Husnah Husnah
Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

KUALITAS PERAIRAN SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR DITINJAU DARI KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA DAN STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS Husnah Husnah; Eko Prianto; Siti Nurul Aida
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.596 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.3.2007.167-177

Abstract

Sungai Musi merupakan sungai besar mengaliri wilayah Sumatera Selatan, Lampung, dan Bengkulu , dan bervariasi dalam pemanfaatannya, khususnya di bagian hilir, didominasi oleh kegiatan industri yang membuang limbahnya ke Sungai Musi. Kajian pengaruh industri terhadap Sungai Musi telah dilakukan, namun sebatas analisis fisik dan kimia lingkungan dan belum mengarah kepada pengaruhnya terhadap organisme air. Organisme air adalah indikator penting perubahan lingkungan karena organisme khususnya organisme dasar (benthos) menyimpan sejarah proses-proses terjadi di perairan. Riset yang bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan Sungai Musi bagian hilir ditinjau dari karakteristik fisik dan kimia dan struktur makrozoobenthos telah dilakukan di Sungai Musi, Sumatera Selatan pada bulan Mei dan September 2006. Riset dilakukan bersifat survei lapangan. Delapan stasiun ditentukan di Sungai Musi bagian hilir berdasarkan pada perbedaan mikrohabitat. Stasiun riset masing masing antara lain Sejagung, Pulokerto, Jembatan Ampera, Sebokor, Pulau Burung, Upang, Pulau Payung, dan Sungsang. Pada masing masing stasiun, dilakukan pengambilan contoh air untuk parameter fisika, kimia, dan makrobenthos. Contoh air diambil dari atas perahu motor pada kedalaman 1,0 m dari permukaan air dengan menggunakan kemmerer water sampler. Sebagian contoh dianalisis di lapangan (suhu, pH, dan oksigen terlarut) dan sebagian lagi yaitu jumlah padatan tersesuspensi (total suspended solids), jumlah padatan terlarut (total dissolved solids), jumlah karbon organik (total organic carbon), organik karbon terlarut (dissolved organic carbon), konsumsi oksigen biologi (biochemical oxygen demand), nitrat, dan fosfat dianalisis di laboratorium kimia. Contoh makrozoobenthos diambil pada 10 titik di masing-masing stasiun, dengan menggunakan ekman dredge dengan bukaan mulut 400 cm2. Contoh makrobenthos pada masingmasing titik tersebut disortir dengan menggunakan saringan dan kemudian digabungkan (dikomposit) dan diawetkan dengan formalin 10%. Data kualitas air dianalisis dengan principle component analysis dan kelimpahan makrozoobenthos dianalisis dengan analisis cluster. Kualitas perairan di Sungai Musi bagian hilir dikelompokkan atas 2 yang mengalami tekanan berat yaitu dari Sejagung sampai dengan Pulau Burung dan tekanan ringan yaitu dari Upang sampai dengan Muara Sungai Musi. Kelompok pertama dicirikan oleh nilai konsentrasi total dissolved solids, total organic carbon, dan dissolved organic carbon yang tinggi diiringi dengan kelimpahan makrozoobenhthos yang rendah serta didominasi oleh Tubifex sp. Kelompok ke-2 dari Upang sampai dengan Muara Sungai Musi dicirikan oleh nilai konsentrasi total suspended solids yang tinggi, dengan kelimpahan makrozoobenthos yang tinggi dan didominasi oleh Gammarus. Musi River is a large river , crossing three provinces, South Sumatra, Lampung and Bengkulu, and differeing in types and levels of its resources ultization, particularly at the down stream of Musi River, mostly dominated by industries activities producing a waste which flows to the river. Several studies on the effect of industries on the Musi River have been conducted , however , limmieted on physical dan chemical aspects of the water, not yet to evaluate its effect on aquatic organism. Aquatic organism such macrozoobenthos is important indicator of environmental changes since this organism records the history of processes occurred in the water. Study to assess water quality of the down stream Musi River based on physical, chemical water characteristics and macrozoobenthos community structure was conducted at may and september 2006 in Musi River located in South Sumatera Province of Indonesia. The study used inventory field survey. Eight sampling sites; Sejagung, Pulokerto, Jembatan Ampera, Sebokor, Pulau Burung, Upang, Pulau Payung, and Sungsang were selected based on the microhabitat difference. water sampling for physical and chemical parameters and sediment, and  macrozoobenthos were carried in each sampling site. Water sample was collected at a depth of 1.0 m from the water surface by using kemmerer water sampler. Some water quality parameters such as temperature, pH, and dissolved oxygen) were directly analyzed in the field, while the others such as total suspended solids, total dissolved solids, total organic carbon, dissolved organic carbon, biochemical oxygen demand, nitrate, and phosphate were analyzed in laboratory. Macrozoobenthos was collected at ten sampling points in each sampling sites using Ekman Dredge of 400 cm2 mouth opening. Macrozoobenthos from ten sampling points was composited, sorted and preserved with formalin 10%. Water quality parameters were analyzed with principle component analysis while macrozoobenthos abundance was analyzed with cluster. Results revealed that water quality at the down stream Musi River was classified into two groups. The first group was the heavy degraded sites from Sejagung to Pulau Burung, characterized by having high concentration of total dissolved solids, total organic carbon, and dissolved organic carbon, low abundance of macrozoobenthos with Tubifex sp. as the dominant species. The second group was light degraded sites from Upang to the mouth of Musi River, characterized by high concentration of total suspended solids and high macrozoobenthos abundance with Gammarus sp. as the dominant species.
KUALITAS AIR BAGI KEHIDUPAN ORGANISME BAGIAN TENGAH DAN HILIR SUNGAI MUSI BERDASARKAN PADA SUMBER POLUTAN Siswanta Kaban; Husnah Husnah; Siti Nurul Aida
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2433.768 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.253-261

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air Sungai Musi tahun 2007 sampai dengan 2008 di bagian tengah dan hilir berdasarkan pada sumber polutan. Empat belas stasiun pengambilan contoh ditetapkan sebagai sumber polutan seperti industri maupun pemukiman penduduk, dan referensi yang jauh dari industri maupun pemukiman yang digunakan sebagai pembanding. Pada setiap stasiun, pengambilan contoh dilakukan 3 kali waktu pengambilan, yaitu bulan April, Juni, dan Januari yang dapat mewakili 3 musim yang berbeda pada tahun tersebut. Beberapa parameter diukur in situ sementara beberapa lain dianalisis di laboratorium dengan standar methods (AWWAWEF, 2005). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa industri yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit dan karet cenderung menurunkan kualitas perairan di Sungai Musi. Kandungan logam berat dalam sedimen di Sungai Musi relatif rendah dengan kandungan Cr+6 dan Pb yang tertinggi masing-masing 13,481 dan 1,747 μg per g. Curah hujan cenderung menurunkan beberapa parameter fisika dan kimia kualitas perairan. Potensi pencemaran cenderung ditemukan di bagian hilir Sungai Musi, karena sebaran industri dan intensitas pemanfaatan perairan cukup tinggi di bagian sungai tersebut. Study in order to know distribution of pollution source and its effect on water quality of the middle and down stream of Musi River was conducted in April and June 2007 and January 2008. Fourteen sampling sites were selected based on the pollution source and the minimal degradation site (reference sites). Parameters observed were pollution source distribution and water and sediment parameters such as physical and chemical parameters. Water sample was collected at 0.5 m from water surface by using Kemmerer water sampler while sediment samples were taken by using Ekman grab. Some of the parameters were analyzed in situ while the rest were analyzed in laboratory. Results indicated that oil palm and rubber industries were mostly the pollution source in Musi River. Potential pollution source was mostly found in the middle and down stream of Musi River since most of pollution source and high water utilization found in this area. Water quality parameters except total suspended solid and biochemical oxygen demand, were still in the range that can be tolerated by the aquatic organisms. Rain fall tends to decrease water quality of the river. Concentration of heavy metal such as Chrom (Cr+6) and plumbum in the sediment were in still in low concentration with the highest concentration reaching 13.481 and 1.747 μg per g respectively.
INVENTARISASI JENIS DAN STRUKTUR EKOLOGI ZOOPLANKTON DI SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR, SUMATERA SELATAN Eko Prianto; Husnah Husnah; Siti Nurul Aida
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.729 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.263-271

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di Sungai Musi bagian hilir telah dilakukan pada bulan Mei, September, dan Januari 2007. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei pada 9 lokasi. Pemilihan lokasi pengambilan contoh dengan menggunakan purposive sampling didasarkan pada mikrohabitat. Contoh zooplankton diambil dengan menggunakan ember 10 l dan total volume yang disaring dengan plankton net 150 l. Parameter yang diukur meliputi kelimpahan, komposisi jenis, keragaman, keseragaman, dan indeks dominasi zooplankton. Hasil analisis jumlah spesies zooplankton yang tertinggi dijumpai pada bulan September dan terendah pada bulan Mei. Indeks keragaman dan kelimpahan zooplankton pada Mei 2006 dan Januari 2007 berkisar antara 0 sampai dengan 2,2 dan 0,8 sampai dengan 21x103 ind.m-3. Indeks keseragaman bervariasi. Nilai yang tertinggi diperoleh pada bulan Januari (0,8 sampai dengan 1), sedangkan bulan Mei dan September 2006. Pada September dan Mei lebih bervariasi dengan kisaran nilai masing-masing 0,6 sampai dengan 1 dan 0,6 sampai dengan 0,9. Selanjutnya untuk dominasi jenis, terdapat 2 stasiun yaitu Sebokor (bulan Mei) dan Selat Cemara (bulan September), yang didominasi 1 jenis zooplankton. Research with aiming to know the community structure of zooplankton at the down stream of Musi Rivers was conducted in May and September 2006, and January 2007. The work was done with field survey method at nine sampling sites, that were set up by using purposive sampling method based on the difference an microhabitat. Samples for zooplankton were collected by using 10 l bucket to sample a total of 150 l of water, and the total volume of wals filtered by using plankton net. Parameters measured include the abundance, spesies composition, diversity, similarity, and dominance index of zooplankton. Results show that the highest number of zooplankton species was found in September while the lowest one was recorded in May. The diversity index and abundance zooplankton in May 2006 and January 2007 were between 0 until 2.2, and 0.8 until 21x103 ind.m-3, respectively. The similarity index varied. The highest value was recorded in january (0.8 until 1) while in may and september 2006 were 0.6 until 1 and 0.6 until 0.9, respectively. Zooplankton was dominanted sebokor and cemara sampling sites.
PERIKANAN TANGKAP DI DANAU MATANO, MAHALONA, DAN TOWUTI, SULAWESI SELATAN Samuel Samuel; Husnah Husnah; Safran Makmur
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.084 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.2.2009.123-131

Abstract

Suatu penelitian untuk mengetahui aspek perikanan tangkap di Danau Matano, Mahalona, dan Towuti telah dilakukan dari bulan Mei Desember 2005. Danau Matano, Mahalona, dan Towuti merupakan contoh dari ekosistem danau tektonik yang menampung jenis ikan endemik dan juga jenis ikan introduksi (tilapia dan ikan mas, Cyprinus carpio). Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dengan cara mencari lokasi-lokasi ada aktivitas penangkapan ikan, wawancara dengan nelayan, dan bekerjasama dengan enumerator dalam mengumpulkan data penelitian. Hasil penelitian telah mendapatkan 22 jenis ikan endemik dan 6 jenis ikan introduksi yang tertangkap di ketiga danau (Matano, Mahalona, dan Towuti). Danau Matano tertangkap 7 jenis ikan endemik, Mahalona 8 jenis, dan Danau Towuti tertangkap 15 jenis. Jaring dan bagan merupakan alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan endemik seperti ikan buttini (Glossogobius sp.) dan pangkilan (Telmatherina sp. dan Paratherina sp.). Hasil tangkapan ikan di Danau Towuti 5,7 kg per ha per tahun, Danau Mahalona 1,8 kg per ha per tahun, dan Danau Matano 1,2 kg per ha per tahun. Untuk melestarikan ikan-ikan endemik perlu ada pengelolaan dan pengaturan waktu dan lokasi penangkapan yang baik. A research in order to identify the capture fishery at Lakes: Matano, Mahalona, and Towuti was conducted from May to December 2005. Lakes Matano, Mahalona, and Towuti are examples of the representative tectonic lake ecosystems housing the endemic and some exotics (tilapia and carp, Cyprinus carpio) fish species. The survey methods were used in this reseacrh by hunting the location of fishing activities, interview with fishermen and partnership with enumerator in collecting research data. Results of the research show that 23 endemic fish species and 6 introduced per exotic fish species were caught in three research lakes. From 22 endemic fishes, 7 fish species were caught at Lake Matano, 8 fish species at Lake Mahalona, and 15 fish species were caught at Lake Towuti respectively. Gillnets and bagan were dominant fishing gears to catch the endemic fishes such as buttini (Glossogobius sp.) and pangkilan (Telmatherina sp. and Paratherina sp.). The productivity of the fisheries were 5.7 kg per ha per year for Lake Towuti, 1.8 kg per ha per year (Lake Mahalona), and 1.2 kg per ha per year (Lake Matano) respectively. To sustain endemic fishes is needed a better management eg. domesticating and regulating time and location of capture endemic fish species.
KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI ESTUARI SUNGAI BANYUASIN, SUMATERA SELATAN Eko Prianto; Husnah Husnah; Solekha Aprianti
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 3 (2010): (Desember 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.357 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.3.2010.149-157

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas perairan pasca pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api dengan mempelajari karakteristik fisika kimia perairan dan struktur komunitas zooplankton. Penelitian tentang kelimpahan dan keanekaragaman jenis zooplankton dilakukan melalui enam titik stasiun pengamatan di muara Sungai Banyuasin pada bulan April sampai Nopember 2009. Contoh air diambil pada kedalaman 1 m dari permukaan air dengan menggunakan kemmerer water sampler dan contoh zooplankton diambil dengan menggunakan ember 50 L pada permukaan perairan. Selanjutnya contoh air disaring dengan menggunakan planktonnet dengan ukuran 25 μm. Hasil analisis kualitas air diperoleh nilai parameter (suhu, pH, NO2, COD, BOD, dan DO) berada dalam ambang batas yang diperbolehkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. Nilai parameter padatan tersuspensi (total suspended solids), total dissolvedsolid, amoniak, nitrat, dan fosfat telah melebihi ambang batas lingkungan perairan yang diperbolehkan. Nilai indeks mutu lingkungan perairan menunjukan dalam kondisi tercemar berat. Kelimpahan zooplankton pada tahun 2009 yaitu 2-19 ind/L lebih rendah dari kelimpahan pada tahun 2004 yaitu 5- 34 ind/L sedangkan keanekaragaman jenis pada tahun 2009 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2004. The aims of this study were to determine water quality conditions after construction of the port of Tanjung Api-Api by studying the physico chemical characteristics of water and zooplankton community structure. Research on zooplankton abundance and species diversity through the six points of observation stations in the estuary of the river Banyuasin in April until November 2009. Water samples taken at a depth of 1 m from water surface water by using a kemmerer water sampler and zooplankton samples were taken by using a bucket about 50 L in the surface. Further water samples were filtered using a plankton net with a size 25 μm. The results of water quality analize obtained that parameter values (temperature, pH, NO2, COD, BOD, and DO) were still in the threshold limit, in accordance with Government Regulation No.82 2001. Value parameters of total suspended solids, total dissolved solid, ammonia, nitrate, and phosphate has exceeded the permissible limit aquatic environment. Value of water environmental quality index showed in heavily polluted conditions. Zooplankton abundance in was 2-19 ind/L lower than the abundance in 2004 of 5-34 ind/L, while species diversity in the year 2009 decreased compared to 2004.
LAJU DEKOMPOSISI BAHAN ORGANIK DAN PRODUKSI INVERTEBRATA AIR DI SUAKA PERIKANAN TELUK RASAU, SUMATERA SELATAN Husnah Husnah; Dessy Arisna
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 2 (2010): (Agustus 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.212 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.2.2010.71-83

Abstract

Pembukaan lahan di lahan banjiran untuk berbagai kepentingan, mempengaruhi morfologi, siklus hidrologi, dan karakteristik fisika kimia air seperti input dan dekomposisi bahan organik yang akhirnya akan mempengaruhi struktur organisme invertebrata air dan produksi ikan di rawa banjiran. Penelitian ini bersifat percobaan lapangan yang bertujuan untuk mengetahui laju dekomposisi bahan organik dan produksi invertebrata air dilakukan di tiga stasiun di Teluk Rasau, Sumatera Selatan pada bulan September sampai Nopember 2009. Laju dekomposisi bahan organik dan produksi invertebrata air dilakukan dengan metode jaring kantong (litter bag) berukuran 20x10 cm dengan ukuran mata jaring2 mm. Daun dari tumbuhan yang dominan yaitu pohon serpang (Caesalpina sappan) yang hampir gugur dikumpulkan dan ditimbang bobot keringnya, dan 5 g dari daun tersebut dimasukan ke dalam jaring kantong. Pada masing-masing (stasiun) percobaan diletakan 40 kantong jaring dengan posisi20 kantong diletakan pada kedalaman air 0 m (perbatasan air dan darat) dan 20 kantong pada kedalaman 75 cm. Kantong diikatkan tiang kayu dan ditenggelamkan dengan menggunakanpemberat. Pengukuran jumlah bahan organik yang terdekomposisi dan produksi makrozoobenthos dilakukan pada minggu ke-2, 4, 6, 8, dan 10, dengan cara mengangkat empat kantong plastik pada masing-masing kedalaman. Contoh air diambil pada kedalaman 1 m dari dasar perairan denganmenggunakan kemmerer water sampler. Sebagian contoh dianalisis di lapangan (kedalaman air, kecerahan, suhu, pH, dan oksigen terlarut) dan sebagian lagi akan dianalisis di laboratorium (dissolved organic carbon, nitrogen total, dan fosfor total. Persentase serasah daun serpang yang terdekomposisiselama 10 minggu pada kisaran 40-55%. Koefisien laju dekomposisi serasah daun serpang pada muara Teluk Rasau yang berhubungan dengan Sungai Lempuing pada kedalaman 0 cm (k=0,1586) lebih rendah dari stasiun lainnya baik pada kedalaman 0 cm ataupun 75 cm (k=0,2076-0,2566). Produksi makrozobenthos di muara Teluk Rasau yang berhubungan dengan Sungai Lempuing baik pada kedalaman 0 cm ataupun 75 cm (9,25; 117,25 mg bobot kering/m2) secara nyata lebih rendah dari stasiun lainnya (17,75-22,08 mg bobot kering/m2; 260-807 mg bobot kering/m2). Kedalaman air, suhu, alkalinitas total, dan unsur hara sangat mempengaruhi laju dekomposisi serasah dan produksi makrozoobenthos. Clearance of floodplain area for multiple purposes influence morphology, hidrological cycle, and physical and chemical characteristics of water such as input and decomposition of organic matter in the waters. It finally affect the structure community of invertebrate and fish production. Experimental study in order to know decomposition rate of organic matter and aquatic invertebrate production was conducted at three sampling sites located in Teluk Rasau Fisheries Reserve Area of South Sumatera province from September to November 2009. Decomposition rate and invertebrate production was run with litter bag method. Leaf bags were constructed by placing 5 g of Caesalpina sappan in plastic with the size of 20x10 cm and mesh bags (mesh size 2 mm). Leaves were collected before abscission, air dried and stored. In each sampling sites, 20 litter bags were filled with dry leaves and placed on the sediment at water depth 0 m (transition between land and water), and another 20 litter bags were placed on the sediment at 0.75 m water depth. The litter bags were tied to the wood stake and anchored to the bottom. The leaf bags were tied together with a weighted rope and attached to a tree. Four replicate samples were removed after 2 days, to measure the leaching process, and then after 4, 6, 8, and 10 weeks for organic matter decomposition rate and invertebrate production measurement.The bags were cut from the rope and immediately placed in sealed plastic bags and returned to the laboratory. In the laboratory, the leaves were rinsed and separated from the invertebrate. The leaves were sorted by genus, dried at 50°C and weighed. invertebrate were counted and identified to different taxonomic levels. Physical and chemical water quality parameters were measured both in and exsitu by collecting water samples with kemmmerer water sampler at 1 m depth above the bottom. Parameters measured insitu were the water depth, transparency, temperature, pH value, dissolved oxygen, while, dissolved organic carbon, total nitrogen, and total phosphorus were analyzed in the laboratory. Results indicated that decomposition rate of Caesalpina sappan leaves for 10 weeks was in the range of 40-55%. The decomposition rate coefficient in the inlet of Teluk Rasau connevting to Lempuing River at depth 0 cm ((k=0.1586) was less than that in other sampling sites both at depth ocm and 75 cm (k=0.2076-0.2566). Macrozoobenthos production in the inlet of Teluk Rasau connecting to Lempuing River at depth 0 and 75 cm (9.25; 117.25 mg dry weight/m2) were less than that in other sampling sites (17.75-22.08 mg dry weight/m2; 260-807 mg dry weight/m2). Decomposition rate and invertebrate production of Caesalpina sappan were affected by water depth, temperature, total alkalinity, and nutrient.
PENAMBANGAN TIMAH INKONVENSIONAL: DAMPAKNYA TERHADAP KERUSAKKAN BIODIVERSITAS PERAIRAN UMUM DI PULAU BANGKA Eko Prianto; Husnah Husnah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 2, No 5 (2009): (Agustus 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.366 KB) | DOI: 10.15578/bawal.2.5.2009.193-198

Abstract

Penambangan timah inkonvensional di Pulau Bangka telah berlangsung sejak tahun 2000. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat atau pengusaha tanpa mendapat izin dari pemerintah. Pada tahun 2002 jumlah timah inkonvensional sekitar 6.000 unit yang tersebar di seluruh Pulau Bangka.Kegiatan ini telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap ekosistem perairan dan masyarakat sekitarnya. Aktivitas ini telah memberikan dampak yang sangat buruk terhadap ekosistem perairan seperti 1) sedimentasi dan perubahan bentang alam kawasan pesisir, 2) meningkatnyakesuburan perairan, 3) peningkatan kekeruhan perairan, 4) kerusakkan ekosistem dan musnahnya biota perairan, dan 5) pencemaran logam berat. Kasus penambangan timah inkonvensional ini dikhawatirkan dapat menjadi fenomena gunung es yang suatu saat dapat menjadi konflik horisontalantar sesama masyarakat. Untuk menghindari hal ini pemerintah perlu menata ulang sistem pengelolaan dan perizinan pada pihak yang melakukan penambangan timah di Pulau Bangka.
SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN*) Safran Makmur; Husnah Husnah; Samuel Samuel
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 1, No 4 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1925.842 KB) | DOI: 10.15578/bawal.1.4.2007.133-137

Abstract

Riset keanekaragaman hayati dan bahan perumusan pengelolaan jenis ikan endemik perairan pedalaman di Sulawesi dilakukan pada tahun 2005 di kompleks Danau Malili Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan. Dua ekor masapi ditangkap di perairan Danau Matano pada bulan Desember 2005 dengan panjang total 466 dan 384 mm. Belut atau masapi ditangkap dengan tombak dengan cara menyelam pada kedalaman lebih dari 3 m. Berdasarkan pada hasil identifikasi masapi tersebutmerupakan jenis Synbranchus sp., famili Synbranchidae. Morfologi Synbranchus sp. sepintas seperti Anguilla sp., hanya pada Synbranchus tidak mempunyai sirip dada, sedangkan perbedaan dengan Monopterus albus, terletak pada septum dan jumlah insang. Perbedaan dengan Synbranchus (Macrotrema) hasil identifikasi Smith (1945) yaitu pada posisi anus dengan pangkal sirip punggung. Sedangkan perbedaan dengan Synbranchus bengalensis yaitu pada perbandingan ukuran panjang kepala dengan panjang ekor. Berdasarkan pada hasil penelitian sebelum di DanauMatano, Synbranchus sp. merupakan jenis yang digolongkan new record species di Danau Matano. Berdasarkan pada perbedaan-perbedaan dengan jenis Synbranchidae lain dan mengingat tingkat endemisitas DanauMatano yang tinggi ada kemungkinan jenis tersebut merupakan jenis endemik di Danau Matano
IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Safran Makmur; Husnah Husnah; Samuel Samuel
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 1, No 5 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7702.569 KB) | DOI: 10.15578/bawal.1.5.2007.177-181

Abstract

Danau Towuti yang merupakan danau terbesar di Sulawesi memiliki kekayaan jenis-jenis ikan endemik yang cukup tinggi. Salah satu jenis ikan endemik yang hidup di perairan Danau Towuti adalah ikan dui dui (Dermogenys megarrhamphus). Halfbeak atau ikan dui dui yang mempunyai ukuran maksimal 12 cm ini memiliki keunikan terutama pada bentuk mulutnya, warna (hitam, kuning, dan orange), dan juga cara reproduksi. Ikan ini dieksploitasi dengan alat tangkap bagan, sudah mengkhawatirkan dan membahayakan kelestarian di alam, untuk itu perlu penanganan yang serius agar ikan nan cantik dan eksotis ini dapat tetap lestari.
UPAYA PENGELOLAAN PERAIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA UNTUK KEBERLANJUTAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN Ngurah Nyoman Wiadnyana; Husnah Husnah
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 3, No 1 (2011): (Mei 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.532 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.3.1.2011.13-26

Abstract

Pengelolaan sumber daya perairan Sungai Musi di Sumatera bertujuan untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan dan kelestarian sumber daya perairan di masa datang. Untuk itu diperlukan gambaran status terkini sumber daya perairan yang merupakan salah satu komponen yang diperlukan dalam pengelolaan. Perubahan pemanfaatan lahan selama periode 30 tahun di Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi tampak berupa perubahan fisik (modifikasi lingkungan) dan penambahan bahan-bahan antropogenik. Modifikasi lingkungan yang terjadi seperti pembendungan sungai untuk pembangkit listrik tenaga air dan irigasi pada bagian hulu Sungai Musi, dan pembelokan masa air di anak Sungai Musi berdampak terhadap berkurangnya luas rawa banjiran, sedimentasi, penurunan debit air dan tinggi muka air, serta terhalangnya migrasi beberapa jenis ikan. Penambahan bahan-bahan antropogenik yang berasal dari berbagai kegiatanindustri di bagian tengah dan hilir Sungai Musi, mempengaruhi sumber daya perairan dan ikan, serta hasil tangkapan nelayan. Berdasarkan indikator biota dasar makrozoobenthos dan ikan, Sungai Musi bagian hilir dari desa kelurahan Gandus sampai dengan Muara Sungai Komering tergolong tercemar berat olehbahan organik. Pengelolaan sumber daya di perairan Sungai Musi perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya ikan perairan Sungai Musi di masa yang akan datang. Keragaman tipe ekosistem perairan, sifat pemanfatan yang multi guna dan multi sektor serta keberadaanwilayah Sungai Musi yang lintas provinsi merupakan komponen penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan sumber daya perairan Sungai Musi. Pengelolaan sumber daya perairan di Sungai Musi hendaknya dilakukan secara terpadu dan holistik dengan mempertimbangkan beberapa aspek seperti wilayah/ ekologi, sektor, bidang ilmu dan stakeholder.Water resource management of Musi River in Sumatra is aimed to assure the sustainable use and the sustainability of water resources in the future. Therefore it is needed the information of the current state of water resources as one of components required in management. The change of territorial use for a period of 30 years in Musi River Bank is appreared as form of a physical change (environment modification) and an increase of antrophogenic matters. The environment modification was such as a river barrier man-made used for water electricity power and irrigation at upper part of Musi River, and the turning water mass in Musi River, gives an impact to the decreasing of floodplain area, sedimentation, decrease of water debit and water level as well as the pertubation of some fishes migration. The augmentation of antrophogenic matters comming from industrial activities in the central and down parts of Musi Rivers gives influence on water resources, fish, and the catch yield of fishermen. Based on macrozoobenthos bioindicators and fish, a down part of Musi River from Gandus Village to mouth of Komering River are classified as happy polluted areas by organic matter. The resources management of Musi River waters must be needed to be done for maintain the sustainability and the sustainable use of fish resources in Musi River in the future. The diversity of waters ecosystem, multi uses, and multi sectors as well as Musi River areas located across the several provinces, constitute important components to be needed to look together in managing Musi River water resources. The water resources management of Musi River should be done by integrated way and holistic with regard of some aspects such as: territorial/ ecology, sectors, expertises, and stakeholders.