accu Chek®  glucose test kits at minute 10 , 20 , 30 , 45 , 60 , 90 , 120 and 180 after induced  by the glucose solution at  dose of 2 g / kg bw orally . The results showed that water extract of bungur leaves at dose of 75, 150 and 300 mg/kg bw could reduce blood glucose level compared to control group. water extract of bungur leaves at dose of 75 mg/kg bw was significantly different at minute 180 compared to control group (p<0,05). It can be concluded thatthe best dose  of water extract of bungur leaves to reduce blood glucose level was 75 mg/kg bw. Key words   : Bungur, Lagerstroemia speciosa L. Pers., antidiabetic, hypoglycemic, water extract
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ARB DAN DIURETIK PADA PASIEN RAWAT INAP DENGAN DIAGNOSIS GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT KECAMATAN BALEENDAH PROVINSI JAWA BARAT Septiani, Vina; Margayani, Eni; Suherman, Linda P; Meicareena, Meira
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 15, No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Faculty of Mathematic and Natural Science, Garut University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jifb.v15i1.2544

Abstract

Gagal jantung adalah kondisi klinis di mana jantung tidak dapat memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat golongan ARB dan diuretik mengetahui ketepatan terapi gagal jantung golongan ARB dan diuretik serta meliputi parameter tepat indikasi, tepat pemilihan obat, dan tepat dosis pada pasien rawat inap di salah satu Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 untuk meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang melakukan penelitian deskriptif dan mengumpulkan data dari rekam medis pasien secara retrospektif. Untuk pengambilan sampel, digunakan metode purposive sampling. Data diambil dari sampel yang memenuhi kriteria inklusi kemudian dianalisis baik secara kuantitatif dan kualitatif. Populasi pasien tahun 2021 sebanyak 152 pasien dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 48 pasien. Berdasarkan hasil penelitian pada pasien gagal jantung tahun 2021, diperoleh bahwa pasien gagal jantung lebih banyak pada pasien laki- laki sebesar 56,25% dan rentang usia yang lebih banyak pada usia 56-65 tahun sebesar 47,92%. Obat gagal jantung yang paling banyak diresepkan adalah kombinasi 2 obat yaitu Candesartan + Furosemide sebesar 43,5%. Hasil analisis kualitatif penggunaan obat pasien gagal jantung di salah satu Rumah Sakit di Provinsi Jawa Barat tahun 2021 diperoleh bahwa pasien sudah 100% tepat indikasi, 100% tepat pemilihan obat, dan 98% tepat dosis.
KAJIAN POLA PERESEPAN DAN POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI DI SALAH SATU APOTEK KOTA CIMAHI Ramdani, Robby; Suherman, Linda P.; Sundari, Ambar; Utami, Ayu Krishna Widya
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9 No 1 (2024)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v9i1.408

Abstract

Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah di atas normal dimana tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Tekanan darah yang tidak  terkendali  pada  pasien  hipertensi  dapat  meningkatkan  risiko  terjadinya penyakit  kardiovaskular. Pengunaan obat hipertensi yang tidak tepat akan menyebabkan masalah yang serius terhadap pelayanan kesehatan dikarenakan akan menyebabkan dampak yang negatif kepada pasien sehingga pola peresepan menjadi hal yang penting. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pola peresepan obat antihipertensi, sehingga dapat diketahui obat yang diresepkan pada pasien hipertensi berdasarkan umur, jenis kelamin, golongan obat dan jenis obat yang diresepkan. Desain yang digunakan pada penelitian ini yaitu deskriptif observasional.  Penelitian dilakukan di salah satu Apotek Kota Cimahi periode Januari-Desember 2019. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 89 pasien pada rentang usia 51-60 tahun (58.43%), dengan jenis kelamin terbanyak laki-laki sebesar 59 pasien (66,3%). Penggunaan monoterapi yang terbanyak pada peresepan obat ramipril sebanyak 17 pasien (19,1%), kombinasi 2 golongan obat furosemide dan ramipril sebanyak 6 pasien (3,4%) dan penggunaan 3 kombinasi obat hidroklortiazid, kaptopril dan nebivolol sebanyak 1 pasien (1,25%). Potensi mekanisme interaksi obat secara farmakodinamik terjadi sebanyak 7 pasien (87,5%) dan tidak diketahui sebanyak 1 pasien (12,5%). Berdasarkan tingkat keparahan dapat terjadi potensi interaksi secara major sebanyak 3 pasien (37,5%) pada penggunaan kombinasi obat kandesartan dan rampiril, interaksi obat secara moderate sebanyak 5 pasien (62,5%) pada penggunaan kombinasi obat furosemid dan rampiril; hidroklortiazid dan nebivolol; hidroklortiazid, nebivolol dan kaptopril. Kata kunci: antihipertensi, pola peresepan, interaksi obat   Abstract Hypertension is a condition where blood pressure is above normal, where systolic blood pressure is > 140 mmHg and diastolic > 90 mmHg. Uncontrolled blood pressure in hypertensive patients can increase the risk of cardiovascular disease. Inappropriate use of hypertension medication will cause serious problems for health services because it will have a negative impact on patients, so prescribing patterns are important. The aim of this research is to determine the pattern of antihypertensive drug prescribing, so that we can find out the drugs prescribed to hypertensive patients based on age, gender, drug class and type of drug prescribed. The design used in this research is descriptive observational. The research was conducted at one of the Cimahi City pharmacies for the period Januar-December 2019. The results of the study showed that the number of patients who met the inclusion criteria was 89 patients in the age range 51-60 years (58.43%), with the largest gender being male at 59 patients (66.3%). The highest use of monotherapy was the prescription of the drug ramipril as many as 15 patients (16.9%), a combination of 2 classes of drugs furosemide and ramipril as many as 6 patients (3.4%) and the use of 3 combinations of hydrochlorthiazide, captopril and nebivolol as many as 1 patient (1, 25%). The potential mechanism for pharmacodynamic drug interactions occurred in 7 patients (87.5%) and was unknown in 1 patient (12.5%). Based on the level of severity, there could be a potential for major interactions in 3 patients (37.5%) when using the combination of kandesartan and rampiril, moderate drug interactions in 5 patients (62.5%) when using the combination of furosemide and rampiril; hydrochlorthiazide and nebivolol; hydrochlorthiazide, nebivolol and captopril. Keywords: antihypertensives, prescribing patterns, drug interactions  
POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DISPEPSIA DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI Suherman Linda Purnamawati; Islamiyah Alfi Nurul; Mutawali Ahmad; Amelia Riza; Septiani Vina; Ramdani Robby; Indrawati Wiwiek
Pharmacoscript Vol. 6 No. 2 (2023): Pharmacoscript
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas Perjuangan Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36423/pharmacoscript.v6i2.1257

Abstract

Dispepsia merupakan suatu kondisi nyeri atau rasa tidak nyaman, seperti mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, dan nyeri pada epigastrium. Dispepsia merupakan penyakit tidak menular dengan peringkat 20 penyakit terbesar di Puskesmas Kota Bandung. Di Puskesmas di Kecamatan Batununggal Bandung (2020) ditemukan ketidaktepatan dosis (40,38%), ketidaktepatan waktu interval pemberian (29%), dan ketidaktepatan lama pemberian obat (90,38%) dispepsia. Penggunaan obat dispepsia yang rasional sangat penting untuk mencapai keberhasilan terapi dan mencegah kejadian yang tidak dikendaki.. . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan dan rasionalitas penggunaan obat pada pasien dispepsia yang meliputi tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis obat, tepat interval waktu pemberian obat, dan tepat cara pemberian obat. Penelitian bersifat deskriptif dengan metode pengambilan data secara retrospektif dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan pada resep 52 pasien dengan diagnosa dispepsia di Puskesmas Cimahi Tengah pada bulan Oktober-Desember 2021. Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan karaktersitik pasien, profil obat dan kesesuaian penggunaan obat berdadsarkan Konsensus Nasional Penatalaksanaan Dispepsia dan Infeksi Helicobacter pylori. Hasil penelitian diperoleh data sebanyak 17 pasien laki-laki (32,69%) dan 35 pasien perempuan (67,31%). Pasien dispepsia mayoritas terjadi pada pasien berusia 36-45 tahun (21,15%). Golongan obat dispepsia paling sering digunakan adalah antasida (71,83%) dan obat terapi pendukung yang paling sering digunakan adalah parasetamol (61,54%), terapi kombinasi obat terbanyak digunakan yaitu antasida dan omeprazole sebanyak (19,23%). Ketepatan pemilihan obat, ketepatan indikasi obat, ketepatan dosis obat, ketepatan interval waktu pemberian obat, dan ketepatan cara pemberian obat dispepsia di Puskesmas Cimahi Tengah Kota Cimahi didapatkan hasil 100% tepat sesuai literatur.
Rationality of Tuberculosis Treatment for Drug-Susceptible Pulmonary Tuberculosis at a Primary Care in Bandung Alfi Nurul Islamiyah; Syarifuddin Syarifuddin; Morsalina Akhsa; Iis Rukmawati; Eni Margayani; Linda Purnamawati Suherman; Vina Septiani; Robby Ramdani
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 7 No. 4 (2024): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v7i4.5896

Abstract

Tuberculosis (TB) remains a significant global health concern, particularly in Indonesia. Ensuring rational TB treatment is crucial for effective disease control and preventing the emergence of drug resistance. This study aimed to evaluate the rationality of TB treatment among newly diagnosed drug-susceptible pulmonary TB patients in a primary care center in Bandung. A descriptive-analytical study was conducted on 56 patients who met the inclusion and exclusion criteria. Treatment rationality was assessed based on the Indonesian Society of Respirology 2021 and the National Guidelines for Medical Services 2020. While 100% of patients received the correct medication for the right indication and dose, the duration of therapy was suboptimal for most patients (83.93%) due to drug unavailability. This resulted in a lower-than-ideal treatment regimen, potentially compromising treatment outcomes and increasing the risk of drug resistance. These findings highlight the need for improved drug supply management and adherence to treatment guidelines to optimize TB treatment outcomes and reduce the burden of TB in Indonesia.