Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Integrating fuzzy logic and genetic algorithm for upwelling prediction in Maninjau Lake Muhammad Rofiq; Yogie Susdyastama Putra; Wayan Firdaus Mahmudy; Herman Tolle; Ida Wahyuni; Philip Faster Eka Adipraja; Hafrijal Syandri
TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control) Vol 17, No 1: February 2019
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12928/telkomnika.v17i1.11605

Abstract

Upwelling is a natural phenomenon related with the increase in water mass that also occurs in Maninjau Lake, West Sumatra. The upwelling phenomenon resulted in considerable losses for freshwater fish farming because make mass mortalities of fish in farming using the method of floating net cages (karamba jaring apung/KJA). It takes a system that can predict the possibility of upwelling as an early warning to the community, especially fish farming to immediately prepare early anticipation of upwelling prevention. With historical water quality monitoring data at six sites in Maninjau Lake for 17 years, a prediction model can be made. There are three input criteria for Tsukamoto FIS that is water temperature, pH, and dissolve oxygen (DO). The model is built with fuzzy logic integration with the genetic algorithm to optimize the membership function boundaries of input and output criteria. After the optimization, hybrid Tsukamoto FIS and genetic algorithm successfully make a correct upwelling prediction on of 16 data with 94% accuracy.
ASPEK REPRODUKSI IKAN SASAU (Hampala sp.) DAN IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V.) 1)1 DANAU SINGKARAK [Reproduction aspects of sasau fish (Hampala sp.) and lelan fish (Osteochilus vittatus C.V.) in Singkarak Lake] Uus Uslichah; Hafrijal Syandri
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v3i1.271

Abstract

The aim of the study is to investigate the reproduction aspects of Hampala sp and Osteochilus vittatus', wich is relationship between weight and lengths, maturity of the gonad, gonado somatic index (GSI) and fecundity. The research conducted from April to July 1997. The 49 sample of Hampala sp 21 sample was females and 28 sample was males . The length of Hampala sp female ranged 310 -410 mm, the weight ranged 320 - 753 gram. The male Hampala sp is length ranged 170 - 355 mm, the weight ranged 115 - 504 gram. The growth pattern of both is “isometric”. The first matured gonad was found at of 310 -330 mm length for female and 200.84-231.67 mm for male. Gonado Somatic Index for female ranged from 2.95 % - 7.74 % and for male ranged from 2.21 % - 3.07 %. The total ranged 88,442 -143,617 eggs. Nisbi fecundity was 4057 eggs/ gram of gonado weight. The 38 sample of Osteochilus vittatus 27 sample was female, the length ranged from 162 - 283 mm and weight ranged from 381.1 — 315.0 gram, 11 male at length ranged from 145 -226 mm and weight ranged 25.4 - 135.9 gram. The growth pattern for Osteochilus vittatus both is “isometric” .The first matured of the gonad was at of 182.18 - 202.35 mm length for female and at 145.00 - 165.25 mm for male. Gonado Somatic Index was ranged from 11.26 % -61.14 % and 2.35 % -14.09 % for male and female. The total fecundity was ranged from 28,140 - 129,042 eggs/gram weight of gonad AbstrakTujuan penelitian adalah untuk mengetahui aspek reproduksi ikan sasau (Hampala sp) dan ikan lelan (Osteochilus vittatus C.V.) di Danau Singkarak yang meliputi hubungan bobot dengan panjang, tingkat kematangan gonad, indeks somatik gonad (1SG) dan fekunditas. Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juli 1997. Dari 49 ekor contoh ikan sasau diperoleh 21 ekor ikan betina dengan kisaran panjang antara 310 - 410 mm, bobot 320 - 753 gr dan 28 ekor ikan jantan dengan kisaran panjang dan berat masing-maisng antara 170 - 355 mm dan 115 sampai dengan 504 gr. Bentuk pertumbuhan ikan sasau baik jantan maupun betina bersifat “isometrik”. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 310 - 330 mm dan ikan jantan pada ukuran panjang 200,84 - 231,67 mm. Indeks somatik gonad ikan sasau betina pada TKG IV berkisar dari 2,95% -7,74% dan ikan jantan berkisar dari 2,21% - 3,07%. Fekunditas mutlak ikan sasau betina yang berada pada TKG IV berkisar dari 88.442 -143.617 butir dan fekunditas nisbi adalah 4057 butir/gr bobot gonad Sedangkan dari 38 ekor contoh ikan lelan (O. vittatus) diperoleh 27 ekor ikan lelan dengan panjang total berkisar 162 - 283 mm dan bobot 38,1 - 315,0 gr dan 11 ekor ikan jantan dengan panjang total berkisar 145 - 226 mm dan bobot 25,4 - 135,9 gr. Bentuk pertumbuhan ikan lelan jantan dan betina bersifat “isometrik”. Ikan lelan betina pertama kali matang gonad pada ukuran panjang 182,18 - 202,35 mm dan ikan jantan pada ukuran 145,00 sampai dengan 165,25 mm. Indeks somatik gonad ikan lelan betina berkisar dari 11,26% - 16,14% dan ikan jantan berkisar 2,35% - 14,09%. Fekunditas mutlak ikan lelan betina pada TKG IV berkisar dari 28.140 - 129.042 butir dan fekunditas nisbi adalah 2010 butir/gr bobot gonad.
FEKUNDITAS, DIAMETER TELUR, DAN MAKANAN IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier) PADA HABITAT PERAIRAN BERBEDA Azrita Azrita; Hafrijal Syandri; Estu Nugroho; Dahelmi Dahelmi; Syaifullah Syaifullah
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 3 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.247 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.3.2012.381-392

Abstract

Fekunditas, diameter telur, dan kebiasaan makanan ikan merupakan bagian dari aspek reproduksi ikan yang sangat penting diketahui. Informasi ini dapat digunakan untuk memprediksi rekruitmen dan pemulihan stok ikan bujuk dalam rangka domestikasi dan budidaya. Penelitian dilakukan dari bulan Januari-November 2010 pada habitat berbeda yaitu di Danau Singkarak-Sumatera Barat, perairan rawa banjiran Pematang Lindung Kabupaten Tanjung Jabung Timur-Jambi, dan perairan Mentulik Kabupaten Kampar-Riau. Jumlah sampel yang diamati 30 gonad ikan betina TKG III dan IV masing-masing lokasi penelitian. Fekunditas total ikan bujuk dari Danau Singkarak 1.996±568 butir dengan diameter telur 1,35±0,09 mm; rawa banjiran Pematang Lindung-Jambi 2.196±866 butir dengan diameter telur 1,53±0,11 mm; dan rawa banjiran Mentulik Kampar-Riau 2.539±716 butir dengan diameter telur 1,70±0,14 mm. Makanan utama ikan bujuk adalah ikan (70,78%-89,01%) dan makanan pelengkap udang (5,81%-16,13%), katak (1,77%-4,25%), dan makanan tambahan serangga air (3,98%-9,80%). Berdasarkan jenis makanan tersebut, maka ikan bujuk termasuk kelompok ikan karnivora murni yang bersifat predator. 
DISTRIBUSI UKURAN, REPRODUKSI DAN HABITAT PEMIJAHAN IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis Blkr.) DI DANAU SINGKARAK Hafrijal Syandri; Azrita Azrita; Netti Aryani
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 1 (2013): (April 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.72 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.1.2013.1-8

Abstract

Penelitian tentang biologi reproduksi ikan bilih di Danau Singkarak dilakukan pada bulan Januari –Desember 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi ukuran, tingkat kematangan gonad, fekunditas dan pemijahan ikan bilih. Hasil penelitian menunjukkan ukuran panjang ikan bilih betina matang gonad berkisar antara 70-109 mm dan bobot tubuh berkisar antara 6,4-8,7 gram, ikan jantan pada panjang antara 70-89 mm dengan bobot antara 4,5-6,6 gram. Persentase ikan betina yang memijah setiap stasiun berkisar 68,4-75,7% dan ikan jantan berkisar 73,4-78,4%. Pada saat memijah ikan bilih beruaya dari danau ke sungai Sumpur, Paninggahan dan Baing setiap hari dimulai pukul 16.00 hingga 23.00 WIB. Karakteristik habitat pemijahan mempunyai kecepatan arus sungai antara 10-15 m/detik, kedalaman perairan berkisar antara 20-40 cm, substrat dasar perairan terdiri dari kerikil dan karakal.Study of biology reproduction bilih fish on Lake Singkarak has done a series of studies in January and December 2010. The purpose of this study is to reveal the size distribution, gonada mature level, fecundity and spawning of bilih fish. The research proves that the size of mature female fish gonads bilih range in size of 70-109 mm with a weight of 6.4 to 8.7 g and males 70-89 mm and weighs 4.4 to 6.6 g. Percentage of female fish to spawn each research station ranged from 68.5-75.7 % and males 73.4-78.3%. Bilih spawning fish populations by conducting migration from lakes to rivers Sumpur, Paninggahan and Baing everyday starting at 16:00 until 23:00 am. Characteristics of spawning habitat with river flow velocity between 10-15 m / sec, water depth between 20-40 cm, bottom substrate consists of gravel and karakal.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis Blkr) ENDEMIK BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI DANAU SINGKARAK Hafrijal Syandri; Junaidi Junaidi; Azrita Azrita
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 3, No 2 (2011): (November, 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.387 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.3.2.2011.135-144

Abstract

Pesatnya kegiatan penangkapan ikan bilih endemik di Danau Singkarak, sudah mengindikasikan penurunan populasi dan ukuran ikan tersebut. Oleh karena itu perlu dikelola agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Salah satu alternatif pengelolaannya adalah berbasis kearifan lokal. Untuk itu diperlukan kebijakan pengelolaan ikan bilih berbasis kearifan lokal yang ada pada masyarakat nelayan. berdasarkan analisis SWOT dari sembilan strategi yang diperoleh, maka tiga strategi yang menjadi prioritas utama pengelolaan ikan bilih yaitu (1) pengelolaan penangkapan ikan berbasis kearifan lokal dengan nilai manfaat 0,518, (2) pengelolaan habitat ikan melalui pembuatan reservat secara ko-manajemen dengan nilai manfaat 0,280 dan (3) pengelolaan populasi ikan melalui pembenihan dan restoking dengan nilai manfaat 0,202. Peraturan yang lebih baikdalam pengelolaan dan pelestarian ikan bilih adalah dengan hukum adat dengan nilai manfaat 0,095.Overfishing of bilih fish endemic in Singkarak lake indicated a decrease in population and size of the fish. Therefore, it is necessary to do a management in order a sustainable. One of the alternative management is based on local wisdom. The aim of this research was to determine of management priorities based on local wisdom that exist in the fish communities. From the research finding it can be explained that among the nine strategies which were obtained from the SWOT analysis, then the three strategies of the top priority of the management of bilih fish are (1) the management of fishing based on local wisdom with advantage value of 0.518, (2) management of fish habitat through the creation of reserves comanagement with a advantages value of 0.280 and (3) management of fish populations through hatchery and restocking with advantage value of 0.202. The better regulation in management and conservation bilih fish by customary law with adventages value of 0,095.
Change of Morphological Characters of an Introduced Population of Bilih Fish (Mystacoleucus padangensis Bleeker, Pisces: Cyprinidae) in Toba Lake Nofrita nofrita; Dahelmi dahelmi; Hafrijal Syandri; Djong Hon Tjong
International Journal of Agricultural Sciences Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/ijasc.3.1.23-29.2019

Abstract

Population of Bilih Fish (Mystacoleucus padangensis) in Singkarak Lake has decreased as the effect of intensive exploitation and changes in water use function. Many appropriate works have been conducted for the fish conservation. One of them is introducing Bilih fish population to a new habitat,  Toba Lake. After nine years of releasing the fish, there was a hypothesis that these fish had undergone some changes on their morphology compared to their original population in Singkarak Lake. The changes could occure in some morphological characters and also the increase or decrease of their growth. This study was aimed at comparing morphology characters between Bilih fish introduced to Toba Lake with the original population in Singkarak Lake. Survey method was used and 400 samples of fish were taken from each Singkarak and Toba Lakes.  Parameters measured were 29 morphological characters. Data were analyzed using Mann Whitney U Test with SPSS 22. The results showed that 27 morphological characters of introduced fish had changed. Characters that had not changed were dorsal fin (anterior end)-anal fin distance (DFAF) and preanal distance (PD). Population of Bilih fish in Toba Lake might keep changing in the process of morphological character differentiation as long as environment factors still support the life of Bilih fish. 
Status Sosial Pembudidaya Ikan Di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat Rizha Bery Putriani; Hafrijal Syandri; Junaidi Junaidi
Journal of Comprehensive Science (JCS) Vol. 1 No. 5 (2022): Journal of Comprehensive Science (JCS)
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/jcs.v1i5.129

Abstract

Tujuan penelitian adalah menganalisis tentang status sosial pembudidaya ikan di Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei- Juni 2018 dengan metode survey yaitu wawancara terstruktur menggunakan kuesioner untuk memperoleh data dari 45 pembudidaya ikan yang dipilih secara acak dari 3 nagari: Sinuruik, Talu, dan Kajai. Data yang diperoleh ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Dari 45 responden, mayoritas 82,22% pembudidaya ikan berjenis kelamin laki-laki, 33,33% berusia 41-50 tahun. 53,33% anggota rumah tangga sebanyak 3-5 orang, dan 40% tingkat pendidikan adalah lulusan SMP. Pendapatan setiap siklus panen berkisar antara Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 (48,89%). Pendapatan terbesar yaitu dari kegiatan pembudidaya ikan dan pedagang Rp. 4.441.986 per siklus panen ikan dan terkecil dari pegawai dan pembudidaya ikan yaitu Rp.1.180.000 per siklus panen ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sosial tertinggi yaitu dari tipe pedagang dan pembudidaya ikan. Dari segi tingkat keberhasilan budidaya ikan di Kecamatan Talamau yaitu adanya kepemilikan kolam milik sendiri dengan jumlah kolam 1-2 kolam (44,44%), jenis ikan yang dibudidayakan paling banyak adalah ikan mas (51,11%), tingkat produksi ikan paling banyak yaitu < 100 kg (51,11%) dan luas kolam paling banyak < 30m2 (53,33%). Dari segi manajemen bibit ikan yang mudah diperoleh dari BBI Talamau, modal pribadi, informasi budidaya diperoleh dari sesama pembudidaya dan dari segi pemasaran ikan hasil budidaya diambil langsung oleh toke ikan. Kendala yang dihadapi pembudidaya yaitu harga pakan yang cukup mahal berkisar antara Rp. 9.000-10.000/kg, ketersediaan benih kurang memadai serta modal yang masih minim. Berdasarkan analisis SWOT, pengembangan budidaya ikan di Kecamatan Talamau lebih baik memakai metode strategi agresif.