Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

STOK DAN KONDISI HABITAT DAERAH ASUHAN BEBERAPA JENIS KRUSTASEA DI SEGARAANAKAN Karsono Wagiyo; Khairul Amri
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.817 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.2.2015.71-78

Abstract

Produksi krustasea di Cilacap menurun seiring dengan penurunan kualitas habitat. Fenomena ini dapat diungkap dengan penelitian stok krutasea dan kondisi habitatnya, untuk mengetahui; kelimpahan, laju tangkap, komposisi dan hubungannya dengan kondisi habitat. Penelitian dilakukan pada tahun 2013 dengan sampling pada area dan musim yang berbeda. Hasil penelitian mendapatkan kelimpahan krustasea di Area Timur (6.865 ekor/104m3) lebih tinggi dari Area Tengah (1.023 ekor/104m3) dan Area Barat (441 ekor/104m3), Musim Timur (4.378 ekor/104m3) lebih tinggi dari Musim Peralihan II (1.174 ekor/104m3). Laju tangkap krustasea di Area Timur (1.910 gr/jam) lebih tinggi dari Area Tengah (1.104 gr/jam) dan Area Barat (389 gr/jam), Musim Timur (1.222 gr/ jam) lebih tinggi dari Musim Peralihan II (1.046 gr/jam). Komposisi krustasea di Area Barat (71,50 %) lebih tinggi dari Area Tengah (67,66 %) dan Area Timur (50,68 %), Musim Timur (56,84 %) lebih rendah dari Musim Peralihan II (69,72 %). Kelimpahan larva udang di Area Tengah (70.313 ekor/ 103m3) lebih tinggi dari Area Barat (13.357 ekor/103m3) dan Area Timur (18.400 ekor/103m3), Musim Peralihan I (56.861 ekor/103m3) lebih tinggi dari Musim Timur (11.186 ekor/103m3). Kondisi perairan antar wilayah dan musim menunjukan kualitas yang berbeda. Oksigen dan karbondioksida terlarut lebih baik di Area Timur dibandingkan Area Barat dan Area Tengah. Kecerahan, salinitas dan kecepatan arus di Area Timur lebih tinggi dibandingkan area lainnya. Musim Peralihan I memiliki kandungan oksigen dan pH lebih baik dari Musim Timur, salinitas dan kecepatan arus lebih rendah dari Musim Timur. Larva udang lebih menyukai tutupan mangrove tinggi sedangkan juvenil lebih menyukai jenis mangrove Rhizopora spp.Crustaceans production in Cilacap decreases with habitat degradation. This phenomenon can be revealed by crutaceans stock krutasea and its habitat conditions, to know; abundance, catch rate, composition, and its relationship with habitat conditions. The study was conducted in 2013 by sampling in the area and the different seasons. The results of research to get the pace of crustaceans abundance in the East Area (6,865 individuals/104m3) is higher than Area Central (1,023 individuals/ 104m3) and the Western Area (441 individuals/104m3), East season (4,378 individuals/104m3) higher than the Transition II season (1,174 individuals/104m3). Catch rate of crustaceans in East Area (1,910 gr/hour) is higher than Area Middle (1,104 gr/hour) and the Western Area (389 gr/hour), East season (1,222 gr/hour) higher than the Transition II season (1,046 gr/hour). Composition crustaceans Area West (71.50%) is higher than the Central Area (67.66%) and the East Area (50.68%), East season (56.84%) was lower than Transition II season (69.72 %). The abundance of shrimp larvae in Area Central (70,313 individuals/103m3) higher than the Western Area (13,357 individuals/103m3) and East Area (18,400 individuals/103m3), Transition I season (56,861 individuals/ 103m3) is higher than East season (11,186 individuals/103m3). Water conditions between regions and seasons show different qualities. Dissolved oxygen and carbon dioxide are better than the East Area and West Area Central Area. Transparanchy, salinity and speed of currents in the East Area is higher than other areas. Transitional I season have an dissolved oxygen and pH better than East season, salinity and speed of currents lower than East season. Shrimp larvae prefer the high mangrove cover while the juvenile prefers mangrove species Rhizophora spp.
KONDISI DAN STRUKTUR TERUMBU KARANG DI PERAIRAN BARAT SULAWESI SELATAN Karsono Wagiyo; Suprapto Suprapto; Hasan Mubarok
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3378.795 KB) | DOI: 10.15578/jppi.4.2.1998.1-7

Abstract

Perairan barat Sulawesi Selatan memiliki berbagai tipe terumbu karang dengan keanekaragaman biotanya yang tinggi. Perkembangan daerah ini sangat dinamis sesuai dengan makin beragamnya aktivitas masyarakat. Kegiatan tersebut dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi dan struktur teruurbu karang yang ada.
PERIKANAN DAN DINAMIKA POPULASI RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) DI TELUK JAKARTA Karsono Wagiyo; Tirtadanu Tirtadanu; Tri Ernawati
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5438.597 KB) | DOI: 10.15578/jppi.25.2.2019.79-92

Abstract

Teluk Jakarta merupakan salah satu daerah penangkapan dan habitat rajungan (Portunus pelagicus) di Indonesia. Permintaan pasar yang terus meningkat dan bersamaan dengan penurunan kualitas perairan mengakibatkan stok rajungan mengalami tekanan eksploitasi dan degradasi habitat. Agar pengelolaan sumberdaya rajungan di Teluk Jakarta tetap lestari, maka diperlukan penelitian mengenai perikanan dan dinamika populasi. Tujuan penelitian memperoleh data dan informasi mengenai daerah tangkapan, alat dan musim penangkapan, indeks kelimpahan, produksi dan komposisi, struktur ukuran, nisbah kelamin, kematangan gonad, musim pemijahan, ukuran panjang pertama tertangkap, ukuran panjang pertama matang gonad, laju pertumbuhan, laju kematian dan laju eksploitasi. Data dan informasi diperoleh dengan eksplorasi, observasi, enumerasi, wawancara dan perunutan pada tempat pendaratan ikan dan instansi lain yang terkait dengan perikanan, selama tahun 2016. Hasil penelitian didapatkan karakteritik daerah penangkapan rajungan; substrat lumpur berpasir dengan perairan dasar yang mempunyai salinitas 30,5-32 ppt, oksigen 6,5-6,9 ml/l, pH 7,5-8,01, kecepatan arus 0,08-0,24 m/dt. Alat tangkap utama berupa jaring insang dasar bermata 3-3,5 inchi, musim penangkapan Mei-Agustus dan paceklik November-Januari. CPUE rajungan tahun 2016 sebesar 7,2 kg/tarik/trip/hari dan mengalami penurunan 55,22 % tahun 2007. Rajungan berkontribusi 69,11 % terhadap hasil tangkapan jaring insang dasar, sumberdaya ikan lainnya 30,89 %. Modus lebar karapas 85-90 mmCW, lebar karapas pada perairan dekat pantai 84,3 mm dan kearah lepas pantai 99,4 mm. Rajungan di Teluk Jakarta mempunyai tipe pertumbuhan alometrik negatif. Nisbah kelamin jantan : betina = 1 : 0,83, betina dominan pada perairan kearah lepas pantai dan jantan dominan kearah pantai (salinitas rendah). Musim pemijahan rajungan di Teluk Jakarta sepanjang tahun, mempunyai dua puncak pada bulan Maret dan September dengan pusat sebaran gonad ovigerous di sekitar perairan P. Damar. Rata-rata ukuran pertama tertangkap (Lc) = 93,87 mmCW lebih besar dari rata-rata ukuran pertama matang gonad (Lm) = 68,8 mmCW. Laju pertumbuhan (K) = 1,08 mmCW/tahun dengan lebar karapas maksimal (L”) = 142,5 mmCW. Laju kematian total (Z)= 4,87/tahun, penangkapan (F) = 3,63/tahun, alami (M) = 1,24/tahun dan laju pengusahaan (E) = 0,75/tahun. Jakarta Bay is one of the fishing areas and habitat of blue swimmer crabs (Portunus pelagicus) in Indonesia. Market demand that continues to increase and along with the decline in water quality results in crab stocks experiencing pressure from exploitation and habitat degradation. So that the management of crab resources in the Jakarta Bay remains sustainable, research on fisheries and population dynamics is needed. The purpose of the study was to obtain data and information; fishing ground, fishing season and main gears, abundance index, production and composition of catch, size structure, sex ratio, gonad maturity, spawning season, first length of catch, length of first gonad maturity, growth rate, mortality rate and exploitation rate. Data and information were obtained by exploration, observation, enumeration, interviews and tracing at fish landing sites and other institutions related to fisheries, during 2016. The results of the study obtained the characteristics of the crab fishing ground; sandy mud substrate with bottom waters which have a salinity of 30.5-32 ppt, oxygen 6.5-6.9 ml / l, pH 7.5-8.01, flow velocity 0.08-0.24 m / sec. The main gears are bottom gill nets with mesh size 3-3.5-inch, the fishing season in May-August and famine in the November-January. CPUE of blue swimmer crabs in the 2016 was 7.2 kg / pull / trip / day decreased 55.22% in 2007. The blue swimmer crabs contributed 69.11% to the catch of bottom gill nets, other fish resources 30.89%. Carapace width frequency have mode is 85-90 mmCW, carapace width in waters near the coast is 84.3 mm and offshore is 99.4 mm. The blue swimmer crabs in Jakarta Bay has a negative allometric growth type. Sex ratio male: female = 1: 0.83, female dominant in offshore and male dominant direction towards in shore and (low salinity). The spawning season of blue swimmer crabs in Jakarta Bay has two peaks in March and September with an ovigerous gonad distribution center around the waters of P. Damar. The average size of the length first catch (Lc) = 93.87 mmCW is greater than the average size of the length first gonad maturity (Lm) = 68.8 mmCW. Growth rate (K) = 1.08 mmCW / year with length infinity of carapace width (L”) = 142.5 mmCW. Maturity rate are total (Z) = 4.87/year, capture (F) = 3.63/year, natural (M) = 1.24/year and explotation rate (E) = 0.75/year.
HASIL TANGKAPAN DAN UPAYA PENANGKAPAN MUROAMI, BUBU DAN PANCING ULUR DI PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Sri Turni Hartati; Karsono Wagiyo; Prihatiningsih Prihatiningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1084.67 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.83-94

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli dan Nopember 2010, dengan tujuan mengkaji hasil tangkapan ikan ekor kuning (Caesionidae), kerapu (Serranidae), dan kakaktua (Scaridae), melalui kegiatan penangkapan jaring muroami, bubu, dan pancing ulur. Data yang dikumpulkan meliputi kelimpahan dan komposisi hasil tangkapan, aspek biologi ikan, produksi dan upaya penangkapan. Kelimpahan hasil tangkapan muroami berkisar 161-222 kg/perahu/hari didominansi oleh ikan ekor kuning (35,6-44,5%), bubu 9-12 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kakaktua 50% dan kerapu 13%, pancing ulur 1-87 kg/kapal/hari didominansi oleh ikan kurisi (Nemipterus spp.) dan kuwe (Caranx spp. dan Carangoides spp.) (38,1-41,2%) dan kerapu 11,2-20,6%. Sebaran panjang ikan ekor kuning bulan Juli dan Nopember 14,5-30,2 cm dan 13,1-29,5 cm, kakaktua 14,8-26,5 cm dan 12,8-38,7 cm, dan kerapu pada bulan Juli 18,4-23,5 cm. Ikan ekor kuning dan kakaktua mempunyai beberapa kelompok umur, mengindikasikan ada beberapa frekuensi pemijahan dalam setahun. Tingkat kematangan gonad ikan ekor kuning betina bulan Juli didominansi stadia 1, bulan Nopember didominansi stadia 4, dan kakaktua pada bulan Juli dan Nopember didominansi stadia 1. Data tingkat kematangan gonad belum dapat digunakan untuk menduga musim pemijahan. Rendahnya kelimpahan hasil tangkapan ikan kerapu, serta minimnya informasi biologi karena sulitnya memperoleh sampel mengidikasikan bahwa populasi ikan kerapu sudah terdegradasi. Tren catch per unit of effort muroami memiliki kecenderungan meningkat kembali pada tahun 2008 dan 2009, yaitu 12,99 dan 10,26 ton/unit/tahun, setelah mengalami penurunan yang tajam antara tahun 2000-2007 yaitu 0,03-0,64 ton/unit/tahun. Produksi ikan kerapu dan kakaktua relatif rendah, tahun 2008-2010 pada kisaran 75-505 kg/tahun, dan 2.359-3.267 kg/tahun, dan berfluktuasi pada setiap bulannya. The study was conducted in July and November 2010, with the aim of assessing the catch of yellow tail, grouper, and parrotfish, through fishing activities using muroami nets, traps, and handline. Data collected include the abundance and composition of the catch, fish biology, production and fishing effort. Abundance of muroami catch ranged 161-222 kg/boat/day, dominated by yellow tail (35.6-44.5%), traps 9-12 kg/boat/day dominated by the parrot fish 50%, and groupers 13%, handline 1-87 kg/boat/day dominated by threadfin bream and trevally (38.1-41.2%) and grouper from 11.2-20.6%. Yellow tail length distribution in July and November was 14.5-30.2 cm and 13.1-29.5 cm, parrot fish 14.8-26.5 cm, and 12.8-38.7 cm, and grouper in July 18.4-23.5 cm. Yellow tail and parrot fish have some age groups, indicating there was some spawning frequency in a year. Gonad maturity stages yellow tail female in July dominated by stage 1, in November was dominated by stage 4, and parrot fish in July and November dominated by stage 1. Gonad maturity stages data can not be used to estimate the spawning season. The low abundance of fish catch of grouper, and the lack of biological information because of the difficulty for obtaining samples indicates that the grouper population has been degraded. catch per unit of effort trend of muroami showed tendency to increase again in 2008 and 2009 of which (12.99 and 10.26 tons/unit/year ), after experiencing a sharp decline between the years 2000-2007 of which (0.03-0.64 tons/unit/year). The production of grouper and parrotfish relatively low, the year 2008-2010 in the range of 75-505 kg/year, and 2,359-3,267 kg/year, and fluctuated on a monthly basis.
ASPEK BIOLOGI, DINAMIKA POPULASI DAN KEPADATAN STOK UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man, 1888) DI HABITAT ASUHAN ESTUARIA SEGARA ANAKAN, CILACAP Karsono Wagiyo; Adrian Damora; Andina Ramadhani Putri Pane
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.997 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.2.2018.127-136

Abstract

Estuaria Segara Anakan merupakan habitat asuhan utama udang jerbung (Penaeus merguiensis de Man, 1888). Informasi mengenai status stok sumberdaya udang jerbung di estuaria Segara Anakan sangat penting untuk penerapan pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang aspek biologi, dinamika populasi dan kepadatan stok udang jerbung. Sampling dilakukan dengan metode survei pada musim timur dan musim peralihan II pada tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan udang jerbung bersifat allometrik negatif. Nisbah kelamin udang jerbung tidak seimbang, populasi udang betina lebih besar dibandingkan populasi udang jantan. Udang jerbung mempunyai rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc)=17,15 mmCL, laju pertumbuhan (K)=1,47/tahun, panjang yang dapat dicapai (L”)=44,6 mmCL, laju kematian alami (M)=1,34/tahun, laju kematian karena penangkapan (F)=2,37/tahun dan laju pemanfaatan (E)=0,64. Laju tangkap udang jerbung pada musim timur 269 gr./jam dan pada musim peralihan II 186 gr/jam. Kepadatan stok udang jerbung pada musim timur adalah 22.634 gr/km2 dan pada musim peralihan II sebagai 13.253 gr/km2. Agar sumber daya udang di estuaria Segara Anakan terjaga kelestariannya, maka perlu dilakukan pengaturan ukuran mata jaring/peningkatan selektifitas alat, mengurangi intensitas penangkapan dan perbaikan kondisi lingkungan.Segara Anakan estuary is an primary nursery habitat  of banana prawn (Penaeus merguiensis de Man, 1888). Stock status information of banana prawn resources in Segara Anakan estuary is essential for the application of sustainable management. The objective of this research is to obtain data and information about biological aspect, population dynamics and stock density of banana prawn. Sampling was conducted by survey method on east monsoon and the second intermonsoon in 2013. The result of research shows that the growth pattern of banana prawn was allometric negative. Sex ratio of banana prawn  was unbalanced, female population greater than males  population. Banana prawn has a length at first capture (Lc)=17,15 mmCL, growth rate (K) = 1.47/year, natural mortality rate (M) = 1.34/year, fishing mortality rate (F) = 2.37/year and the rate of exploitation (E) = 0.64. Catch rate of banana prawn in the east monsoon season  was 269 gr./hours and in the second intermonsoon season was 186 gr/ hr. Stock density of banana prawn in east monsoon season was 22634 gr/km2 and in the second intermonsoon was 13253 gr/km2. For the sustainability banana prawn resources in the Segara Anakan estuary it  is necessary to regulate  mesh size of the net to increase the gear selectivity, reducing the fishing intensity and improving environmental conditions.  
PENENTUAN STATUS STOK SUMBERDAYA RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) DENGAN METODE SPAWNING POTENTIAL RATIO DI PERAIRAN SEKITAR BELITUNG Tri Ernawati; Duranta D Kembaren; Karsono Wagiyo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.048 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.2.2015.63-70

Abstract

Sumber daya rajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di perairan sekitar Belitung dieksploitasi terus menerus dilakukan sebagai sumber mata pencaharian. Pemanfaatan intensif sumber daya rajungan dapat menurunkan ketersediaan stok rajungan di perairan. Indikasi tangkap berlebih (overfishing) terhadap pemanfaatan sumber daya rajungan sudah mulai terlihat dari penurunan hasil tangkapan dan ukuran individu. Tulisan ini bertujuan mengetahui kondisi dan status stok sumber daya rajungan berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan dari Februari sampai dengan November 2014 di perairan sekitar Pulau Belitung. Metode yang digunakan untuk penentuan status stok rajungan dengan menggunakan pendekatan metode Spawning Potential Ratio (SPR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status stok sumber daya rajungan di perairan sekitar Belitung mengalami penurunan yang ditunjukkan dengan hasil SPR 5% atau telah mengalami heavily exploited. Indikasi penurunan populasi juga ditunjukkan dengan nilai ratarata ukuran lebar karapas (CW) rajungan yang tertangkap (CW50) sebesar 93 mm, dibawah ukuran lebar karapas rata-rata pertama kali matang gonad (CWm) sebesar 118,9 mm. Upaya pemulihan stok dapat dilakukan dengan cara meningkatkan SPR pada level 10% dan 20% sebagai batas dan target pengelolaan untuk keberlanjutan sumber daya rajungan atau pada rata-rata ukuran lebar karapas (CW) rajungan yang tertangkap adalah 12 cm.The blue swimming crab (BSC) resources in waters around Belitung waters continously exploited as a livelihood resource. Intensive utilization of BSC resources can reduce the availability of stock in the waters. Indication of overfishing to the BSC resource have been seen by declining in catches and individual size of BSC. The research aims to determine the condition and stock status of BSC resource based on the results of research conducted from February to November 2014 in the waters around the island of Belitung. The method used for determining the status of BSC stocks by using a method Spawning Potential Ratio (SPR). The result showed that stock status of BSC in the waters around Belitung decreased as indicated by the results of SPR 5% or has suffered heavily exploited. The indication of population decline is also indicated by the average value of the size of the carapace width (CW) at capture (L50) as 93 mm, it is below the average carapace width at first maturity (Lm) as 118.98 mm. Stock recovery can be done by SPR at level 10% and 20% as biological sutainaibility as limist and target for management. It could reached if the minimal average value of the size of the carapace width of capture is 12 cm.
KONDISI PERAIRAN DASAR DAN KELIMPAHAN POPULASI BENTOS DI PERAIRAN ARAFURA Suprapto Suprapto; Harlisman Harlisman; Karsono Wagiyo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2817.668 KB) | DOI: 10.15578/jppi.12.3.2006.211-217

Abstract

Penelitian tentang kondisi perairan dasar dan kelimpahan populasi bentos telah dilakukan pada bulan OKober 2003 di perairan Laut Arafura. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasj kualitas lingkungan perairan dasar yang meliputi parameter kedalaman, kecerahan, suhu salinitas, pH oksigen terlarut, arus, struktur sedimen, kekayaan, dan kepadatan jenis makrozoobentos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, daerah penelitian termasuk perairan dangkal yang mempunyai tipe sedimen didominasi liat. Kondisi perairan dipengaruhi oleh 2 massa air dari Laut Banda dan Laut Arafura. Kondisi suhu air berkisar 23,05 sampaj dengan 24,96'C, salinitas 34,58 sampai dengan 35,19%0, pH 7,22 sampai dengan 7,74, kecepatan arus relatif lemah berkisar0,14 sampai dengan 0,70 m dt , dan kandungan oksigen terlarut pada umumnya rendah (<2 ppm) terutama pada lokasi sekitar muara Sungai Digul. Kekayaan jenjs bentos berkisar 4 sampai dengan 33 genera dengan kepadatan relatif berkisar 150 sampai dengan 39.700 ind m-'. Kepadatan terendah pada umumnya berada pada lokasi yang mempunyai kandungan oksigen rendah yakni di sekitar muara Sungai Digul.
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN TENGGIRI PAPAN (Scomberomorus guttatus) DI PERAIRAN CILACAP DAN SEKITARNYA Yoke Hani Restiangsih; Tegoeh Noegoho; karsono Wagiyo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.046 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.3.2016.191-198

Abstract

Tenggiri papan (Scomberomorus guttatus)merupakan ikan yangmemiliki nilai ekonomis penting dan banyak tertangkap dengan gillnet di perairan Cilacap dan sekitarnya. Pada saat ini terdapat kecenderungan ukuran individu yang mengecil. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui beberapa aspek biologi ikan tenggiri papan meliputi sebaran ukuran panjang, hubungan panjang-bobot, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad dan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad, berdasarkan hasil tangkapan gillnet yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap pada bulan Februari sampai Desember 2013. Hasil penelitian menunjukkan ukuran panjang cagak berkisar antara 11 – 67cm. Pola pertumbuhan ikan tenggiri papan bersifat isometric dimana pertambahan panjang dan bobotnya seimbang. Nisbah kelamin jantan terhadap betina sebagai 1 : 0,7. Panjang pertama kali ikan tertangkap (Lc) dengan gillnet berukuran mata jaring 3 inchi sebesar 32,7 cmFL dan pertama kalimatang gonad (Lm) sebesar 42,34 cmFL. TingkatKematanganGonad (TKG) ikan jantan dan betina didominasi oleh stadia IV terutama pada bulan Februari dan Mei. Hasil penelitian ini menunjukkan dugaan awal masa pemijahan terjadi pada bulan Maret dan Juni, dengan demikian pemijahan dilakukan secara bertahap. Indo-Pasific king mackerel (Scomberomorus guttatus) is one of fish that has an important economic value.The species were many caught by gillnet in Cilacap and adjacent waters. Research was conducted to determine biological aspect of Indo-Pasific king mackerel that includes length distribution, length-weight relationship, sex ratio, maturity stage and length at first mature, based on monthly catches landed at Cilacap fishing port during February to December 2013. The results showed that folk length ranged from 11 to 67 cm. The growth pattern are isometric. The condition of sex ratio ofmales to females was 1 : 0,7. Length at first capture(Lc) by gillnet with mesh size of 3 inches was 32.7 cmFL and length at first maturity(Lm) was 42.34 cmFL. The gonade maturity stage of males and females were dominated by stage IV mainly in Febuary and May. It was indicated that spawning seasons occured in March and June. It was indicated that the fish has multiple spawner.
SEBARAN DAN HUBUNGAN PARAMETER REPRODUKSI IKAN TUNA MADIDIHANG (Thunnus albacares) DENGAN SUHU DAN KLOROFIL-a DI LAUT BANDA Karsono Wagiyo; Ali Suman; Mufti Petala Patria
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (949.95 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.183-191

Abstract

Laut Banda diketahui mempunyai kondisi lingkungan yangmendukung sebagai daerah pemijahan ikan tuna madidihang (Thunnus albacares). Sebaran parameter reproduksi dan hubungannya dengan lingkungan perlu diketahui sebagai dasar pengelolaan sumberdaya yang lestari. Penelitian dilakukan tahun 2011-2012 dengan basis pendataan di Bandaneira. Pengamatan parameter reproduksi dilakukan terhadap ikan sampel melalui observasi dan enumerasi. Suhu dan klorofil-a diperoleh = dari analisis citra satelit. Penelitian mendapatkan persentase gonad matang (100 %) dan indeks kematangan gonad tertinggi (3,75) serta nisbah kelamin seimbang, secara temporal ditemukan pada bulan antara September-Desember, secara spasial ditemukan di Perairan Gunung Api dan Selatan Kepulauan Lease. Tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad meningkat terjadi pada saat suhu mulai menghangat dan klorofil-a mulai menurun. Tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad menurun terjadi pada saat awal penurunan suhu dan awal kenaikan klorofil-a.Besides known as the Banda Sea region yellowfin tuna migration (Thunnus albacares) is also a spawning area. Distribution of Reproduction parameter and their relationship with environmental parameter should be known as the basis for sustainable resource management. The reproduction parameter obtaianed by observation and enumeration. Temperature and chlorophyll-a obtained by satellite image analysis. Research gets a high percentage of the gonads mature (100%) and gonad maturity index (3,75) and a balanced sex ratio, temporally be found in the September-December, spatially found in the waters of Pulau Gunung Api and Lease Islands. The maturity level of gonads and gonadal maturation index increases occurred when the temperatures begin to warm and chlorophyll-a start to decline. The maturity level of gonads and gonadal maturation index decreases occurred at the beginning of the early drop in temperature and increase in chlorophyll-a.
TRUKTUR UKURAN DAN BEBERAPA PARAMETER POPULASI IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) DI SAMUDERA PASIFIK UTARA PAPUA Thomas Hidayat; Tegoeh Noegroho; Karsono Wagiyo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.666 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.113-121

Abstract

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) merupakan salah satu sumberdaya ikan pelagis besar yang mempunyai nilai ekonomis penting. Informasi mengenai struktur ukuran dan beberapa parameter populasinya masih sangat terbatas khususnya di perairan Indonesia timur. Penelitian ini dilakukan di Morotai, Biak dan Jayapura dari Januari sampai Desember 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis ukuran ikan yang tertangkap dan menganalisis parameter populasi meliputi laju pertumbuhan, mortalitas dan tingkat eksploitasi. Estimasi parameter pertumbuhan, mortalitas dan laju eksploitasi dihitung menggunakan program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). Ukuran ikan cakalang hasil tangkapan pancing tonda dan pancing ulur berkisar antara 15 – 94 cmFL (Fork Length), dengan modus antara 40-45 cmFL. Ukuran pertama kali tertangkap sebesar 40,1 cmFL dan kebanyakan adalah ukuran ikan yang sedang memijah. Hasil analisis menggunakan FiSAT II diperoleh laju pertumbuhan (K) sebesar 0,41/tahun, panjang asimptotik (L) 101,85 cmFL. Laju kematian alami (M) 0,6 / tahun, laju kematian karena penangkapan (F) 0,62 /tahun dan laju mortalitas total (Z) 1,22 /tahun. Tingkat eksploitasi ikan cakalang hampir fully exploited (E= 0,46). Disarankan tidak perlu ada penambahan upaya penangkapan atau status quo untuk menjaga agar sumberdaya ikan cakalang tetap terjaga kelestariannya. Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis Linnaeus, 1758) is one of the large pelagic fish resources which have high economic value. Information on the size structure and population parameters is still limited especially in the waters of eastern Indonesia. The Research was conducted from January to December 2013 at Morotai, Biak and Jayapura. The aim of this study was to analyze the size of the fish caught and some of population parameters such as the growth rate, mortality rates, and exploitation rate. Estimated of growth parameters, mortality and exploitation rate using the program FiSAT (FAO-ICLARM Stock Assessement Tools). The size of skipjack tuna caught by troll line and handline in between 15-94 cmFL, with a mode of 40-45 cmFL. The Length at first capture was 40.1 cmFL, most of them had condition of spawning. By using program FiSAT II analysis resulted that growth rate (K) of skipjack tuna was 0.41/year, with length asimptotik (L) reaches 101.85 cmFL. The natural mortality rate (M) was 0.6 / year. The fishing mortality rate (F) was 0.62 / year and total mortality rate (Z) was 1.22 / year. The exploitation rate of skipjack tuna was nearly fully exploited (E = 0.46). It was recommended the exploitation rate of this fish should be no additional effort (status quo) to keep sustainability of the skipjack tuna resource.