Winny Astuti
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Jayengan Kampoeng Permata sebagai Kampung Wisata Industri Kreatif Deviliana Sekar Kusuma Dewi; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Region : Jurnal Pembangunan Wilayah dan Perencanaan Partisipatif Vol 14, No 1 (2019)
Publisher : Regional Development Information Center, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/region.v14i1.22196

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Jayengan Kampoeng Permata sebagai kampung wisata industri kreatif. Kampung wisata industri kreatif merupakan salah satu bentuk upaya untuk melayani pariwisata minat khusus yang tengah dikembangkan oleh pemerintah di unit lokasi desa atau kampung.  Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kampung wisata yaitu keunikan lokasi, keterlibatan pelaku wisata utama (masyarakat setempat), pembiayaan aktivitas pariwisata, peran tokoh penggerak/leadership dan  link antarstakeholder. Salah satu kampung wisata industri kreatif tersebut terletak di Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Surakarta atau sering disebut Jayengan Kampoeng Permata (JKP) dimana memiliki potensi industri kreatif pengolahan permata, budaya kuliner dan budaya religius. Jayengan Kampoeng Permata dalam pengembangannya masih memiliki kendala. Berdasarkan analisis AHP, prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Jayengan Kampoeng Permata terfokus pada tiga faktor yaitu atraksi wisata, pembiayaan aktivitas wisata dan peran stakeholder. Prioritas subfaktor yang mempengaruhi pengembangan Jayengan Kampoeng Permata sebagai kampung wisata industri kreatif yaitu produk industri kreatif, pembiayaan dari lembaga internal, lembaga internal dan peran lembaga internal. Keywords: Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan; Kampung Wisata; Industri Kreatif; AHP
PERAN SENTRA BATIK KAUMAN DAN PESINDON UNTUK MENCAPAI KOTA PEKALONGAN SEBAGAI KOTA KREATIF KERAJINAN Rifdahastuti Andriani; Winny Astuti; Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.31540.203-216

Abstract

Kota Pekalongan merupakan kota kreatif pertama kategori kerajinan dan kesenian rakyat di Indonesia versi UNESCO yang ditetapkan pada tahun 2014. Hal ini tidak terlepas dari adanya sentra-sentra batik yang menjadi ikon dalam perkembangan industri batik di Kota Pekalongan termasuk di Sentra Batik Kauman dan Pesindon. Kedua sentra industri batik ini menjadi salah satu alternatif promosi batik dan rekreasi di Kota Pekalongan. Pelibatan aspek komunitas kreatif dan lingkungan kreatif berupa penyelenggaraan event mempengaruhi pemasukan dan kegiatan di Sentra Batik Kauman dan Pesindon sehingga mengalami perubahan. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis perubahan di Sentra Batik Kauman dan Pesindon sejak penetapan Kota Pekalongan sebagai kota kreatif kerajinan. Ada beberapa aspek yang dilihat perubahannya  yaitu: (1) pemeliharaan ekonomi kreatif, (2) komunitas kreatif, (3) lingkungan kreatif dan (4) penyelenggaraan event. Artikel ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis perubahan pada empat aspek tersebut. Survei yang dilakukan untuk penelitian ini adalah survei primer yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan observasi serta survei sekunder dalam bentuk data. Hasilnya adalah pada aspek pemeliharaan ekonomi kreatif mengalami perubahan yaitu dari sisi SDM yang berinovasi, penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan dan teknologi. Pada aspek komunitas kreatif yang mengalami perubahan yaitu dari sisi organisasi masyarakat. Untuk aspek lingkungan kreatif, yang mengalami perubahan yaitu dari sisi sarana untuk pusat pelatihan dan toko kerajinan. Sedangkan pada aspek lingkungan kreatif di Sentra Batik Pesindon yang mengalami perubahan hanya pada sarana untuk pusat pelatihan. Selanjutnya pada aspek penyelenggaraan event yaitu dari sisi program penyelenggaraan event untuk promosi mengalami perubahan.
Perubahan Sentra Industri Kerajinan Batik Laweyan dalam Mendukung Kota Surakarta sebagai Kota Kreatif Desain Ellyas Arini Wanda Rachmanto; Winny Astuti; Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.31280.86-99

Abstract

Kota Surakarta ditetapkan menjadi kota kreatif desain pada tahun 2013 oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dengan dibentuknya SCCN (Solo Creative City Network) untuk di ajukan ke UNESCO sebagai salah satu kota kreatif di Indonesia. Kota kreatif desain memfokuskan pada kegiatan industri kerajinan yang mengunakan desain untuk menciptakan sebuah karya. Kota kreatif desain memiliki komponen dasar yaitu ekonomi, lingkungan, dan komunitas kreatif. Di Kota Surakarta terdapat 21 industri kreatif yang terbagi menjadi industri kreatif kuliner, seni pertunjukan, dan kerajinan. Industri kerajinan batik Laweyan merupakan industri kerajinan batik tertua di Kota Surakarta dan masih aktif hingga sekarang, sudah banyak mengalami pasang surut, serta tidak dapat dilepaskan pada perkembangan Kota Surakarta. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat perubahan dari sentra industri kerajinan batik di Kampung Batik Laweyan yang mendukung Kota Surakarta sebagai kota kreatif desain. Penelitian ini menggunakan analisis perubahan yaitu analisis Signed Rank Wilcoxon, dimana data yang dimasukan pada anlisis ini adalah data dari hasil rekap kuisioner yang pada definisi operasional dan menggunakan aplikasi SPSS. Analisis Signed Rank Wilcoxon dapat melihat perubahan serta nilai perubahan pada setiap komponen sentra industri kerajinan batik, sehingga dari analisis Wilcoxon ini dapat terlihat signifikansi perubahan. Selain itu penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif naratif untuk memberikan informasi lebih detail tentang perubahan yang terjadi di Kampung Batik Laweyan sesuai dengan komponen sentra industri kerajinan yang dapat mendukung Kota Surakarta sebagai kota kreatif desain. Perubahan yang terjadi pada komponen sentra industri kerajinan ini akan mendukung kota kreatif desain, apabila perubahan mengarah ke positif maka akan mendukung kota kreatif desain dan sebaliknya. Terdapat 2 komponen di sentra industri kerajinan Kampung Batik Laweyan yang tidak mengalami perubahan dan tidak dapat mendukung kota kreatif desain yaitu sarana edukasi dan perluasan pangsa pasar. Sehingga dapat direkomendasikan untuk pengembangan kawasan Kampung Batik Laweyan dengan pada sarana prasarana dan perluasan pangsa pasar.
KAMPUNG TEMATIK SEBAGAI ELEMEN PRIMER KEGIATAN WISATA PERKOTAAN DI SURAKARTA Shilvia Dwi Cahyani; Winny Astuti; Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.31442.117-129

Abstract

Urban tourism merupakan daya tarik wisata yang berlokasi di kota dan perkotaan sehingga menarik wisatawan dari daerah lain untuk berkunjung ke kota. Pada tahun 2018, Kota Surakarta mengembangkan sektor pariwisata dalam bentuk Urban Tourism. Urban Tourism diangkat dengan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Kampung di Kota Surakarta, sehingga menghasilkan kampung tematik sebagai atraksi baru dalam pariwisata di Kota Surakarta. Atraksi wisata di dalam konsep urban tourism disebut dengan elemen primer, sehingga kampung tematik berperan sebagai Elemen primer dari program kerja Urban Tourism di Kota Surakarta. Ada 6 Kampung Tematik di Kota Surakarta, yaitu Joho Kampoeng Hepi, Kampung Batik Laweyan, Kampung Blangkon Petrojayan, Kampung Sayur Mojosongo, Kampung Batik Kauman, dan Jayengan Kampoeng Permata. Kampung Tematik sebagai elemen primer urban tourism dijadikan sebagai salah satu pendorong untuk menaikkan jumlah kunjungan wisata ke Kota Surakarta, sehingga muncul pertanyaan penelitian bagaimana kesesuaian Kampung Tematik di Kota Surakarta sebagai elemen primer urban tourism. Dari pertanyaan tersebut menghasilkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kesesuaian Kampung Tematik di Kota Surakarta sebagai elemen primer dalam konsep Urban Tourism. Karakteristik yang akan dilihat berdasarkan atraksi wisata berupa kebudayaan, fasilitas pendukung wisata, perubahan sosial ekonomi masyarakat, dan aksesibilitas. Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan deduktif, dan melalui teknik analisis skoring. Hasil analisis menunjukkan bahwa besar persentase kesesuaian Kampung Tematik di Kota Surakarta sebagai elemen primer urban tourism adalah sebesar 33%. Rendahnya persentase kesesuaian dikarenakan beberapa Kampung Tematik belum dapat menyajikan keberagaman atraksi wisata dan fasilitas.
Kesiapan Sosial Kampung Cibunut sebagai Kampung Kreatif Berwawasan Lingkungan Shifa Nurul Indah Pertiwi; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i1.32514.45-57

Abstract

Kota Bandung terpilih menjadi salah satu kota kreatif dari UNESCO. Kampung kreatif adalah salah satu bagian dari penerapan kota kreatif. Kampung Cibunut diresmikan menjadi kampung kreatif yang berwawasan lingkungan pada tahun 2017. Kampung Cibunut membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk diresmikan sebagai kampung kreatif berwawasan lingkungan. Sedangkan, di sisi lain, beberapa kampung yang menerapkan konsep berwawasan lingkungan membutuhkan waktu minimal 5 tahun untuk diresmikan atau mendapatkan penghargaan yang berkaitan dengan berwawasan lingkungan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat tingkat kesiapan sosial dari Kampung Cibunut sebagai kampung kreatif berwawasan lingkungan. Penelitian ini menggunakan analisis skoring. Tingkat kesiapan dibagi menjadi 3, yakni tidak siap, cukup siap, dan siap. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial Kampung Cibunut tergolong cukup siap dalam menjadi kampung kreatif berwawasan lingkungan. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa tingat kemampuan masyarakat dalam hal berwawasan lingkungan tergolong tinggi, selain itu kelembagaan di Kampung Cibunut juga cukup baik dalam mendukung kampung kreatif berwawasan lingkungan.
AKSESIBILITAS FISIK PUSKESMAS RAMAH LANSIA MENUJU AGE FRIENDLY CITY KOTA YOGYAKARTA Oriza Husna Lativa; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.42692.1-16

Abstract

Kota Yogyakarta adalah kota yang mulai menerapkan Age Friendly City. Puskesmas adalah salah satu fasilitas penting dalam kosep Age Friendly City. Namun dari segi aksesibilitas fisik, puskesmas masih terkendala pada beberapa aspek. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui aksesibilitas fisik pada puskesmas ramah lansia dalam mencapai Age Friendly City di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan analisis skoring dan pemetaan ArcGIS 10.2. Aksesibilitas dibagi menjadi 3, yakni tinggi, sedang, dan rendah. Kajian aksesibilitas fisik pada puskesmas ramah lansia menunjukkan tingkat jangkauan pelayanan puskesmas bagi lansia adalah tinggi, sedangkan pelayanan sistem jaringan transportasi ramah lansia adalah rendah. Berdasarkan hasil analisis aspek aksesibilitas, empat dari enam skor total aspek adalah tinggi, sehingga tingkat aksesibilitas fisik pada fasilitas puskesmas ramah lansia secara keseluruhan dianggap memiliki tingkat sedang dalam mendukung penerapan Age Friendly City di Kota Yogyakarta. Penelitian ini merekomendasikan untuk memperbaiki kondisi aksesibilitas fisik puskesmas bagi lansia terutama dengan melakukan evaluasi akses pelayanan rute angkutan umum puskesmas, evaluasi letak lokasi halte terhadap puskesmas, dan perbaikan kualitas kondisi jalur pejalan kaki yang belum ramah lansia, serta penyediaan ruang parkir prioritas pada setiap sarana puskesmas agar dapat meningkatkan aksesibilitas fisik puskesmas bagi lansia.
PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN BAGIAN BARAT URBAN FRINGE KOTA SURAKARTA Nabila Anindita; Winny Astuti; Ana Hardiana
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.31490.61-76

Abstract

Perkembangan Kota Surakarta menjadikanya memiliki daya tarik yang kuat bagi pendatang. Hal tersebut menjadi pendorong berkembangnya daerah di sekitarnya. Perkembangan yang pesat, ramai, dan padat meminimalkan ketersediaan lahan serta menjadikan Kota Surakarta tidak lagi sesuai untuk menjadi lokasi tempat tinggal. Urban fringe merupakan daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki sifat mirip dengan perkotaan. Sejalan dengan perkembangan Kota Surakarta yang mempunyai berbagai aktivitas yang kompleks, urban fringe berfungsi sebagai penyangga yang secara langsung mendapat dampak terhadap perkembangan Kota Surakarta. Kebutuhan tempat tinggal merupakan permasalahan yang berkaitan dengan aktivitas kependudukan. Semakin banyaknya penduduk, semakin banyak pula kebutuhan akan rumah. Minimnya ketersediaan lahan di Kota Surakarta untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, dan kondisi bagian barat urban fringe Kota Surakarta yang ternyata mempunyai kriteria sebagai lokasi yang sesuai sebagai daerah perumahan dan permukiman, mendorong munculnya perumahan-perumahan baru. Sebagai dampaknya perumahan baru yang dibangun di bagian barat urban fringe Kota Surakarta antara lain  Perumahan Permata Buana, Perumahan Puri Angkasa, Perumahan The Aleya, dan lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor prioritas yang mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan bagian barat urban fringe Kota Surakarta menggunakan analisis AHP. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa faktor prioritas secara berurutan yaitu kenyamanan lingkungan perumahan, kemudahan dalam aksesibilitas, ketersediaan sarana & prasarana penunjang perumahan, kondisi lingkungan fisik & sosial, kebijakan & hukum pendirian perumahan, dan harga kawasan perumahan.
PERAN PEMETAAN POTENSI PEMANFAATAN RUANG BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK KELURAHAN (STUDI KASUS: KELURAHAN SONDAKAN, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA) Rufia Andisetyana Putri; Erma Fitria Rini; Murtanti Jani Rahayu; Winny Astuti; Paramita Rahayu; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i2.45507.189-200

Abstract

Tampilan digital data pemanfaatan ruang berbasis sistem informasi geografis (SIG) memungkinkan peningkatan efisiensi proses penyimpanan, pembaharuan, dan akses ulang data. Hal ini mendukung optimalisasi tugas aparat kelurahan dalam menyelenggarakan pelayanan publik. Tujuan artikel ini adalah menemukenali peran pemetaan potensi pemanfaatan ruang kelurahan berbasis SIG dalam penyelenggaraan pelayanan publik kelurahan. Tujuan ini dicapai melalui 2 tahapan, yakni (1) pemetaan potensi pemanfaatan ruang kelurahan berbasis sistem informasi geografis, dan (2) analisis peran pemetaan potensi pemanfaatan ruang kelurahan berbasis SIG dalam penyelenggaraan pelayanan publik kelurahan. Metode penelitian adalah studi kasus, dengan teknik analisis spasial menggunakan software ArcGIS, serta teknik deskriptif. Hasil analisis menunjukkan bahwa peta pemanfaatan ruang berbasis SIG memuat informasi spasial berupa lokasi, sebaran dan luasan tiap fungsi bangunan berperan dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan publik aparat Kelurahan Sondakan, baik pada bidang pemerintahan, pembangunan dan ketentraman ketertiban, dan pemberdayaan masyarakat.
KESIAPAN KOTA MADIUN TERHADAP PENERAPAN KONSEP KOTA KREATIF GASTRONOMI Devy Herawati; Winny Astuti; Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.12940.143-157

Abstract

Kota Madiun yang sering dikenal dengan kota pecel, merupakan kota yang memiliki potensi besar di bidang kuliner. Industri kuliner merupakah salah satu aktivitas ekonomi utama masyarakat di Kota Madiun. Potensi tersebut mendorong Pemerintah Kota Madiun untuk menerapkan konsep kota kreatif gastronomi di Kota Madiun. Hal tersebut juga didorong oleh peran Kota Madiun sesuai yang telah direncanakan oleh Pemerintah Jawa Timur sebagai hinterland atau pusat aktivitas ekonomi untuk daerah sekitarnya. Namun dalam persiapannya masih ada kendala yang dihadapi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kesiapan Kota Madiun terhadap penerapan konsep kota kreatif gastronomi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis skoring skala Likert. Analisis skoring dilakukan pada masing-masing parameter. Hasil analisis menunjukkan bahwa Kota Madiun termasuk dalam kategori cukup siap untuk diterapkan konsep kota kreatif gastronomi. Hal ini diketahui dari adanya beberapa variabel yang termasuk dalam kategori siap, yaitu industri kreatif dan komunitas kreatif. Hasil akhir penelitian yang didapatkan menyatakan bahwa ketidaksiapan variabel-variabel tersebut disebabkan oleh kurangnya dukungan pemerintah dan pelaku industri untuk menciptakan lingkungan kota yang mampu mengembangkan ide-ide penduduk Kota Madiun dalam penerapan konsep kota kreatif gastronomi.
DAMPAK TPA PUTRI CEMPO TERHADAP PERMUKIMAN Nurhaliza Dewi Ramadhanti; Winny Astuti; Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i2.48352.103-121

Abstract

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Putri Cempo merupakan tempat berlangsungnya pemrosesan akhir sampah yang berasal dari seluruh wilayah Kota Surakarta. Pada area TPA Putri Cempo dilakukan berbagai kegiatan, mulai dari pemilahan sampah, pengumpulan dan pengangkutan, daur ulang, penimbunan dan pengolahan air lindi. TPA Putri Cempo terletak berbatasan langsung dengan kawasan permukiman di Kelurahan Mojosongo dan Desa Plesungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak aktivitas pengelolaan sampah TPA Putri Cempo terhadap kualitas permukiman di sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis dampak aktivitas pengelolaan sampah dilihat dari tujuh aspek kualitas permukiman, yaitu (1) kondisi fisik dan tata bangunan, (2) kondisi sarana dan fasilitas umum, (3) kondisi prasarana dasar, (4) kenyamanan dan keamanan lingkungan, (5) lokasi dan aksesbilitas permukiman, (6) kondisi lingkungan alami, dan (7) perekonomian. Dari hasil analisis diperoleh bahwa aktivitas pengelolaan sampah TPA Putri Cempo mengakibatkan dampak terhadap berbagai aspek kualitas permukiman di sekitarnya. Pada zona radius ≤500 m, aktivitas  pemilahan sampah berdampak pada aspek fisik dan tata bangunan, kondisi sarana, lokasi dan aksesibilitas, serta perekonomian. Aktivitas pengumpulan dan pengangkutan sampah berdampak pada aspek keamanan dan kenyamanan, serta lokasi dan aksesibilitas. Aktivitas daur ulang sampah berdampak pada aspek perekonomian. Aktivitas penimbunan akhir berdampak pada aspek kondisi lingkungan alami, kondisi prasarana, keamanan dan kenyamanan, lokasi dan aksesibilitas, serta perekonomian. Terakhir, aktivitas pengolahan air lindi berdampak pada aspek kondisi lingkungan alami. Sementara itu, pada radius >500-1000 m, aktivitas pemilahan sampah tidak mengakibatkan dampak terhadap kualitas permukiman. Aktivitas pengumpulan dan pengangkutan sampah berdampak pada aspek keamanan dan kenyamanan. Aktivitas daur ulang berdampak pada aspek perekonomian. Aktivitas penimbunan akhir berdampak pada nilai lokasi dan aksesibilitas. Terakhir, aktivitas pengolahan air lindi tidak mengakibatkan dampak terhadap kualitas permukiman.