Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan

PERKEMBANGAN DAYAH BUSTANUL MUA’RIF SEURIGET LANGSA BARAT 1982-2012 Idrus Idrus; Bachtiar Akob
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 1 No 1 (2014): Seuneubok Lada
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (121.698 KB)

Abstract

Berdirinya Dayah Bustanul Mu’arif tidak terlepas dari inisiatif Teungku Muhammad Usmanyang melihat kondisi dan situasi masyarakat Seuriget dan tidak terlepas pula dari dukungan sengenapmasyarakat Kota Langsa khususnya. Di Dayah Bustanul Mu’arif ini semuanya mengupas isi daripada kitab-kitab yang bertuliskan dengan bahasa Arab yaitu kitab seperti Mantiq, Fiqh, Nahu, danUsul Fiq.dalam hal belajar juga dipisahkan antara santri laki-laki dan santri perempuan hal ini lahyang membedakan pendidikan Umum dan pendidikan Dayah di Aceh khusus nya dari zaman masuknya Islam pertama ke nusantara abad ke 9 M hingga hari ini.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejarah berdirinya Dayah Bustanul Mu’arif yangmerupakan suatu lembaga pendidikan Agama Islam yang telah berkembang, Hal ini perlu kiranya diperkenalkan bagi segenap masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Aceh padakhususnya.
MALAISE DAN PENGARUHNYA TERHADAP GERAKAN NASIONAL INDONESIA Teuku Junaidi; Bachtiar Akob
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 1 No 2 (2014): Seuneubok Lada
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.606 KB)

Abstract

Sepanjang sejarah perekonomian, malaise merupakan krisis ekonomi dunia yang memuncak pada tahun 1929 sebagai dampak dari Perang Dunia I (1914-1918). Hancurnya tatanan ekonomi dunia berdampak langsung terhadap Hindia Belanda, baik dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Fenomena ini berpengaruh pada organisasi-oerganisasi Pergerakan Nasional dalam melawan penguasa. Artikel ini menggunakan metode historis melalui penelahan bubu-buku yang dilakukan secara bertahap. Dari pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi hingga historiografi. Terjadinya malaise dilatar belakangi oleh Perang Dunia I. Banyak negara menjadi miskin, lenyapnya daerah-daerah pemasaran, daya beli lemah, kelebihan produksi, dan pengangguran bertambah. Sejalan dengan peristiwa sejarah tentang inflansi ini mulailah krisis ekonomi melanda dunia. Di Indonesia, Fenomena ini dijadikan peluang oleh organisasi Pergerakan Nasional untuk menghimpun kaum buruh melakukan aksi-aksi politik sebagai bentuk perlawananan terhadap Pemerintah Hindia Belanda dalam mewujudkan Indonesia merdeka.
PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL PADA SISWA SMP SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN NASIONALISME Guntur Arie Wibowo; Bachtiar Akob
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 2 No 1 (2015): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.84 KB)

Abstract

Konsep pendidikan multikultural pada dasarnya apabila diterapkan dengan baik, akan meningkatkan kemampuan baik pengetahuan ataupun sikap siswa. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan pula kapasitas siswa dalam membuka pikiran dan perspektif global tentang isu-isu seperti pemerataan dan keadilan, agama, etnisitas, kerjasama dan konflik, perdamaian, rasisme, budaya dan identitas, hak-hak sipil dan tanggung jawab, kepemimpinan, dan kewarganegaraan. Dengan kata lain, melalui pendidikan multikultural peserta didik diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai, memiliki kompetensi yang baik, bersikap dan menerapkan nilai-nilai demokratis, humanisme dan pluralisme di sekolah dan ke depan diharapkan akan diaplikasi di luar sekolah, oleh karena itu tujuan pokok dari pendidikan multikultural adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan, demokrasi dan sekaligus humanisme. Pendidikan di alam demokrasi seperti Indonesia harus berorientasi pada kepentingan bangsa yang berlatarbelakang multi-etnic, multi-religion, multi-language dan lain-lain. Ini berarti, penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan ragam kondisi bangsa yang heterogen. Disinilah perlunya guru ips smp untuk memodifikasi ataupun mengembangkan cara mengajar yang memasukkan lebih banyak informasi budaya pluralistik dan perspektif, yakni dengan cara memasukkan unsur pedagogi kritis, dan membentuk komunitas. Hal tersebut penting sebagai upaya diupayakan agar peserta didik dapat mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Untuk itulah pembelajaran IPS berbasis pendidikan multikultural perlu dilaksanakan, hal ini dikarenakan siswa perlu diajarkan bahwa semua sejarah perlu ditafsirkan melalui berbagai sudut pandang dan dari waktu yang berbeda dan tempat. Akhirnya, jika siswa menyadari banyak sudut pandang yang berbeda yang terdapat di dunia ini, mereka dapat mulai memiliki pemahaman multikultural dengan menerima dan menegaskan perbedaan.
KULI CINA DI PERKEBUNAN TEMBAKAU SUMATERA TIMUR ABAD 18 Guntur Arie Wibowo; Bachtiar Akob
SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan Kependidikan Vol 2 No 2 (2015): SEUNEUBOK LADA
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah - Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.64 KB)

Abstract

Ramainya selat Malaka sebagai jalur perhubungan Asia-Eropa pada abad 18, menyebabkan wilayah pesisir Sumatra dan Semenanjung Malaya menjadi incaran pengembangn bisnis masyarakat Eropa untuk membangun industri yang mengusahakan komoditas yang laku di dunia seperti tembakau, karet, tebu dan kopi. Dalam analisis Sartono Kartodirjo dalam buku Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian Sosial Ekonomi hal 80, dengan pemberlakuan Undang-Undang Agraria Tahun 1870, suatu alat produksi pokok yaitu tanah diliberalisasikan, maka peluang terbuka untuk membuka lahan perkebunan seluas-luasnya akan sangat mungkin dilaksanakan. Salah satu perusahaan yang berkembang saat itu adalah Deli Maatschappij, perusahaan perkebunan ini membuat terobosan baru dengan menjadikan Sumatra Timur sebagai Sentra industri perkebunan tembakau yang maju. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari peran tenaga kerja kuli tembakau Cina yang didatangkan dari Pinang dan Singapura. Banyaknya pekerja kuli Cina yang didatangkan pada masa itu, yang pada awalnya adalah tenaga kerja kuli yang cukup terampil dan rajin, ternyata lambat laun didatangkan oleh makelar yang tidak mempertimbangkan kualitas. Hal tersebut berimbas pada kerugian yang dialami oleh perusahaan perkebunan. Sehingga dalam perusahaan perkebunan tersebut terjadi banyak penganiayaan dan kekerasan dari para tuan tanah ataupun tandil terhadap para pekerja kuli CIna. Pada tahun 1915 tatkala Koeli Ordonantie dihapus, Poenali Sanctie tetap dipertahankan karena pemerintah Belanda tetap menganggap bahwa Sumatra adalah ladang devisanya. Banyak dari para pekerja kuli Cina yang seharusnya kembali ke daerah asal ternyata lebih memilih untuk tetap berada di Sumatra Timur sebagai pedagang, petani dan lain-lain.