Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : JBN (Jurnal Bedah Nasional)

Validitas Rasio Neutrofil Limfosit pada Apendisitis Komplikata di RSUP Sanglah Denpasar Dewi Prima Christian; I Gede Suwedagatha; Nyoman Golden; I Ketut Wiargitha
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 1 No 1 (2017): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.778 KB) | DOI: 10.24843/JBN.2017.v01.i01.p01

Abstract

Tujuan: untuk mengetahui validitas rasio neutrofil limfosit (RNL) pada apendisitis komplikata. Metode: penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan menggunakan desain studi kohort dengan mengambil sampel penderita apendisitis akut yang menjalani apendisektomi di RSUP Sanglah Denpasar, periode Oktober-Desember 2015. Data dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu RNL dengan cut of point >5 dan RNL dengan cut of point ?5 dan kemudian disesuaikan dengan temuan pemeriksaan histopatologi anatomi sebagai standar baku emas, komplikata dan non-komplikata. Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis kurva ROC, dan uji diagnostik. Hasil: pada penelitian ini diperoleh 62 sampel, dengan median umur 23 tahun, 32 orang penderita laki-laki, 30 orang penderita perempuan, 28 apendisitis non-komplikata, dan 34 apendisitis komplikata. Dari area under curve ROC 0,6229 dengan 95% CI didapatkan cut of point RNL >5 pada apendisitis komplikata, RNL ?5 pada apendisitis non-komplikata. Uji diagnostik didapatkan nilai sensitivitas 85,3%, spesifisitas 39,3%, dan tingkat akurasi 64,5%. Simpulan: RNL merupakan tolak ukur sederhana yang lebih baik untuk meramalkan apendisitis akut dibandingkan dengan penilaian Alvarado Score dan USG abdomen serta valid untuk membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata melalui cut of point RNL.
Perbandingan Jumlah Sel Mononuklear, Jumlah Sel Fibroblas, Ukuran Fibrosis, dan Perlengketan Klinis Pada Jaringan Peridural Antara Non-Absorbable Mesh dan Absorbable Barrier Mesh Pada Tikus Wistar dengan Cedera Otak Traumatika yang Dilakukan Decompressive Craniectomy Ida Bagus Yudha Prasista; I Wayan Niryana; Nyoman Golden
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 4 No 1 (2020): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.971 KB) | DOI: 10.24843/JBN.2020.v04.i01.p03

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dua jenis mesh yaitu non-absorbable mesh dan absorbable barrier mesh terhadap sel mononuklear, fibroblas, ketebalan fibrosis dan perlengketan klinis pada jaringan peridural tikus wistar dengan traumatic brain injury. Metode: Studi ini menggunakan model hewan coba dengan desain Randomized post Test-Only Control Group. Penelitian melibatkan dua puluh sampel. Sebanyak sepuluh sampel yang menggunakan non-absorbable mesh masuk dalam kelompok kontrol dan sepuluh sampel yang menggunakan absorbable barrier mesh masuk dalam kelompok perlakuan. Untuk pemeriksaan jumlah sel mononuklear (MN), jumlah sel fibroblas dan ukuran fibrosis, serta perlengketan klinis pemeriksaan dilakukan di laboratorium setelah sebelumnya dilakukan euthanasia setelah hari ke-14. Uji T independen dan uji Mann Whitney dilakukan untuk menguji hipotesa dengan skala data numerik serta uji Fisher’s exact untuk menguji hipotesa dengan skala data kategorik. Hasil: Rerata jumlah sel mononuklear (MN) per lapang pandang (LP) pada kelompok dengan perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol (10,6±5,6 vs 13,8±5,6 per LP). Jumlah rerata sel fibroblas per LP pada kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (13,6±4,3 vs 20,2 ±7,3 per LP). ketebalan ukuran fibrosis juga menunjukkan perbedaan rerata yang signifikan lebih rendah pada kelompok perlakuan (183,4 ± 87,7 vs 458,5±247,1). Resiko relative terjadinya perlengketan klinis pada non-absorbable mesh juga 3 kali lebih besar dibadingkan dengan absorbable barrier mesh. Simpulan: Penggunaan absorbable barrier mesh secara bermakna menyebabkan rerata jumlah sel fibroblas, ukuran fibrosis, dan risiko perlengketan klinis yang lebih rendah paska tindakan decompressive craniectomy.