Sri Turni Hartati
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN STOK IKAN KARANG SERTA PERTUMBUHAN BIOTA PENEMPEL PADA TERUMBU KARANG BUATAN DI TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT Mujiyanto Mujiyanto; Sri Turni Hartati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.943 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.1.2011.51-59

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober dan Desember 2005 pasca pemasangan terumbu karang buatan pada bulan Mei 2005 di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan stok ikan karang dan komposisi jenisnya serta pertumbuhan biota penempel di terumbu karang buatan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis ikan yang teridentifikasi selama pengamatan 121 jenis, dengan jumlah jenis bervariasi menurut waktu dan lokasi antara 18-46 jenis. Kelimpahan stok ikan berkisar antara 4-36 ekor/m2. Pada bulan Oktober 2005 organisme penempel yang ditemukan yaitu teritip dalam jumlah sedang, turf algae dan coralline algae dalam jumlah yang tinggi pada setiap unit terumbu, sedangkan pada bulan Desember 2005 ditemukan jenis-jenis biota penempel pada ke empat unit terumbu karang buatan hampir sama, terdiri atas 12-18 jenis/terumbu karang. Komunitas biota penempel yang merupakan salah satu indikator perkembangan terumbu karang buatan yaitu jenis Enteromorpha clathrata menutupi hampir 95% seluruh luasan permukaan terumbu. The study was conducted in October and December 2005 after the seltlement of artificial reefs in May 2005 in the waters of Teluk Saleh, West Nusa Tenggara. The aim of the study is to investigate abundance of reef fish stocks and species composition and growth of bio fouling. The results showed that the fish species identified during the observation is 121 species, with the number of species varies between 18-46 species according to time and location. Abundance of fish stocks ranged between 4-36 ind./m2. In October 2005 bio fouling organisms found are barnacles in artificial reef relatively moderate, turf algae, and coralline algae in a high amount on each unit of coral, while in December 2005 found the bio fouling organism on with relatively same artificial reef, 12-18 species/unit. Community as an indicator of the development of artificial reefs i.e. Enteromorpha clathrata cover almost 95% of the entire area of the reef surface.
HASIL TANGKAPAN DAN UPAYA PENANGKAPAN MUROAMI, BUBU DAN PANCING ULUR DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Sri Turni Hartati; Karsono Wagiyo; Prihatiningsih Prihatiningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1084.67 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.83-94

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli dan Nopember 2010, dengan tujuan mengkaji hasil tangkapan ikan ekor kuning (Caesionidae), kerapu (Serranidae), dan kakaktua (Scaridae), melalui kegiatan penangkapan jaring muroami, bubu, dan pancing ulur. Data yang dikumpulkan meliputi kelimpahan dan komposisi hasil tangkapan, aspek biologi ikan, produksi dan upaya penangkapan. Kelimpahan hasil tangkapan muroami berkisar 161-222 kg/perahu/hari didominansi oleh ikan ekor kuning (35,6-44,5%), bubu 9-12 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kakaktua 50% dan kerapu 13%, pancing ulur 1-87 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kurisi (Nemipterus spp.) dan kuwe (Caranx spp. dan Carangoides spp.) (38,1-41,2%) dan kerapu 11,2-20,6%. Sebaran panjang ikan ekor kuning bulan Juli dan Nopember 14,5-30,2 cm dan 13,1-29,5 cm, kakaktua 14,8-26,5 cm dan 12,8-38,7 cm, dan kerapu pada bulan Juli 18,4-23,5 cm. Ikan ekor kuning dan kakaktua mempunyai beberapa kelompok umur, mengindikasikan ada beberapa frekuensi pemijahan dalam setahun. Tingkat kematangan gonad ikan ekor kuning betina bulan Juli didominansi stadia 1, bulan Nopember didominansi stadia 4, dan kakaktua pada bulan Juli dan Nopember didominansi stadia 1. Data tingkat kematangan gonad belum dapat digunakan untuk menduga musim pemijahan. Rendahnya kelimpahan hasil tangkapan ikan kerapu, serta minimnya informasi biologi karena sulitnya memperoleh sampel mengidikasikan bahwa populasi ikan kerapu sudah terdegradasi. Tren catch per unit of effort muroami memiliki kecenderungan meningkat kembali pada tahun 2008 dan 2009, yaitu 12,99 dan 10,26 ton/unit/tahun, setelah mengalami penurunan yang tajam antara tahun 2000-2007 yaitu 0,03-0,64 ton/unit/tahun. Produksi ikan kerapu dan kakaktua relatif rendah, tahun 2008-2010 pada kisaran 75-505 kg/tahun, dan 2.359-3.267 kg/tahun, dan berfluktuasi pada setiap bulannya. The study was conducted in July and November 2010, with the aim of assessing the catch of yellow tail, grouper, and parrotfish, through fishing activities using muroami nets, traps, and handline. Data collected include the abundance and composition of the catch, fish biology, production and fishing effort. Abundance of muroami catch ranged 161-222 kg/boat/day, dominated by yellow tail (35.6-44.5%), traps 9-12 kg/boat/day dominated by the parrot fish 50%, and groupers 13%, handline 1-87 kg/boat/day dominated by threadfin bream and trevally (38.1-41.2%) and grouper from 11.2-20.6%. Yellow tail length distribution in July and November was 14.5-30.2 cm and 13.1-29.5 cm, parrot fish 14.8-26.5 cm, and 12.8-38.7 cm, and grouper in July 18.4-23.5 cm. Yellow tail and parrot fish have some age groups, indicating there was some spawning frequency in a year. Gonad maturity stages yellow tail female in July dominated by stage 1, in November was dominated by stage 4, and parrot fish in July and November dominated by stage 1. Gonad maturity stages data can not be used to estimate the spawning season. The low abundance of fish catch of grouper, and the lack of biological information because of the difficulty for obtaining samples indicates that the grouper population has been degraded. catch per unit of effort trend of muroami showed tendency to increase again in 2008 and 2009 of which (12.99 and 10.26 tons/unit/year ), after experiencing a sharp decline between the years 2000-2007 of which (0.03-0.64 tons/unit/year). The production of grouper and parrotfish relatively low, the year 2008-2010 in the range of 75-505 kg/year, and 2,359-3,267 kg/year, and fluctuated on a monthly basis.
KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN, DAERAH PENANGKAPAN DAN ELASTISITAS PRODUKSI PUKAT CINCIN TEGAL JAWA TENGAH Setya Triharyuni; Sri Turni Hartati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.335 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.2.2014.73-80

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Tegal pada periode April–Juli 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tentang komposisi hasil tangkapan, daerah penangkapan dan nilai elastisitas produksi pukat cincin. Pengambilan data dilakukan secara langsung dengan wawancara kepada nelayan mengenai spesifikasi kapal dan alat tangkap, lokasi penangkapan, komposisi hasil tangkap dan perbekalan kapal. Disamping itu pula dikumpulkan data hasil tangkapan berdasarkan jenis ikan dan upaya penangkapan dari TPI Pelabuhan Tegal. Analisa data dilakukan secara deskriptif, tabulasi jumlah dan komposisi hasil tangkap serta analisis model Cobb Douglas dan translog untuk mengetahui nilai elastisitas produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan pukat cincin selalu didominasi oleh ikan layang. Daerah penangkapan kapal pukat cincin Tegal selama penelitian berada di Laut Cina Selatan, L. Jawa dan S. Makasar-L. Flores. Hasil tangkapan total terbanyak berasal dari S. Makasar-L.. Flores akan tetapi rata-rata hasil tangkapan per trip terbanyak berasal dari L. Jawa. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemilihan terhadap ketiga lokasi penangkapan ini tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil tangkapan yang diperoleh. Hasil uji F menunjukkan bahwa analisis model Cob Douglas dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara hasil tangkapan pukat cincin dengan variabel bebasnya, sedangkan model translog tidak bisa digunakan. Dari model Cob Douglas ini dihasilkan bahwa produksi kapal pukat cincin Tegal hanya dipengaruhi oleh besarnya ukuran kapal/GT dengan nilai elastisitas sebesar 0,265 dengan persamaan matematis ln Y=2,994+0,265lnX_1.Research was done in Tegal during April-July 2012. The purpose of this research is to determine the catch composition, fishing ground and productivity elasticity of purse seine. Data of vessel and fishing gear specification, fishing ground, catch composition and vessel logistic were recorded by fisherman. Data of catch by species and effort were collected from Tegal fishing port. Tabulation and discriptif analysis were done to get the catch composition by species and by fishing ground. Analysis Cob Douglas and translog models were used to obtain production elasticity. The study shows that the catch composition by species was dominated by scad (Decapterus spp.). Fishing grounds of Tegal purse seine are South China Sea, Java sea and Makassar bay-Flores Sea. The highest of total catch and vessel visited were in Makassar bay-Flores Sea, but the highest of average catch per trip was in Java Sea. Results of analysis of variance shows that the selection of the three fishing grounds did not give a significant effect on the catch obtained. Result of F test at Cob Douglas and translog model show that the Cob Douglas model may be used to describe the relationship of catch and production factors in Purse seine. The production factor that affected the catch was vessel size/GT with production elasticity 0,265 with an equation of ln Y=2,994+0,265lnX_1.
PARAMETER OSEANOGRAFI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KELIMPAHAN IKAN BANGGAI KARDINAL (Pterapogon kaudernii) DI PERAIRAN KEPULAUAN BANGGAI Kamaluddin Kasim; Lilis Sadiyah; Sri Turni Hartati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.001 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.263-271

Abstract

Ikan Banggai kardinal merupakan ikan yang tergolong endemik dan terancam punah menurut Daftar Merah IUCN 2007. Status di habitat aslinya, yaitu perairan karang Banggai Kepulauan, telah diperdebatkan oleh dua kepentingan, yaitu kepentingan komunitas internasional dalam aspek konservasi dan kepentingan masyarakat lokal dalam aspek ekonomi, karena ikan ini tergolong berharga tinggi di dunia perdagangan ikan hias. Penelitian mengenai parameter oseanografi sebagai faktor pembatas kelimpahan ikan banggai kardinal di habitat alaminya telah dilakukan pada bulan Juni dan Agustus tahun 2010 dan dilanjutkan pada bulan April, Juni, Agustus dan Oktober tahun 2011. Penelitian dilakukan dengan mengamati habitat ikan banggai kardinal di 19 stasiun pengamatan di Pulau Banggai dan Pulau Peleng serta mengukur beberapa parameter oseanografi di setiap stasiun pengamatan. Pendugaan kelimpahan ikan banggai kardinal dilakukan dengan menggunakan sensus visual bawah air (underwater visual census). General Linear Models (GLM) digunakan untuk mengetahui parameter oseanografi yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan banggai kardinal.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas merupakan faktor pembatas yang paling berpengaruh terhadap kelimpahan ikan banggai kardinal (ekor/m2) di area sampling. Rata-rata salinitas di perairan Pulau Banggai 32,8‰ sedangkan rata-rata salinitas di perairan Pulau Peleng 29,6‰. Kepadatan ikan banggai kardinal di Pulau Peleng berkisar 7- 249 ekor/500 m2 sedangkan kepadatan ikan banggai kardinal di perairan Pulau Banggai berkisar antara 147- 1500 ekor/500 m2. Banggai cardinal fish is classified as endemic and endangered species under the IUCN Red List 2007. Its status in their natural habitat, the reef waters of Banggai Islands, has been disputed by two interests, i.e. interests of the international community in conservation aspects and interests of local communities on economical aspects, because the fish is classified as a high value on the trade of ornamental fish. A study on oceanographic parameters as limiting factors of the abundance of Banggai cardinal fish in their natural habitat was carried out in June and August 2010 and then continued in April, August and October 2011. The study was conducted by observing the Banggai cardinal fish habitat, measuring some oceanographic parameters and their abundance on the 19  stations in the two main islands, namely Peleng Island and Banggai Island, Oceanographic parameters and habitat observed include dept, substrate, temperature, pH, dissolved oxygen and salinity. Abundance and density estimations of Banggai cardinal fish was done by using underwater visual census method, while General Linear Model was also used to determine the most influencing factor affecting the abundance of banggai cardinal on its natural habitat. The results showed that salinity is the most influencing factor on the Banggai cardinal fish density (ind/m2) in the sampling area. The average of salinity was 32,8‰ in Banggai Island waters and 29,6‰ in Peleng Island waters. The fish density was significantly different between Peleng and Banggai water, i.e., 7 -249 ind/500 m2 and 147 -1500 ind/500 m2, respectively.   
EVALUASI POTENSI IKAN LAYANG (Decapterus spp.) DI WPP 712– LAUT JAWA Setya Triharyuni; Sri Turni Hartati; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.764 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.143-152

Abstract

Dalam rangka menjaga pelestarian sumberdaya ikan di kawasan perairan tertentu, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut harus seimbang dengan potensi produksinya. Ikan layang (Decapterus spp.) merupakan hasil tangkapan dominan mencapai 60% dari total tangkapan perikanan pukat cincin yang beroperasi di Laut Jawa. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian beberapa model produksi surplus pada dinamika perikanan layang di Laut Jawa (WPP-712) dengan menggunakan pendekatan lima model produksi, yaitu model Schaefer, Fox, Walter & Hilborn, Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) dan Schnute. Model produksi yang sesuai digunakan untuk estimasi tangkapan maksimum lestari (MSY) dan upaya optimum (Fopt) serta parameter pertumbuhan stok ikan layang. Data yang digunakan adalah data hasil tangkapan ikan layang dan jumlah trip penangkapan kapal pukat cincin yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Tegal, Pekalongan, Juana dan Rembang yang beroperasi di Laut Jawa selama periode 2004-2012. Ketepatan model dianalisis dengan membandingkan tanda regresi, uji F, uji t dan nilai konstanta determinasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendekatan model Fox merupakan model yang paling tepat dengan estimasi MSY sebesar 24.447 ton dan upaya penangkapan sebesar 5.784 trip/tahun setara pukat cincin. Berdasarkan model Fox juga diperoleh nilai parameter pertumbuhan stok ikan layang, yaitu nilai pertumbuhan intrinsik (r) sebesar 0,7172, koefisien penangkapan (q) sebesar 5,075 x 10-5 dan daya dukung lingkungan perairan (K) sebesar 48.072 ton. Perikanan layang di Laut Jawa telah berada pada kondisi lebih tangkap sehingga intervensi pengelolaan, yaitu pengurangan intensitas upaya penangkapan ke titik optimal atau pengaturan hasil tangkapan di bawah tangkapan lestari untuk menjamin keberlanjutannya perlu dilakukan. The general principle to sustain fish resources in a certain area is the exploitation level should not exceed its carrying capacity. Round scads (Depcaterus spp.) are dominant catch; reach up 60% of the total catch of purse seine in the Java Sea. The objectives of study are to investigate the best fits of surplus production model i.e., Schaefer, Fox, Walter & Hilborn, Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) and Schnute and to estimate the fish stocks parameters through surplus production model of the round scads fisheries in the Java Sea. Data on the number of trips and catch of round scads of purse seiner operated in FMA 712 (Java Sea) which were landed in Tegal, Pekalongan, Juana and Rembang during the period of 2004-2012 were analysed. The best fits model was determined by comparing to the sign of regression, F test, t test and determination value. The results showed that Fox model was the best fits models with estimated maximum sustainable yield of 24.447 ton and fishing effort of 5.784 trip/year for round scads fisheries. The estimate intrinsic growth (r) was 0.7172, catch ability coefficient (q) was 5,075 x 10-5 and environmental carrying capacity (K) was 48.072 ton. The round scads fisheries in the Java Sea indicated over-exploited and need to be managed properly by reducing fishing effort and decreasing the total catch to be under the maximum sustainable yield. 
KOMPOSISI JENIS,KEPADATANDANKEANEKARAGAMAN JUVENILIKANPADAPADANGLAMUNGUGUS PULAUPARI Isa Nagib Edrus; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 1 (2013): (April 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4910.533 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.1.2013.9-22

Abstract

Penelitian tentang juvenil di padang lamun Pulau Pari pada bulan Juni 2009 bertujuan untukmengetahui komposisi jenis, kepadatan dan keanekaragaman juvenil ikan. Sampling dilakukan pada siang hari dengan menggunakan jaring arad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap terdiri dari 55 jenis yang berasal dari 42 marga dan 23 suku. Sebanyak 52 jenis (98%) tergolong juvenil. Ikan dengan status penghuni tetap sebanyak 31 jenis, musiman 11 jenis, dan penghuni tidak tetap 14 jenis. Kelompok ikanmajor terdapat 34 jenis, kelompok ikan target 20 jenis dan kelompok ikan indikator 2 jenis. Kepadatan antar lokasi berkisar antara 0,05 - 0,34 indivdu/m2 dengan ratarata 0,2 individu/m2 atau setara dengan 2.000 ekor per ha. Indeks keanekaragaman (H) berkisar antara 1,3 - 2,7. Jenis jenis yang mendominasi hasil tangkapan antara lain adalah Apogon margaritophorus, A.ceramensis, Acreichthys tomentosus, Halichoeres argus, Lethrinus harax, Papilloculiceps longiceps dan Cheilodepterus quinquelineatus. Tidak terdapat korelasi antara habitat (substrat, jenis, tutupan serta jumlah tegakan lamun/m2) terhadap pola keanekaragaman juvenil ikan. Oleh karena itu perlu sampling yang lebih intensif (siang dan malamhari, saat pasang dan surut), dan sampling di pulau-pulau lainnya yang terdapat di Kepulauan Seribu.This study conducted in the seagrass beds of Pari Islands in June 2009. The aims are to assess the fish juvenile resources in terms of species diversity, stocks, composition, predominant, and group status. Data were collected using an arad net for juvenile. A total of 56 species of fish juveniles belong to 42 genus and 24 families were collected from seagrass bed of Pari Island. Those were consisted of 52 species (98%) that classified as juveniles. Among of them (31 species) were resident fishes that use seagrass in their whole live, 11 species of seasonal/traveller fishes, and 14 species of non-resident fishes. From the total 55 species of fish samples, there were 34 species belonging to target fishes, 20 species were major fishes, and 2 species were indicator fishes. The fish density ranged from 0.05 to 0.34 indivdual/m2 with an average of 0.2 individual/m2 or equivalen to 2.000 fishes per hectare. Diversity indeces (H) ranged from 1.3 to 2.7. Predominant species that prefer seagrass bed as their permanent resident habitat were Apogon margaritophorus, Apogon ceramensis, Acreichthys tomentosus, Halichoeres argus, Lethrinus harax, Papilloculiceps longiceps, and Cheilodepterus quinquelineatus. There are no relationship between habitat (substrates, seagrass species, percentage of cover, density of stems/number of stem/m2) and the diversity of fish juvenile pattern. Therefore, more intensive sampling must be done such as in the day and night time, in the high and low tide condition as well as sampling in other islands within the Seribu Islands.
BIOLOGI REPRODUKSI DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN BANGGAI CARDINAL (Pterapogon kauderni, KOUMANS 1933) DI PERAIRAN BANGGAI KEPULAUAN Prihatiningsih Prihatiningsih; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 1 (2012): (April 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.99 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.1.2012.1-8

Abstract

Ikan Banggai Cardinal bersifat endemik di perairan Banggai Kepulauan dan saat ini mengalami tekanan penangkapan yang intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi reproduksi sebagai dasar pengelolaannya. Contoh ikan ditangkap dengan menggunakan alat “bundre/serokan” (scoop net) dari bulan April 2010 – Januari 2011. Hasil penelitian menunjukkan panjang cagak ikan Banggai Cardinal berkisar 1,2 – 7,9 cm (rata-rata 4,0 cm) dan berat berkisar 0,1 – 12,9 gram. Pertumbuhannya bersifat allometrik dan rata-rata ukuran panjang cagak pertama kali tertangkap (Lc) = 3,75 cm dan lebih kecil dari rata-rata panjang cagak pertama kali matang gonad (Lm) = 4,40 cm. Tingkat kematangan gonad tersebar pada stadia I sampai memijah dan pemijahan berlangsung sepanjang tahun dan bersifat total spawning. Fekunditas berkisar 12 – 124 butir, diameter telur yang sudah matang berkisar  0,4 – 4,0 mm dengan rata-rata 3,02 mm. Berdasarkan analisis kebiasaan makannya dapat diketahui bahwa ikan Banggai Cardinal tergolong hewan karnivora. Banggai Cardinal Fish are endemic fish obtained in the Banggai Island waters and it is currently intense fishing pressure. This study aims to determine the biological aspects of reproduction as the basis for its management. Samples obtained by using “bundre” (scoop net) during April 2010 - January 2011. The results showed that the individual length of Banggai Cardinal ranged from 1,2 cm to 7,9 cm (mean 4,0 cm) and individual weight ranged from 0,1 gram to 12,9 grams. It is allometrik growth and the average length at first captured (Lc) = 3,75 cm and smaller than average length at first maturity (Lm) = 4,40 cm. Gonadal maturity stages spread in stage I – spent, spawning takes place throughout the year and it seems total spawning, a fecundity is estimated between 12-124 eggs. The average diameter of the mature eggs ranged from 0,4 mm to 4,0 mm (the batch average of 3,02 mm). Based on food habit analysis it can be concluded that the Banggai Cardinal Fish was carnivor